Mengakhiri Hidup
Abel terus berjalan dengan tatapan kosong, bayang-bayang kejadian semalam membuat dirinya sangat terpukul. Rasa kecewa dan sakit hati terus menghantuinya, Abel tidak pernah mengira bahwa takdirnya akan seperti ini.
Abel berhenti disebuah jembatan penghubung antar sungai terbesar di kota tersebut. Jembatan tidak begitu ramai pengendara karena jembatan tersebut berada sedikit kedalam, dan hanya di lalui motor, bukan termasuk jalur utama.
"Arggghhhhhhtt....!!"
"Kenapa takdir aku harus seperti ini ya allah, kenapa harus aku? Kenapa? Hiks...!!" Pekik Abel sambil memukul besi pembatas jembatan.
Abel menangis histeris, ia tidak tau lagi bagaimana caranya menjalani hidup untuk kedepannya. Disisi lain sebentar lagi ia akan melakukan acara perpisahan kelulusannya. Impian yang selama ini Abel impikan terpaksa harus pupus dalam hitungan detik. Bagaimana cara Abel melanjutkan hidupnya jika kehamilan benar terjadi kepada Abel.
"Gimana kalau aku beneran hamil? Gimana kalau mamah, papah tau? Dan... G-gimana kalau Rey beneran tidak mau tanggung jawab? Terus nasib aku gimana? Hiks..!!"
Abel terus menangis meraung sambil mengacak-acak rambutnya. Detik itu juga Abel menunduk kebawah melihat air sungai begitu tenang. Abel sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, ia takut jika benar ia akan menanggung rasa malu.
"Mungkin ini adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah." Gumam Abel sambil menatap kosong kedepan.
Satu kaki Abel maju kedepan, sementara tangan Abel sudah melepas pegangan pembatas jembatan. Kali ini Abel benar-benar sudah pasrah dengan takdirnya. Abel melangkahkan kakinya semakin maju, badannya semakin ia condongkan kedepan.
"Iya,ini adalah jalan terbaik..!!" Gumam Abel sambil menutup matanya.
Hembusan angin sekaligus bisikan setan menguasai pikiran Abel. Ia terus menangis meratapi dirinya, mahkota yang selama ini ia jaga terpaksa harus terenggut oleh lelaki brengsek seperti Rey.
Abel mendorong tubuhnya sendiri kedepan berharap agar dirinya jatuh melewati pembatas tersebut. Namun disaat yang bersamaan Abel merasakan tangan kekar menarik pinggangnya kebelakang.
Greb..
"Abel..!!"
Sontak Abel membuka matanya kemudian menoleh kearah sumber suara.
"Kamu ngapain kesini? Biarin aku mati!" Celetuk Abel sambil melepaskan tangan kekar tersebut.
Namun tenaga lelaki tersebut lebih kuat dari pada Abel. Ia tidak bisa melawan lelaki tersebut hingga akhirnya Abel hanya diam sambil memalingkan wajahnya.
"Kenapa nggak kamu biarin aku mati aja? Kenapa kamu harus datang lagi kesini? Atau kamu mau bantu aku untuk mati?" Tanya Abel bertubi-tubi masih memalingkan wajahnya.
"Hey,tatap aku!" Pinta lelaki tersebut sambil menarik dagu Abel. Namun lagi-lagi Abel menepisnya.
"Sudah berapa kali aku bilang, kalau aku tidak sudi kamu sentuh sama sekali." Ujar Abel emosi
Lelaki tersebut menarik tangannya membiarkan Abel leluasa tanpa mau ia sentuh. "Oke mau kamu sekarang apa? Akan aku lakuin, asal kamu jangan bunuh diri!" Celetuk lelaki tersebut tulus.
Abel menatap lelaki tersebut dengan tatapan tidak suka. Abel sudah sangat muak dengan omong kosong lelaki bejat di depannya ini.
"Omong kosong! Semuanya sudah terlambat, kalau pun kamu akan melakukan sesuatu itu semua akan sia-sia. Apa pun yang kamu lakukan tidak akan merubah keinginanku untuk membenci dirimu!" Celetuk Abel sambil tersenyum sinis.
Lelaki tersebut terlihat menghembuskan nafasnya frustasi. Niat ia baik, ia mau bertanggung jawab atas semua perbuatannya. Tetapi disisi lain Abel tidak mau ia nikahi, bahkan ia sentuh saja Abel merasa sangat jijik dengannya.
"Terus mau kamu apa? Aku akan tanggung jawab dan menikahi kamu, tetapi kamu malah menolaknya, terus mau kamu apa? Aku akan lakuin itu demi kamu, asal kamu jangan bunuh diri. Bunuh diri bukan salah satu cara menyelesaikan masalah Bel," Ujar lelaki tersebut sungguh-sungguh sementara Abel hanya diam meresapi perkataan lelaki tersebut.
"Kita bisa perbaiki semuanya mulai dari awal,kita akan menikah dan kamu akan hidup bahagia bersamaku Bel. Percayalah!" Tukas lelaki tersebut sekali lagi.
"Sudahlah jangan pernah menjanjikan aku apa pun! Kamu ingin tau apa yang aku inginkan?"
Lelaki tersebut mengangguk.
Abel tersenyum miring sambil menatap lelaki tersebut penuh kebencian. Ia akan selalu mengingat dan menanamkan rasa dendam yang tidak akan pernah ia hilangkan di dalam hatinya. "Aku mau kamu jangan pernah ganggu aku lagi, apa lagi kamu sampai hadir di kehidupan aku!"
Deg!
Bukan ini yang Rey inginkan. Sebenarnya tujuan utamanya menodai Abel karena ia ingin Abel menjadi miliknya seutuhnya. Namun apa yang telah ia lakukan kepada Abel seperti boomerang yang merugikan dirinya sendiri.
Mau tidak mau Abel terpaksa harus mengiyakan permintaan Abel, demi kebahagiaan Abel juga kedepannya.
"Huft.. Mungkin ini terasa sangat berat untukku, tetapi aku akan menuruti permintaan kamu. Setelah ini aku tidak akan lagi muncul di kehidupan kamu lagi, tapi berjanjilah bahwa kamu tidak akan pernah berbuat nekat yang merugikan dirimu sendiri."
"Anggap saja kita tidak pernah memiliki hubungan apa pun!"
Lelaki tersebut hanya mengangguk patuh. Walau sebenarnya ia sangat ingin protes dengan keinginan Abel, tetapi ia tidak mau egiis. Ia juga mau melihat Abel lagi, ia akan selalu menunggu Abel membuka matanya bahwa tidak ada lelaki lain yang mau menerima Abel selain dirinya.
"Akan aku tunggu sampai kamu mau membuka hati kamu untuk ku tempati Bel,"
Sontak Abel mendecih pelan. "Sudah berapa kali aku bilang kepada kamu kalau aku tidak mau menikah denganmu dan tidak akan pernah terjadi!"
"Aku ingatkan sekali lagi,jangan pernah ganggu aku lagi, kalau sampai aku melihat kamu mengganggu aku lagi. Aku akan laporkan kepada pihak yang berwajib dengan kasus pelecehan. Camkan itu!" Setelah mengucapkan itu Abel pergi meninggalkan lelaki tersebut sendiri.
Lelaki tersebut menatap kepergiaan Abel dengan penuh kebencian. Berani sekali Abel mengancamnya dan mengatainya bahwa ia adalah pri brengsek. Lelaki tersebut tidak terima jika dirinya dihina dan merasa sangat direndahkan sebagai seorang lelaki.
"Awas aja kamu Abel. Aku tidak akan pernah melepaskan kamu begitu saja,aku akan pastikan bahwa hidup kamu tidak akan tenang! Dan sebentar lagi akan ku pastikan kamu menangis memohon pertanggung jawabanku."
**
Sementara ditempat lain Abel langsung menuju kamarnya begitu ia sampai dirumah. Hari ini adalah hari yang paling buruk yang pernah Abel alami.
"Aku berharap semua ini hanya mimpi!" Gumam Abel sambil menundukkan wajahnya menelusup di balik kedua tangannya yang ia lipat di depan dada memeluk kedua kakinya.
Bayang-bayang kejadian semalam terus menghantui Abel hingga setiap kali ia mengingat kejadian tersebut selalu meneteskan air matanya. Ia sangat kecewa dengan dirinya sendiri. Ia sangat ceroboh dan tidak bisa menjaga dirinya sendiri,ia telah melakukan dosa besar selama hidupnya. Bahkan Abel sekedar mengangkat dagunya saja ia merasa sangat hina.
Saat Abel sedang sibuk berperang dengan pikirannya sendiri tiba-tiba ponselnya berdering menandakan bahwa ada panggilan masuk. Dengan perasaan malas Abel menyalakan ponselnya kemudian melihat siapa yang sedang menelfonnya.
Ternyata sang mamah yang menelfonnya. Saat itu juga Abel menekan tombol untuk menjawab panggilan suara dari mamahnya.
"Iya,ada apa mah?" Tanya Abel to the point.
(Halo,maaf mamah hari ini tidak bisa pulang sayang. Mamah harus keluar kota dengan rekan kerja mamah, aku berani kan mamah tinggal sendiri?)
"Emangnya mamah sekarang tidak ada dirumah ya?" Tanya Abel bingung.
(Kamu gimana sih sayang, padahal mamah semalam pamit kamu kalau mamah akan ada kerjaan diluar kota. Bahkan sekarang kamu mengira bahwa mamah sedang ada dirumah, kamu baru pulang?)
"Iya mah, semalam aku nginep dirumah Rere." Celetuk Abel berbohong.
(Yasudah kamu jaga diri baik-baik. Mamah akan sedikit lama disini, tetapi kamu tenang saja kakak kamu akan kembali beberapa minggu ini. Yaudah ya sayang mamah kembali kerja dulu, kamu jangan lupa makan.)
"Iya mah!"
Segelah itu panggilan pun berakhir.
Abel kembali merenungi nasibnya. Setelah ini akan ada kakaknya yang selalu posesiv dengannya, sementara Abel tidak begitu menghiraukan lagi hal tersebut. Abel terlalu pusing memikirkan musibah yang sedang menimpanya, dan terpaksa Abel akan menyembunyikan semua ini dari semua orang. Biarlah hanya Abel, Rey dan tuhan yang tau tentang semua ini.