Bab 7 Sandiwara demi Mama
Bab 7 Sandiwara demi Mama
“Mila, hari ini ada peresmian cabang perusahaan kita, Mas mohon kamu ikut ya, Mama juga akan hadir di peresmian itu.”
Tanpa memberikan jawaban apapun Kamila meninggalkan Danish sendiri di meja makan. Danish berusaha membujuk istrinya agar ikut dalam peresmian cabang kantor. Kebetulan peresmian itu akan dilaksanakan di Bali. Jadi, Kamila sebagai istrinya harus mendampingi Danish dalam acara tersebut. Danish merasa ragu untuk mengajak Kamila karena melihat kondisi Kamila yang masih dalam keadaan belum pulih benar. Danish juga takut jika nanti Kamila tiba-tiba pingsan di depan semua orang, justru akan membuat orang bertanya-tanya dengan kondisi istrinya.
Akhirnya Danish memutuskan untuk meminta izin kepada mamanya agar tidak membawa Kamila untuk acara peresmian kali ini.
“Hallo, Maa,” sapanya “Ma, sepertinya Kamila tidak bisa ikut dalam acara peresmian karena Kamila—” ucapan Danish sudah lebih dulu terpotong oleh Nyonya Kin
“Kenapa Kamila tidak bisa ikut? Ini acara yang sangat penting bagi perusahaan kita, masa istri direktur Perusahaan De Beauty tidak bisa ikut, apa kata rekan bisnis Mama nanti di sana. Kamu nggak usah khawatir sekarang mama akan telpon Mila untuk menyuruhnya siap-siap. Dua jam lagi kita ke bandara, nanti Mama akan jemput kalian berdua agar bisa jalan sama-sama ya. Semua keluarga juga akan ikut hadir dia acara tersebut.”
“Tapi Ma—”
Belum saja Danish menyelesaikan ucapannya, Nyonya Kin sudah menutup telponnya. Danish tidak tahu harus bagaimana. Tidak mungkin Danish akan memberitahu mamanya jika Kamila sedang marah dan tidak bisa berjalan jauh mengingat kondisi Kamia belum pulih betul.
Akhirnya Nyonya Kin menelpon Kamila dan memintanya untuk mendampingi Danish dalam acara peresmian cabang baru De Beauty. Kamila merasa tidak enak hati menolak permintaan mertuanya karena Nyonya Kin paling tidak suka dibantah dalam urusan apapun. Kamila menyanggupi permintaan mertuanya dan bergegas menyiapkan segala keperluannya dan keperluan Danish selama berada di Bali nanti. Meskipun hati Kamila masih sakit dan kondisinya belum pulih betul, tetapi menuruti permintaan mertuanya harus menjadi prioritas utama agar mama Danish tidak curiga dengan mereka berdua.
“Mas aku sudah menyiapkan pakaianmu, Mama bilang aku akan ikut untuk acara peresmian perusahaan di Bali, sebentar lagi Mama akan datang ke sini menjemput kita, jadi Mas Danish harus siap-siap juga.”
Danish seperti bermimpi mendengar Kamila mulai berbicara halus kepadanya, Danish tidak mau menyia-nyiakan lagi kesempatan yang sudah diberikan oleh Kamila dan langsung ke kamar untuk bersiap-siap.
Di dalam mobil, Kamila terus memegang tangan suaminya, menyender di bahu Danish, seperti tidak pernah terjadi apapun. Danish merasa Kamila sudah memaafkannya. Bola mata indah Kamila membuatnya betah berlama-lama untuk memandang wajah mungil istrinya.
“Kenapa Mas melihat Mila seperti itu?”
“Ahhh, nggak sayang, kamu cantik, Mas sayang kamu.” Memegang erat tangan Kamila dan sesekali mencium manja istrinya
Nyonya Kin hanya tersenyum melihat tingkah manja mereka berdua, sudah 5 tahun menikah tetapi Kamila dan Danish masih saja mesra seperti pengantin baru yang lengket dan tidak ingin terpisahkan.
Sesampainya di Bali mereka hanya membutuhkan waktu dua jam untuk istirahat dan bersiap sebelum acara peresmian dimulai. Kamila sangat anggun mengenakan dress berwarna hitam pekat, sangat cocok di badannya, riasan Kamila sangat sederhana tetapi cukup membuat seisi ruangan takjub dengan kecantikan Kamila. Danish pun begitu serasi dengan Kamila yang mengenakan jas hitam berdasi biru. Semua orang memuji pasangan tersebut sebagai pasangan idaman.
Kamila mulai diperkenalkan kepada rekan bisnisnya yang berasal dari Pulau Dewata. Nyonya Kin memamerkan menantunya yang sangat anggun sangat cocok dengan Danish putranya. Danish juga sangat lengket dengan Kamila dan tidak ingin pisah dari Kamila. Kemana pun Kamila pergi Danish selalu ada di dekatnya. Sesekali Danish memegang tangan Kamila dan tanpa malu menciumnya tangan Kamila dengan manja, Kamila sudah menolak karena malu dilihat oleh banyak orang tetapi apa daya Kamila hanya menurut saja.
Melihat tingkah keduanya Nyonya Kin sangat bahagia, Ia sangat bangga karena telah sukses dan memiliki anak dan menantu yang sangat harmonis, dan saking harmonisnya, Danish tidak malu untuk mengecup pipi istrinya jika ada kesempatan
“Mas jangan! Malu dilihat orang-orangan, nanti kita dikira mesum tidak mengenal tempat.”
“Mila! Mas sayang kamu, sekarang ayo ikut Mas, Mas akan kenalkan kamu sama teman-teman Mas.” ucap Danish, Kamila hanya mengangguk karena mustahil untuk menolak ajakan suaminya, jika tidak karena mertuanya, Kamila merasa malas untuk hadir di acara ramai seperti ini.
***
Saat Kamila hendak mengganti pakaiannya, tiba-tiba tangan Danish memeluknya dari belakang, membalikkan badan mungil Kamila. Danish tidak tahan melihatnya dan langsung memeluk Kamila, mencoba menempelkan bibirnya dengan milik Kamila. Tetapi apa yang terjadi, Kamila justru mendorong Danish hingga tergeletak ke pantai
“Kamu jangan macam macam sama aku Mas, jangan kira Aku sudah memaafkan semua kesalahanmu.”
“Tapi tadi—”
“Aku melakukan semua itu hanya karena mama yang meminta aku untuk ikut denganmu ke sini. Aku tidak sudi di sentuh oleh tanganmu itu, cuih.”
“Sampai kapan Mila akan marah ke Mas, Mas sudah bisa menerima keadaan dengan ikhlas. Mas juga sudah berusaha meminta maaf kepadamu. Apakah kamu tidak pernah menghargai itu Mil?”
“Mas sudah terlanjur menyakiti aku seperti ini.” Kamila memalingkan pandangannya. “Lebih baik Mas menikah lagi dan cari kepuasan dengan perempuan lain.”
“Apa menikah? Mas sudah bilang Mas tidak mau menikah atau yang lainnya, Mas cuma butuh kamu Mila, Mas sayang kamu, Mas ingin kita seperti dulu lagi.”
“Sudah terlambat.”
“Maksudmu? Kamu sudah tidak cinta dengan Mas lagi? Jawab Mil, tatap mata Mas dan katakan kamu kalau kamu sudah tidak mencintai Mas lagi.”
Kamila justru tidak melakukan apa yang diminta oleh Danish, karena di dalam lubuk hati yang terdalam Kamila masih sangat mencintai Danish, tetapi rasa cinta Kamila kalah dengan kemarahannya kepada Danish, Kamila masih belum menerima dan memaafkan segala perilaku Danish yang telah mengkhianatinya. Pertengkaran tidak bisa dielakkan lagi.
Nyonya Kin tidak sengaja lewat di depan kamar mereka berdua dan mendengar ada keributan, ternyata dia sedang mendapati anak dan menantunya sedang bertengkar. Dan mempertanyakan apa sedang terjadi di antara keduanya. Kamila dan Danish bungkam setelah mengetahui mamanya datang, mereka berdua tidak mengucapkan apapun atau menjelaskan tentang masalah yang sedang mereka alami
“Apa yang terjadi Danish? Kenapa kamu bertengkar Kamila? Mama tidak pernah melihat kalian bertengkar selama ini?”
“Jawab Mama? Kenapa diam saja? Cepat jelaskan”
“Aku yang bisa menjelaskan semuanya kepada Mama.”
Tiba-tiba seseorang datang dan siap untuk menjelaskan semua yang terjadi antara Kamila dan Danish
?