Anggap Sebagai Rahasia
Abel terbangun dari pingsannya,cahaya lampu yang menusuk membuat penghilhatan Abel sedikit terganggu. Bau obat-obatan menyeruak dk hidung Abel,ia heran dimana dirinya sekarang? Samar-samar Abel melihat sosok lelaki dewasa mengenakan jas putih dan seorang wanita berbaju putih. Abel berusaha mengembalikan kesadarannya secara penuh. Begitu kesadaran abel sudah normal lagi,ternyata orang yang ia lihat adalah seorang dokter dan suster yang sedang memeriksa keadaannya.
'Kok ada dokter aku dimana ini?' Batin Abel sambil menatap sekeliling ruangan.
Lamunan Abel buyar karena panggilan dari dokter muda di depannya ini. "Hallo,Abel..!!"
Sontak Abel mengalihkan pandangannya kemudian menatap dokter tersebut. Dokter tersebut tersenyum manis ke arah Abel,sedangkan Abel hanya tersenyum canggung dengan sang dokter.
"Apa yang kamu rasakan?"
"Sakit," Jawab Abel lemah.
Dokter tersebut mengangguk,kemudian kembali memeriksa keadaan Abel. Abel merasa bagian tangannya begitu nyeri dan sakit. Badannya juga terasa sangat lemas dan tidak bertenaga,ditambah lagi kepalanya yang terasa sangat pening membuatnya ingin terus memejamkan matanya.
"Kalau mau tidur gapapa,setelah saya periksa saya panggilkan keluarga kamu,"
Abel mengangguk setelah itu Abel memilih untuk memejamkan matanya.
Selang beberapa menit kemudian Abel mendengar suara seseorang yang sedang berbicara di sampingnya. Abel pun merasa terganggu akhirnya ia membuka matanya. Begitu Abel membuka matanya,pemandangan pertama yang Abel lihat adalah Mamahnya yang sedang menangis histeris di sampingnya dan beberapa orang di sekitarnya.
Mamah memeluk Abel sangat erat,seakan tidak mau kehilangan Abel. Sementara Abel hanya bingung,ia masih sangat lemah untuk mengingat apa yang terjadi.
"Sayang maafin mamah,mamah terlalu sibuk hingga tidak peduli dengan keadaan kamu hiks!"
Abel mengangguk samar.
Merasa bahwa ada yang aneh dengan sikap Abel,mamah pun melepas pelukannya dengan Abel. "Kamu kenapa sayang? Kamu marah sama mamah?"
Abel menggelengkan kepalanya sambil memijat pelipisnya yang sangat pening. "Abel pusing,"
"Mamah panggilkan dokter?"
Abel kembali menggelengkan kepalanya. Kemudian pandangannya tertuju kepada keempat temannya. Dari mana mereka bisa tau bahwa dirinya ada di rumah sakit?
"Kalian kok ada disini?" Tanya Abel dengan nada lemah.
"Mereka yang bawa kamu kesini sayang,"
Abel mengangguk,terlalu sakit kepalanya jika ia harus mengobrol banyak kali ini. "Makasih ya kalian,"
Mereka mengangguk.
"Bel,tante,kak,kita balik ya!" Ujar Renata.
Zikri mengangguk. "Hati-hati dijalan ya! Kakak sangat berterima kasih dengan kalian,kalau saja kalian tidak datang kerumah saya tidak tau bagaimana nasib adik saya sekarang,"
Mereka hanya mengangguk sambil tersenyum manis kepada Zikri.
"Lekas membaik ya Bel kita pamit,assalamualaikum..!!"
"Waalaikumsalam,kalian hati-hati."
Setelah itu mereka pun keluar dari kamar Abel. Selepas kepergian mereka,kini hanya tersisa Zikri dan mamah monica yang berada di kamar Abel. Zikri sedari tadi hanya menatap Abel tanpa mengajaknya berbicara.
Abel sangat terganggu dengan sikap kakaknya yang sangat tidak biasa ini,Abel memutiskan untuk bertanya terlebih dahulu kepada kakaknya. "Kak..!!"
Zikri hanya menoleh menatap Abel tanpa mau membuka suaranya untuk sekedar menjawab.
"Kakak kenapa diam aja sih? Kakak suka ya aku sakit gini? Kakak sudah nggak sayang aku lagi iya?" Tanya Abel bertubi.
Zikri menghela nafasnya kasar. Ia bukanlah tipe kakak yang suka marah kepada adiknya,tetapi untuk kali ini Zikri tidak bisa menahan amarahnya kepada Abel. "Kakak sama sekali tidak habis pikir dengan tingkah kamu Bel,"
Abel mengernyitkan dahinya tidak faham maksut kakaknya. "Maksut kakak?"
"Kamu tuh kenapa sih? Apa yang kamu lakukan ini sepenuhnya salah,kakak bukan tipe orang yang suka marah dan kamu tau itu. Tetapi untuk kali ini kakak benar-benar sangat marah dan kecewa sama kamu." Jawab Zikri sambil menahan amarahnya.
Abel memijat pelipisnya yang terasa sangat pening mendengar celotehan kakaknya. "Dahlah,kak aku capek." Jawab Abel sambil memalingkan wajahnya kearah lain.
"Kamu tuh salah,kamu tau nggak perbuatan kamu itu bisa membahayakan nyawa kamu,mikir nggak sih Bel?"
Abel sudah tidak kuat lagi menahan amarahnya,orang lain tidak akan faham dengan apa yang Abel rasakan. Orang lain hanya akan menyalahkan dirinya,sedangkan mereka tidak tau apa-apa tentang dirinya. "Kakak yang kenapa? Aku capek kak,aku frustasi dengan semuanya. Disaat aku sangat membutuhkan kalian,dimana kalian? Aku menahan semua rasa sakit,pedih,kecewa sendirian! Aku capek! Kenapa kemarin aku dibawa kesini segala? Kenapa aku nggak mati aja?" Ujar Abel tidak bisa lagi menahan amarahnya.
"CUKUP ABEL!"
"Zikri!! Kenapa kamu menaikkan nada tinggi kamu kepada adik kamu nak?" Tanya sang mamah sedari tadi hanya diam memperhatikan percakapan kedua anaknya.
Sementara Abel sudah menangis,ia tidak pernah mendapatkan bentakan dari kakaknya. Abel juga tidak pernah melihat kakaknya semarah ini dengannya,Abel kecewa sekaligus sakit hati.
"Habisnya aku kesel sama Abel! Cara dia itu salah mah! Emangnya mati dikira mudah apa?"
Mamah monica memeluk Abel penuh sayang,sambil menenangkan Abel yang terus menangis.
"Kalau kakak masih mau marah,mending kakak keluar aja hiks!"
"Kakak tidak pernah tau apa yang aku rasakan. Kakak tidak pernah tau bahwa aku sangat merindukan kakak selama ini. Dan kakak tidak pernah tau bahwa aku sangat butuh perlindungan kakak hiks!" Tangis Abel kini semakin histeris.
Zikri menatap sang adik sendu,ia sangat tidak tega melihat keadaan adiknya yang sangat kacau ini. Tetapi Zikri juga sangat kecewa dengan Abel. Apalagi kalau Abel sampai meninggal,ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri,karena ia telah gagal menjadi seorang kakak yang tidak bisa menjaga adiknya sendiri.
"Mah! Kakak suruh pergi mah!" Pinta Abel sambil menunjuk kakaknya.
Sang mamah hanya menatap Zikri sambil mengelus punggung Abel penuh sayang. Jujur Abel juga sangat kecewa dengan mamahnya,tetapi Abel tidak munafik bahwa ia tidak bisa marah dengan mamahnya. Apalagi menolak pelukan mamahnya, Abel sangat merindukan pelukan sayang ini.
Zikri menghela nafasnya kasar. "Sini," Pinta Zikri sambil merentangkan kedua tangannya berharap bahwa Abel mau ia peluk.
Tetapi Abel menggelengkan kepalanya. "Kakak pergi!"
Zikri menarik tangan Abel kemudian memeluk paksa Abel. Awalnya Abel sangat memberontak,tetapi lama-lama Abel diam.
"Kakak minta maaf, kakak sama sekali tidak bermaksut memarahi kamu ataupun membentak kamu! Kakak khawatir dengan keadan kamu Bel, kakak kecewa dengan diri kakak sendiri,kakak tidak becus menjaga kamu." Celetuk Zikri sambil memeluk erat adiknya,seakan ia tidak mau kehilangan Abel.
"Hiks! Kakak jahat! Kakak hiks! Jahat,"
Zikri mengelus punggung adiknya penuh sayang. Jujur Zikri sangat merindukan Abel, baru saja ia merencakan akan pulang beberapa minggu lagi,tetapi malah ia harus pulang lebih awal bersama kabar yang sangat menyedihkan ini. "Kakak sayang kamu,maafin kakak selama ini," Celetuk Zikri sendu.
Setelah ia rasa Abel sedikit tenang,ia pun melepaskan pelukannya dengan Abel. Zikri menatap lembut wajah cantik adiknya. Terlihat seperti menyimpan banyak beban disana. "Sekarang ada kakak,kamu jangan merasa takut lagi ya!" Pinta Zikri sambil mengelus pelan pucuk kepala Abel.
Abel mengangguk lesu.
Zikri mengecup singkat dahi Abel,kemudian membiarkan Abel berbaring kembali. Keadaan Abel masih sangat lemah dan belum sepenuhnya pulih. Efek obat sekaligus luka di tangannya membuat Abel sangat lemah. Seandainya Abel tidak segera dilarikan kerumah sakit,mungkin Abel akan kehilangan nyawanya. Abel sempat kritis karena ia kekurangan banyak darah,akibat luka goresan pisau yang sedikit dalam.