Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Bunuh diri

Bab 9 Bunuh diri

“Mil, Mas minta maaf, Mas Nggak—”

Kamila sudah terlanjur kecewa justru berlari keluar meninggalkan Elisa yang masih menghakimi Danish. Kamila sudah tidak sanggup lagi menahannya, jika diberikan pilihan, mati adalah pilihan terbaik bagi Kamila.

Kamila belari dengan getir, air mata Kamila terus saja mengalir deras. Kamila menuju ke lift dan menekan angka paling tinggi. Pikiran Kamila kacau, Kamila sudah tidak sanggup lagi dengan ujian yang di hadapinya. Jika hari ini Tuhan ingin mengambil nyawanya Kamila ikhlas.

“Aku ingin mati saja.”

Hanya itu yang ada dalam pikiran Kamila, mati dan mati saja. Kamila merasa tidak berguna jika terus hidup seperti ini. rumah tangganya sudah hancur karena Danish telah mengkhianati janji suci pernikahan mereka. Bahkan sekarang berbohong hanya untuk melindungi dirinya dari kemarahan Nyonya Kin.

“Pengecut kamu Danish, aku pikir kamu benar-benar merasa bersalah tetapi apa, sekarang kamu berkilah dan tidak berani mengakui semua kelakuan bejatmu di depan Mama.”

Lantai 35, itulah lantai tertinggi dari hotel tempat Kamila menginap. Kamila ingin melompat agar Danish tahu bahwa Kamila sudah benar-benar hancur dan Danish akan merasa bersalah selama hidupnya.

“Selamat tinggal Ma Pa, Mila sayang Kalian, tetapi Mila tidak bisa terus hidup seperti ini, Mila tidak sanggup lagi, semoga Mama dan Papa memaafkan Mila, love you Ma Pa.”

Kamila memejamkan matanya dan—

Brukkk

Seseorang memegang tangan mungil Mila, perempuan berumur sama dengannya. Perempuan itu berusaha menyelamatkan Kamila dari niatnya untuk bunuh diri. Perempuan itu menarik lengan Kamila dan menyuruh Kamila untuk mencoba menaruh kakinya di jendela tempatnya bergelantungan saat ini. Kamila menolak, dan justru meminta perempuan itu untuk melepaskan tangannya dan membiarkan tubuh mungilnya berakhir di atas mobil van yang tepat ada di parkiran.

“Mbak ayo saya bantu naik, bunuh diri bukan solusi terbaik Mbak.” Perempuan itu mencoba membantu Kamila dengan sekuat tenaga menarik Kamila agar bisa naik lagi ke balkon hotel tersebut.

“Lepaskan saya, saya mau mati saja, sudah tidak ada gunanya lagi saya hidup Mbak, keluarga Saya sudah hancur, lepaskan Mbak biarkan saya mati saja.”

“Mbak jangan bodoh seperti ini, jika ada masalah yang diselesaikan itu masalahnya bukan hidup Mbak. Di luar sana banyak orang yang memiliki masalah lebih besar dibandingkan dengan masalah yang dihadapi Mbak, buat apa bunuh diri? Apakah agar dia yang menyakiti mbak tahu kalo Mbak wanita yang lemah?”

Kata-kata wanita itu membuat Kamila tertegun dan memutuskan untuk kembali naik ke balkon. Dengan sekuat tenaga wanita seksi itu menarik Kamila agar tubuh mungilnya bisa diselamatkan. Kamila berpikir ia akan tewas malam ini, dan keesokan harinya nama Kamila Arisandi akan memenuhi koran atas kasus bunuh diri yang dilakukan karena masalah rumah tangganya dengan Danish Aryastya anak kolongmerat keluarga Nyonya Kin.

“Hiks Hiks Hiks.”

Kamila masih menangis setelah percobaan bunuh dirinya gagal, sebut saja wanita seksi dengan rambut terurai yang menyelamatkan bernama Farah. Farah mendekati tubuh mungil Kamila mencoba bertanya tentang alasan Kamila ingin bunuh diri. Jika karena percintaan maka menurut Farah, Kamila adalah orang yang cupu, hanya karena asmara harus mengakhiri hidup dan tidak mensyukuri kehidupan yang diberikan Tuhan

Tiba-tiba tubuh mungil Kamila tergeletak ke lantai. Farah panik bukan kepalang mengetahui wanita yang baru saja diselamatkannya pingsan. Farah tidak ahli dalam mengobati orang, karena spesialisnya bukan menyelematkan tetapi memberi kepuasan kepada pelanggan. Farah hanya bisa menunggu sampai Kamila sadar karena tidak mungkin Farah dapat menggendong Kamila turun ke bawah.

Sudah 15 menit Kamila pingsan tetapi belum ada tanda-tanda bahwa Kamila akan bangun, Farah terus saja mondar mandir bingung harus berbuat apa, kebetulan Kamila tidak membawa ponselnya.

“Mbak ayo bangun!” ucapnya sambil mengelus kepala Kamila.

“Mbak—” Kamila tersadar dan langsung memeluk erat tubuh Farah

Farah masih kebingungan melihat tingkah Kamila seperti orang yang hilang arah tujuan. Farah mencoba menenangkan Kamila dan menanyakan alasan Kamila mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Kamila secara perlahan mulai menceritakan masalah apa yang dideritanya. Tidak habis pikir oleh Farah ternyata perempuan mungil itu memiliki beban hidup yang cukup berat, seharusnya Farah membiarkan wanita itu lompat untuk bunuh diri saja. Tetapi Farah mengurungkan niatnya dan mencoba membantu Kamila.

Kamila juga mulai penasaran dengan wanita yang sudah menyelamatkanmu malam ini. Ternyata namanya Farah. Kamila memperhatikan penampilan Farah dari ujung rambut hingga kaki, sudah jelas Farah adalah seorang wanita penghibur ialah satu Bar di Bali. Rambutnya terurai tak terikat, baju merah sexy di atas lutut tidak bisa menutupi seluruh bagian tubuhnya, bahkan dadanya membentuk belahan yang sempurna mampu memikat laki-laki hidung belang manapun termasuk si keparat Danish.

Farah bercerita panjang sangat lebar tentang alasan akhir hidupnya hingga menjadi seorang wanita malam yang berkeliaran mencari mangsa untuk sekedar diberikan layanan one night surprise dari Farah.

“Aku sangat berdosa jika membiarkan Mbak hingga harus bunuh diri seperti tadi, karena dulu adik saya yang melakukannya. Mbak seumuran dengan Nadira adik saya. Jika Mbak bunuh diri lagi, itu sama artinya saya membiarkan adik saya bunuh dirinya untuk yang kedua kalinya. Seharusnya mbak bersyukur karena masih memiliki keluarga yang memperdulikan Mbak, meskipun itu suami Mbak sendiri. Tapi nasib saya jauh lebih buruk dari Mbak.” Tangisan itu mulai keluar dari mata sexy Farah, sementara Kamila hanya bisa mendengarkan kisah demi kisah yang diceritakan oleh Farah

“Kenapa Mbak bisa berakhir di dunia yang seperti ini?” tanya Kamila serius.

“Dulu Saya dipaksa menikah oleh Ayah saya sendiri, bahkan jika saya tidak menuruti keinginannya maka saya akan digantikan dengan adik saya. Saya setuju karena membayangkan kehidupan saya jauh lebih baik setelah menikah, tetapi semuanya hanya mimpi saya Mbak, saya dan Adik saya justru dijual ke Bar dekat Pantai Kuta. Saya dan Nadira setiap malam terpaksa harus melayani laki-laki yang sekedar ingin memuaskan nafsunya, tetapi Nadira tidak tahan dengan kehidupan yang kami jalani, dan akhirnya di atas gedung ini, Nadira mengakhiri hidupnya, loncat seperti yang Mbak lakukan.”

Kamila menatap iba ke arah wanita yang baru saja menyelamatkannya, namun Farah hanya tersenyum puas menatap Kamila yang telah di selamatkannya. Bagi Farah, Kamila sama persis seperti adiknya. Farah tidak ingin Kamila mengakhiri hidupnya seperti Nadira. Mereka mungkin mendapatkan masalah yang berbeda, tetapi Farah tidak ingin kejadian 2 tahun lalu terjadi juga dengan Kamila. Sampai saat ini, Kamila masih melihat perasaan bersalah pada Farah atas kejadian yang menimpa adiknya.

“Mbak Mila sebaiknya pulang, apapun masalah yang Mbak hadapi. Tolong jangan bunuh diri lagi Mbak, syukuri hidup yang telah diberikan Tuhan. Saya memang bukan wanita suci, tapi saya tidak mau melihat Mbak Kamila putus asa seperti ini.” Mendengar perkataan Farah Kamila hanya menunduk.

“Mas Danish, Mas memang telah menyakiti Kamila tetapi Mas tetaplah suami Mila, Mila sayang Mas. Mas Danish harus bahagia dengan perempuan lain.”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel