Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pisau Dan Obat-obatan

"Arrrggggghhhtttt....!"

"Kenapa harus aku sih yang ngalamin ini? Kenapa? Hiks! Hiks!"

"Abel bodoh! Bodoh!" Teriak Abel sambil menjambak rambutnya. Abel benar-benar kacau. Abel sangat menyesal dengan semua perbuatannya.

Abel bangkit kemudian berjalan kearah laci obat-obatan,Abel merasa bahwa dirinya sangat kotor dan tidak berguna lagi. Abel mengambil beberapa obat-obatan yang biasa ia sediakan jika sewaktu-waktu sakit.

"Aku tidak mau menanggung dosa yang sangat besar,aku mau mati aja!" Gumam Abel sambil terus menangis.

"Hiks! Hiks!"

Abel kembali teringat kedua orang tuanya yang selama ini telah membesarkannya,bahkan kedua orang tuanya bersusah payah mencari uang demi menyekolahkannya. Mereka akan sangat kecewa jika melihat dirinya yang seperti anak tidak berpendidikan dan haus akan didikan kedua orang tua. Abel tidak mau jika kedua orang tuanya tau,mereka akan sangat kecewa. Belum lagi orang lain akan berfikir buruk tentang kedua orang tuanya,Abel sudah cukup menyusahkan mereka.

"Hiks, Maafin Abel karena Abel sudah berbuat bodoh Mah! Pah! Abel menyesal hiks! Abel nggak bisa melanjutkan hidup Abel,Abel kotor,Abel sudah tidak bisa meraih cita-cita Abel Mah! Hiks!"

"Arrrgghhttt..! AKU BENCI DIRIKU SENDIRI!" Teriak Abel sambil meraung.

Abel menatap obat yang ia genggam,dengan perasaan ragu sekaligus takut,tangan Abel gemetar karena ia terus menangis,perlahan Abel mengarahkan obat-obatan yang ada di dalam genggamannya kemulutnya,Dan...

Glekkk...

Entah beberapa obat telah masuk kedalam mulut Abel. Beberapa kali Abel meneguk obat tersebut,Abel sama sekali tidak merasakan apa-apa.

Abel menangis meluruh kelantai sambil memegang kepalanya. Bayang-bayang kejadian yang telah terjadi kepadanya selalu berputar di kepalanya. Beberapa menit setelah minum obat,Abel masih tidak merasakan efek dari obat tersebut.

"KENAPA NGGAK MATI SIH? MATI! MATI! MATI....!!" Pekik Abel sambil memukul kepalanya.

Kemudian Abel beranjak dan keluar dari kamarnya. Karena merasa bahwa dengan meminum obat tidak bisa membunuhnya,maka dari itu Abel menuju kedapur untuk mengambil pisau disana.

Kini Pisau sudah berada di tangan Abel. Setelah Abel tidak merasakan efek apa-apa kali ini Abel akan mengakhiri hidupnya memakai pisau. Pikiran Abel sudah di kuasai setan,yang ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya ia bisa mengakhiri hidupnya. Bayang-bayang wajahnya ketika menikmati hal tersebut membuatnya sangat benci ketika melihat wajahnya sendiri.

"Bunuh diri bukan solusi Abel!" Gumam Abel sambil menatap pisau di tangannya. Satu detik Abel sadar,namun satu detik selanjutnya Abel kembali berhasil di kuasai setan.

DASAR BODOH! TIDAK BISA MENJAGA DIRI! WANITA TIDAK BERMORAL! (Ucapan setan.)

Bayang-bayang dirinya sendiri yang mengatai dirinya selalu muncul di depan matanya,seolah-olah bayangan dirinnya sedang berada di depannya.

"Arrrgghhhhhttt....! Aku takut!" Pekik Abel sambil memejamkan matanya sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya.

Abel membuka matanya kemudian pandangannya terfokus pada pisau yang tergeletak tidak jauh darinya yang sempat ia lempar.

Abel mengambil pisau tersebut kemudian menggenggamnya kuat,mengarahkan pisau tersebut kearah pergelangan tangannya. "Hiks! Maafin aku Mah! Pah! Kak! Semua ini Abel lakukan karena Abel tidak mau mamah sama yang lainnya malu!"

Sreekkk...

Darah segar mengalir begitu deras dari pergelangan tangan Abel. Abel memejamkan matanya sejenak merasakan rasa yang sangat sakit luar biasa,belum lagi efek obat setelah setengah jam baru terasa. Abel menatap nanar darah yang terus mengalir dari pergelangan tangannya,setelah itu semuanya menjadi gelap,bahkan Abel tidak bisa merasakan rasa sakit lagi.

***

Sementara di tempat lain Zikri baru saja keluar dari kelas,setelah mengikuti mata kuliahnya hari ini.

"Aku balik dulu ya bro!" Celetuk Bram sahabat karib Zikri.

"Oh oke! Hati-hati di jalan ya,"

Bram mengacungkan jempolnya,setelah itu Zikri hanya menatap kepergian Bram begitu saja.

Saat Zikri sedang sibuk memasukkan buku yang ia bawa kedalam tasnya,tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan segera Zikri membuka ponselnya karena ia takut jika ada panggilan penting untuknya.

Saat Zikri melihat panggilan masuk tersebut,ternyata yang menelfon adalah mamahnya. "Mamah? Tumben nelfon,ada apa ya?" Gumam Zikri dengan perasaan yang sedihkit cemas,karena tidak biasanya mamahnya telfon di jam kerja seperti ini.

Dengan perasaan khawatir Zikri memencet tombol hijau,

"Hallo mah!"

begitu panggilan tersambung Zikri terkejut mendapati suara mamahnya yang sedang menangis histeris.

"Mamah kenapa nangis mah? Sebenarnya ada apa,tiba-tiba nangis gini?" Tanya Zikri khawatir.

(Hiks! Mamah bisa meminta tolong Kamu untuk pulang sekarang nak?)

"Ke-kenapa mah? Ada apa? Mamah nggak papa kan?" Tanya Zikri sangat khawatir mendengar mamahnya yang sedang menangis histeris.

(Adik kamu masuk rumah sakit,dia membutuhkan darah kamu,kamu buruan pulang hiks!)

Deg!

Abel? Kenapa lagi dengan Abel,sebenarnya apa yang telah terjadi? Banyak pertanyaan yang terlintas di dalam pikiran Zikri kali ini.

"Baik Zikri akan segera pulang!"

Setelah mengatakan itu Zikri pun bergegeas ke parkiran,Zikri sudah tidak bisa berfikir dengan tenang. Ia sangat khawatir dengan keadaan Abel disana.

Tidak membutuhkan waktu lama begitu Zikri sampai di parkiran ia langsung masuk kedalam mobil kemudian menancap gas dengan kecepatan tinggi.

"Ya allah lindungilah hamba agar selamat sampai tujuan,berilah kekuatan untuk adik hamba ya allah!" Gumam Zikri sambil melajukan mobilnya sangat kencang.

Bahkan Zikri telah menerobos lampu merah beberapa kali hanya karena khawatir dengan keadaan adiknya. Apalagi mendengar mamahnya menangis,membuatnya tidak bisa berfikir secara positif.

Setelah beberapa menit Zikri melakukan perjalanannya akhirnya kini Zikri sampai di rumah sakit yang telah mamahnya kirim setelah panggilan berakhir tadi.

Begitu Zikri turun dari mobil,ia langsung menuju meja resepsionis untuk bertanya ruangan adiknya dirawat.

"Permisi sus! Kamar atas nama Abel dimana ya?" Tanya Zikri panik,hingga ia lupa nama lengkap adiknya sendiri.

Untung saja suster faham dengan maksut Zikri,dan memberitahu kamar Abel.

"Masih di UGD kak,belum di pindahkan! Kakak silahkan lurus saja setelah itu belok ke kanan ya kak!"

Tanpa menunggu waktu lama lagi,Zikri langsung berlari menyusuri karidor rumah sakit yang sangat ramai tersebut,menurut petunjuk dari suster.

"Mamah!!" Pekik Zikri ketika melihat sang mamah sedang menangis disamping dua orang remaja wanita dan dua remaja pria.

Begitu Zikri mendekat, sang mamah sudah terlebih dahulu menubruk tubuh Zikri, memeluknya sangat erat sambil menangis histeris.

"Zikri,Abel Zik! Adik kamu hiks!"

Zikri mengelus punggung mamahnya penuh sayang. Setelah itu Zikri melepas pelukannya. "Sebenarnya apa yang terjadi mah?"

Mamah menggelengkan kepalanya sambil terus menangis. "Mereka menemukan Abel sudah tergelak di lantai dengan tangan penuh darah dan bibir yang berbusa hiks! Abel kenapa?" Ujar sang mamah histeris.

"Bunuh diri?" Tanya Zikri sambil menatap keempat teman Abel. Sedangkan mereka berempat hanya menggelengkan kepalanya tidak faham.

"Gatau kak,sebenarnya yang nemuin Abel duluan kita berdua,karena kita mau main sama Abel. Tetapi waktu kita sudah sampai,kita coba ketuk beberapa kali tidak ada sahutan dari Abel. Kemudian kita melihat pintu Abel yang sedikit terbuka,kita mikir kalau Abel pasti dirumah. Mohon maaf tante,kita nyelonong masuk kedalam rumah tante sambil teriak memanggil Abel,tetapi masih tidak ada sahutan. Kita biasa kalau main sama Abel langsung diajak keatas,jadi kita mikir kalau Abel juga dikamar tidak mendengar kita. Saat kita berdua hendak keatas,kita si Selen tidak sengaja menengok kedapur,ia melihat Abel." Jelas Renata.

"Iya tante saya melihat Abel sudah terbaring lemah,yang saya lihat itu awalnya cuma busa di mulut Abel. Terus ketika Renata sudah panik,ternyata aku nggak sengaja lihat darah mengalir dari pergelangan tangan Abel. Kita berdua semakin panik,akhirnya kita berdua telfon teman kita dan membawanya kesini." Tukas Selen berkata sejujurnya.

Saat Zikri hendak bertanya kepada mereka tiba-tiba dokter keluar dari ruangan Abel dan mencari keluarga Abel.

Ceklek..

"Keluarga pasien..!"

Zikri dengan segera menghampiri dokter tersebut dengan perasaan sangat gugup dan khawatir. "Saya kakaknya dok,dan ini mamah daya,gimana keadaan adik saya?" Tanya Zikri khawatir.

"Jadi saya sudah memberitahukan kepada orang tua pasien kalau pasien sedang kekurangan darah,dan kami sudah mencari darah yang serupa dengan darah pasien,namun persediaan rumah sakit telah kosong. Sementara di PMI juga sedang tidak ada. Pasien membutuhkan 3 kantong darah,"

"Bisa cek golongan darah saya dok? Kalau tidak salah golongan darah kita sama," Celetuk Zikri kepada dokter.

"Kita berdua juga mau dok," Celetuk Selen sambil mengajukan diri.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel