Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Makan malam keluarga Aryasatya

Bab 4 Makan malam keluarga Aryasatya

Tut tut tut!

“Hallo, Bik Kamila ada? Bilang sama dia Nyonya mau bicara.”

“Baik Nyah.”

Di dalam kamar, Kamila masih sibuk menyisir rambutnya yang masih setengah basah. Mbak Ijah pembantunya memanggil Kamila, menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Nyonya Kin Aryasatya ibu dari majikannya. Kamila mulai mempercepat langkahnya menuruni tangga, tidak ingin membuat mama Danish menunggu lama.

“Iya Mah, ada apa?

“Nanti malam Kamu sama Danish datang ke rumah, kita makan malam bersama.”

Kamila mengangguk menyetujui undangan mamanya Danish. Kamila mulai mengerti bahwa perempuan yang sering disebut Nyonya Kin Aryasatya mengundangnya untuk membahas tentang keturunan, karena Kamila sangat tahu bahwa mertuanya itu ingin cepat-cepat menimang cucu dari Danish. Kamila mulai resah, akankah ia menceritakan semua permasalahan mereka kepada mamanya Danish atau berusaha menyelesaikan sendiri.

Wanita itu menjatuhkan dirinya ke sofa empuk berwarna coklat, menghela nafas panjang. Kamila merasa bingung jika nanti menceritakan penyakitnya kepada mertuanya, bagaimana respon mereka jika mengetahui bahwa Kamila terkena tumor rahim, dan tidak bisa memberikan keturunan untuk Danish. Bagaimana jika Nyonya Kin menyuruh mereka bercerai dan meninggalkan Kamila berjuang sendiri melawan tumor ganas yang sedang mengerogoti tubuhnya.

Kamila mulai mengingat kembali malam itu, malam di mana rumah tangganya bersama Danish mulai hancur. Seseorang perempuan mengangkat telepon dan memanggil Danish dengan sebutan sayang. Kamila mulai meneteskan air mata. Tangisan Kamila tersedu-sendu, membayangkan semua yang dialaminya seperti mimpi yang tidak ia inginkan. Tidak pernah terbesit dalam hati Kamila bahwa Ia akan menderita penyakit tumor, membuat harapannya pupus untuk memiliki anak.

Tiba-tiba Kamila mulai berfikir untuk mencarikan Danish seorang istri yang bisa memberikan Danish keturunan. Kamila mulai berencana mencari tahu siapa wanita yang mengangkat Hp Danish malam itu. Menurut Kamila, Danish berhak mendapatkan keturunan, jika bukan darinya, maka orang lain yang akan memberikan hak itu.

“Sayang aku pulang.”

Suara itu berasal dari Danish yang baru pulang dari kantor, Danish mencium pipi istrinya dengan lembut, tetapi Kamila justru menolak dan melepaskan dekapan Danish.

“Mama tadi telepon dan mengajak kita untuk makan malam di rumahnya, aku mau siap-siap dulu, kamu juga siap-siap, Mas,” ucap Kamila datar kepada suaminya

“Mil! Aku nggak mau kemana-mana, aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersama kamu.”

Tanpa respon apapun Kamila pergi menjauh dari laki-laki itu. Danish menghela nafas dan membuangnya, berfikir bahwa istrinya masih marah atas apa yang dia lakukan. Danish tidak mengelak dari ucapan Kamila, jika tidak Kamila akan semakin marah.

Hati Kamila merasa tidak karuan setelah sampai di kediam Aryasatya. Setelah menghadapi masalah ini apakah Kamila masih sanggup berbicara ibu mertuanya atau tidak. Danish memarkirkan mobilnya, menaruh di deretan samping kiri di antara mobil-mobil mewah berkelas semua, sepertinya ada acara makan malam keluarga besar Aryasatya.

Kamila dan Danish langsung masuk ke rumah mewah tanpa memencet bel karena memang tidak ada bel di rumah tersebut. Mereka mengenakan baju yang senada, tidak lupa bergandengan tangan dan melemparkan senyuman termanis untuk menutupi masalah yang terjadi. Terlihat sosok gadis kecil berumur 6 tahun yang sedang asyik bermain dengan boneka barbienya

“Tante Kamila! Om Danish!” ujar Intan anak Elisa.” Mama Tante Kamila sudah datang!”

Dengan wajah semangat Intan berlari ke arah Kamila dan memberikan pelukan terhangat darinya. Kamila pun membalas dengan mengecup pipi chubby anak itu dan menggendongnya menuju meja bundar.

“Wahhh, Kamila!” Elisa berlari dari arah dapur dengan celemek yang masih menempel di badannya.

“Sehat, Mil?”

Wanita itu mengangguk dan menurunkan Intan dari pelukannya. Tetapi anak itu sudah terlalu menempel dalam dekapan hangat Kamila. Elisa mengerutkan dahinya ke arah Kamila, mengisyaratkan bahwa Kamila tidak boleh terlalu capek. Elisa terpaksa harus melepaskan Intan secara paksa, jika tidak hingga makan malam selesai pun gadis mungil itu akan selalu ada di pelukan Kamila. Sementara untuk Danish, Elisa masih menatap sinis dan tidak mengucapkan apapun untuk menyambuk adiknya sendiri, sepertinya Elisa masih marah dengan apa yang sudah dilakukan Danish kepada Kamila.

“Hai Ma!” sapa Kamila, “Hai Pah!”

“Hey sayang, gimana kabarnya, sehat?”

Kamila dan Danish mengangguk dan menyalami satu persatu om dan tantenya dan keponakannya yang sudah lebih dulu datang. Dengan penuh perhatian Danish menyiapkan tempat duduk untuk Kamila. Canda tawa mereka pecah di atas meja bundar. Danish terus saja memperhatikan Kamila, entah sudah berapa lama Danish melihat Kamila tersenyum lepas seperti saat ini. Tiba-tiba seperti dugaan Kamila, mama Kin menanyakan pertanyaan yang sudah Kamila tebak sebelumnya.

“Mil, lihat tuh keponakanmu. Yang lain sudah punya anak semua, nah kamunya kapan? Mama pengen cepat-cepat menimang cucu dari kamu dan Danish.”

“Itu Ma, sebenarnya aku—“

“Gini lho Ma, Kamila sedang ikut program kehamilan, jadi Mila tidak boleh terlalu capek dan terbebani dengan pertanyaan seperti itu, iya kan Sayang?” ujar Danish memotong ucapan istrinya.

Kamila hanya tersenyum dan tidak memberontak atas jawaban yang diberikan suaminya. Untuk kali ini Kamila harus mengalah dan tidak bisa memperlihatkan ketidakharmonisan keluarganya di depan semua orang.

“Shit, sialan kamu Danish, kamu sengaja memotong ucapan Kamila karena takut ketahuan,” umpat Elisa pelan sambil memperhatikan Kamila dan Danish yang sedang bersandiwara menjadi pasangan yang bahagia.

“Beruntung kamu Mil punya suami seperti Danish, udah ganteng, seorang direktur, nggak nuntut pula, coba kalo suamiku pasti udah suruh aku ikut program bayi tabung,” ucap Diana salah satu keponakan Danish.

“Iya, Aku sangat bersyukur punya suami pengertian seperti Mas Danish. Dia tidak pernah bohong apalagi berkhianat kepadaku, selama ini hanya dia laki-laki terjujur pernah aku kenal,” Kamila memuji-muji suaminya sambil mengenggam tangan milik Danish.

Elisa yang melihat sikap Kamila justru merasa perih. Seandainya mereka tahu apa yang selama ini dilakukan Danish di belakang Kamila. Mungkin semua orang akan bersikap sama dengan Elisa, sinis kepada Danish. Mata Elisa berkaca-kaca, mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Kamila. Elisa tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia berada di posisi Kamila saat ini, mungkin Elisa akan mengakhiri saja hidupnya.

“Hmmm, aku jadi iri dengan Kamila dan Danish, tidak pernah bertengkar, bahkan Danish sangat perhatian kepada istrinya, seandainya aku juga begitu dengan suamiku, mungkin aku akan sangat bahagia,” ucap Lisa keponakan Danish yang lain.

Mendengar semua itu, Kamila seperti tertampar. Apa yang mereka perlihatkan saat ini hanya sandiwara untuk menutupi masalah yang dihadapi oleh Kamila. Elisa semakin merasa terpukul mendengar Lisa yang tidak tahu kejadian yang sebenarnya.

“Emang Mas gak pernah romantis sama kamu sayang? Serius nggak pernah?” balas Bayu suami Lisa.

“Eh bercanda sayang, kan Kamu sih selalu romantis sama aku.”

Keheningan pun terpecah dari salah satu pasangan yang baru menikah enam bulan yang lalu. Saat itu keluarga Aryasatya sangat bahagia tetapi belum lengkap karena Danish masih belum memiliki anak.

Makan malam Keluarga Aryasatya bejalan lancar tetapi tidak dengan keluarga Kamila dan Danish yang sedang dirundung masalah. Setelah keluar dari rumah kediaman Aryasatya mereka berdua pulang ke rumah, namun sikap Kamila masih dingin kepada suaminya, tak disangka Kamila mengucapkan hal yang tidak diinginkan oleh Danish.

“Mas Danish! Kamu harus menikah lagi.”

?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel