Bab 5 Hanya Kamu Kamila
Bab 5 Hanya Kamu Kamila
“Mas Danish! Kamu harus menikah lagi.” Kamila menghentikan Danish yang baru saja ingin menaiki anak tangga.
“Tidak akan.”
Danish dan Kamila mulai bertengkar. Danish marah dengan permintaan aneh dari Kamila. Danish mengakui dirinya salah karena telah melakukan perbuatan yang tidak pantas untuk dimaafkan, tetapi Danish tidak pernah berniat menikah dengan siapapun selain dengan Kamila. Danish menolak apa yang menjadi keinginan Kamila yang menyuruhnya menikah lagi.
“Kamu jangan aneh-aneh Mil, aku capek, aku mau ke kamar dulu.”
Tangisan Mila mulai pecah “Aku juga capek Mas, aku seperti ingin gila memikirkannya Mas, Menikah lagi adalah solusi terbaik saat ini.”
Langkah Danish terhenti menaiki anak tangga dan kembali turun ke arah istrinya. Danish memeluk Kamila, berusaha menenangkan istrinya. Danish berfikir Kamila terlalu memikirkan ucapan mamanya tentang keturunan. Untuk menebus semua kesalahan yang pernah Danish perbuat ke Kamila, Danish berusaha menerima kondisi istrinya.
“Sayang kamu sedang lelah, kamu butuh istirahat, Aku mohon kamu jangan terlalu kepikiran ucapan mama, sini Mas antar ke kamar.” Danish berusaha menenangkan Kamila dan mengajaknya untuk beristirahat.
“Aku ini perempuan sakit Mas. Kamu berhak mendapatkan keturunan selain dari Mila.”
“Kamu bicara apa Mil, jangan ngelantur, Mas tidak suka. Mas tahu, Mas sudah membuat Mila kecewa, Mas sudah mengkhianati Mila, tetapi Mas tidak pernah punya niat untuk menikah lagi, Mas Cuma mau kamu jadi istri Mas dan bukan perempuan lain.”
Hiks hiks,,,,,
Untuk sesaat tangisan Kamila pecah dalam pelukan Danish, Kamila tidak ingin membebani penyakitnya kepada orang lain. Selain itu, Kamila harus sanggup menerima kenyataan bahwa suaminya telah bermain di belakangnya.
“Lepas Mas, kamu tidak lihat, mamamu sangat ingin menimang cucu darimu, tetapi aku tidak mampu memenuhi semua itu, aku sudah terlanjur sakit Mas, Aku mohon kamu terima permintaanku ini. Aku sendiri yang akan mencarikan istri untukmu.”
“Mil, Mas cinta kamu apa adanya, Mas Mohon kasih kesempatan Mas untuk menebus dosa Mas kepadamu, Mas tidak peduli jika kita tidak memiliki anak, lagian kita bisa kan mengadopsi anak orang lain, atau nanti Mas yang akan cari anak pasti asuhan saja. Mas Masih cinta dan sayang sama Mila.”
Kamila memalingkan tatapannya dari Danish. Sandiwara perselingkuhan Danish sudah cukup membuat mental Kamila goyah, apalagi saat ini Mila harus berjuang melawan penyakitnya. Kamila mengetahui bahwa Danish masih sangat mencintainya, meskipun begitu Kamila tidak bisa menutup mata dengan pengkhianatan yang pernah dilakukan suaminya. Kamila tidak bisa berkelik, bagaimanapun mereka sudah menjalani biduk rumah tangga yang memasuki usia 5 tahun pernikahan, tentu bukan waktu yang sedikit baginya, tetapi mengingat penyakit yang ia derita Kamila berusaha menutup hatinya dan tidak ingin mementingkan egonya sendiri. Di luar sana masih ada Nyonya Kin Aryasatya yang menunggu dirinya memberikan keturunan untuk keluarga Aryasatya.
“Cukup Mas, keputusan Mila sudah bulat, Mas Danish akan menikah lagi. Bila Mas sudah mendapatkan istri dan anak, Kamila siap untuk diceraikan.”
Kamila meninggalkan suaminya berlari menuju ke kamar, dengan tangisan yang sangat deras, Kamila tidak membendung air matanya lagi. Menikah lagi adalah solusi terbaik untuk dirinya dan Danish. Kamila tahu bahwa Danish benar-benar telah menyesali segala perbuatannya, tetapi Kamila tidak ingin menyiksa batin Danish dan keluarga Aryasatya. Sementara Danish masih terpaku dalam diam, berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan istrinya.
Cerai! Danish tidak pernah berfikir sejauh itu, bahkan tidak pernah memikirkan untuk berpisah dengan Kamila meskipun kondisi saat ini masih benar-benar mengkhawatirkan, Danish harus menelan pil pahit bahwa Ia tidak bisa memiliki anak dari Kamila dan mengubur segala harapan untuk mendapatkan keturunan. Tetapi, Danish tidak memperdulikan itu semua, yang terpenting baginya saat ini hanyalah kesehatan Kamila dan berusaha terus ada di samping Kamila, menghadapi semua masalah bersama, dan mengembalikan kepercayaan Kamila yang telah rusak karena perbuatan Danish sendiri.
Danish pun ikut masuk ke kamar. Di ujung ranjang Ia masih menemukan istrinya menangis. Danish mendekati wajah mungil itu, berusaha menenangkan Kamila. Tetapi Kamila tidak memperdulikan Danish. Danish ingin menggenggam tangan Kamila tetapi Kamila justru menghempaskan tangannya. Ia tidak ingin disentuh oleh tangan Danish, bagianya tidak ada lagi hubungan, tidak ada cinta, tidak ada keromantisan lagi. Kamila yang sekarang hanya Kamila yang sudah dikhianati Danish.
“Sampai kapan Mila akan marah kepada Mas seperti ini? Apa Mila sudah tidak sayang Mas lagi? Mas tidak tahan melihatmu terus diam sama Mas, Mas mengakui kesalahan Mas, Mas ingin menebusnya dan ingin selalu berada di sisi Mila, Mas janji tidak akan mengulanginya lagi.”
“Sudahlah Mas, aku ngantuk, mau tidur dulu,” ucap Kamila menarik selimut lalu tidur menghadap ke arah lain.
“Mas akan buktikan kalo Mas akan selalu ada disamping Mila.”
Tanpa respon apa-apa Mila langsung tidur dan tidak memperdulikan suaminya yang terus saja bersusah payah untuk meminta maaf, hati Kamila seolah beku akan kata maaf. Kamila memang masih mencintai suaminya jika mengingat malam itu lagi, air mata Kamila selalu jatuh membasahi pipinya lembutnya.
“Maaf ya mau cari siapa?”
“Kamu siapa? Kenapa kamu yang jawab? Dimana Mas Danish?”
“Sayang ada yang cariin kamu, perempuan.”
Pikiran Kamila masih kelut, terbayang-bayang kata-kata perempuan yang mengangkat telpon suaminya. Kamila bingung apakah harus kembali ke rumahnya dan membiarkan kedua orang tua Kamila tentang masalah ini. Di sisi lain, Kamila kepikiran dengan papa dan mamanya, masih teringat jelas bagaimana bahagianya mereka kala Kamila dan Danish bisa menikah dan membina rumah tangga, Kamila tidak tahu respon orang tuanya nanti jika mengetahui bahwa putri kesayangan mereka telah dikhianati oleh menantu yang selalu mereka banggakan.
Pagi ini, Kamila sedikit terlambat. Danish tidak ingin membangunkan istrinya karena tahu bahwa Kamila membutuhkan banyak istirahat, belum lagi Kamila harus pergi ke rumah sakit untuk check up dan menjalani pengobatan yang sudah dijadwalkan oleh dokter. Danish tidak ingin mengganggu istrinya dan lebih memilih untuk berangkat ke kantor lebih pagi.
Kamila bangun mendapati Danish tidak ada di sampingnya. Wajahnya sendu, matanya bengkak, karena semalaman Kamila terus saja menangis dibalik selimut tidurnya. Pikirannnya masih melayang tentang Danish dan perempuan itu. Hati Kamila masih resah, kamila beranjak bangun dari tempat tidur dan segera membasuh wajahnya.
Tut tut tut!
“Hallo Mil,” sapa perempuan itu lembut.
“Iya Mbak Elisa.”
“Mil, Mbak mau bicara tentang makan malam semalam,” ujarnya “Mbak heran dengan perlakuan kamu ke Danish, apa kamu sudah memaafkan suamimu itu?”
“Hiks hiks hiks.”
“Mil kamu kenapa menangis? Mila jawab Mbak ada apa? Perutmu sakit lagi atau Danish menyakitimu?”
“Mil jawab Kamu kenapa?”
Tangisan Kamila semakin pecah, Kamila tidak tahu harus mengadu ke siapa lagi. Kamila sudah tidak tahan dengan semua yang dialaminya. Kamila ingin segera mengakhiri semuanya.
“Mbak, Mila mau bercerai dari Mas Danish—”
?