Bab 3 Pupus
Bab 3 Pupus
Kedua lutut Danish bersimpuh di atas lantai, Danish memegang tangan istrinya dan terus besujud meminta maaf tetapi Kamila hanya acuh dan diam menghiraukan semua usaha Danish.
“Jika kamu sudah selesai meminta maaf, lebih baik kamu pergi dari sini Danish,” usir Elisa kepada Danish.
Elisa sudah tidak tahan melihat muka Danish yang penuh kepalsuan. Elisa muak dengan sandiwara Danish, pasalnya Danish sudah beberapa kali main perempuan di belakang Kamila, tetapi kali ini Kamila tahu kelakuan bejatnya. Elisa yakin bahwa Danish pasti akan mengulangi kesalahannya lagi. Dan menyakiti hati wanita mungil itu.
Seorang dokter lengkap dengan peralatan datang untuk memeriksa Kamila. Dokter tersebut merasa tidak perlu untuk memberi tahu Kamila tentang penyakit yang dideritanya. Laki-laki berjubah putih itu menggelengkan kepala. Mengisyaratkan kabar buruk akan segera Kamila dapatkan.
Kamila menarik nafasnya dengan dalam, mencoba menanyakan penyakit apa yang selama ini menggerogoti tubuhnya.
“Dok, saya sakit apa?”
“Dengan sangat menyesal, kami sampaikan kabar buruk ini kepada Nona Kamila. Selama ini Anda mengidap tumor rahim.”
Tumor Rahim!
Kamila hanya terdiam mendengar dirinya telah didiagnosa penyakit yang mematikan. Pupus sudah harapan kamila untuk memiliki keturunan. Hatinya hancur, pikirannya kelud membayangkan segala kemungkinan lain yang bisa saja terjadi akibat penyakit yang dideritanya. Kamila seperti tertampar dua kali kepahitan yang melanda dirinya. Penghianatan Danish dan penyakit tumor rahim dengan resiko Kamila tidak akan bisa memiliki keturunan
Eliya mendekat ke arah Kamila dan memeluk tubuh mungilnya. Elisa menangis dalam pelukan Kamila. Sementara Kamila masih tetap diam dan tidak menunjukkan respon apa-apa. Elisa tidak menduga bahwa apa yang menimpa Kamila adalah sebuah kepahitan bahkan tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa keluarga Aryasatya harus menahan pilu bahwa Danish adiknya tidak bisa mendapatkan keturunan dari Kamila. Padahal mereka semua sudah lama menanti penerus Danish Aryasatya hadir secepat mungkin. Tapi mau berkata apa, Takdir ini harus bisa diterima Kamila, bahwa ia tidk bisa melahirkan keturunannya sendiri dan menyiapkan dirinya jika ajal menjemput Kamila secara tiba-tiba.
Danish masih diam, sesekali melihat wajah istrinya penuh penyesalan. Danish shock mendengar Kamila yang didiagnosa menderita tumor rahim. Yang paling tidak ia percaya, bahwa Danish tidak bisa memiliki keturunan dari istri yang Ia sayang. Danish meneteskan air mata, mengingat dosa apa yang pernah dibuat, hingga Kamila yang harus menanggung semuanya.
Hari demi hari Kamila menjalani perawatan di Rumah Sakit. Kesehatannya mulai pulih. Danish selalu menemani Kamila, tetapi perempuan itu berubah menjadi perempuan yang dingin dan tidak lagi memperdulikan Danish.
Akhirnya Kamila dibolehkan pulang, tetapi setiap 2 kali dalam seminggu harus datang untuk memeriksa kesehatannya. Dengan sigap Danish berusaha mendampingi Kamila dalam melewati masa-masa tersulit dalam hidupnya. Tetapi Kamila tidak pernah mau bicara kepada Danish. Bahkan untuk pergi check up Kamila lebih memilih supir untuk mengantarnya daripada Danish. Kamila merasa kecewa dengan pengkhianatan yang di dapatkan dari orang yang Ia sebut sebagai suaminya.
Kamila telah berubah menjadi Kamila yang rapuh dan lebih sering mengurung dirinya di kamar. Bahkan Kamila lebih banyak murung dan tidak pernah tersenyum lagi semenjak malam itu. Keceriaannya telah direnggut oleh takdir. Kamila hanya bisa berdo’a dan pasrah atas kehendak Tuhan.
Sebagai seorang istri, Kamila berusaha menjalankan kewajibannya. Kamila tetap menyiapkan sarapan kepada Danish, menyiapkan pakaian kerja dan pekerjaan yang lainnya.
Sebuah mangkuk berisi sup panas tumpah membuat Danish terkejut dan berusaha mengobati “Hati-hati Mil, kaki kamu bisa melepuh karena sup itu.”
Kamila justru melepaskan tangan Danish dan mendorong agar menjauh darinya. Kamila hanya diam dan berlari menuju kamar. Membanting pintu sekuat tenaga, menghancurkan foto-foto pernikahannya dengan Danish yang sudah tertata rapi di dekat ranjang kamarnya.
Tringgggg!
Mendengar suara dari arah kamarnya, Danish segera menyusul Kamila. Danish menaiki 12 anak tangga menuju lantai dua, dan mendapati Kamila sedang mengancurkan foto pernihakan mereka. Kamila mengamuk tanpa batas. Melihat istrinya yang sudah tak terkendali, Danish memeluk Kamila dan berusaha menangkannya, tetapi Kamila memberontak dan melempar Danish ke arah ranjang.
“Mil kamu kenapa? Mil Aku sayang kamu, aku minta maaf." Lirih Danish menggenggam tangan Kamila.
Kamila diam dan meninggalkan Danish sendiri di kamar itu. Hari-hari Kamila terisi dengan tangisan. Perempuan mungil itu bahkan sering dipergoki menangis oleh Danish dan pembantunya. Danish berusaha menenangkannya tetapi tatapan dingin justru yang dilemparkan oleh perempuan mungil itu.
“Mil apakah kamu akan terus marah dan bersikap dingin kepadaku, aku sudah minta maaf, mencoba menebus kesalahanku padamu. Aku cinta kamu, Mil.”
“Apa cinta?” Kamila mulai berbicara “Cinta apa yang kamu maksud Mas? Cinta karena kasihan dengan keadaanku? Atau cinta palsumu? Terserah kamu mau berbuat apapun, itu hakmu. Sekarang aku tidak bisa lagi melarangmu jalan dengan perempuan manapun. Karena Mas berhak punya keturunan. Mamamu juga selalu bertanya kenapa sampai saat ini aku belum bisa hamil. Aku hanya perempuan cacat yang tidak bisa memberimu keturunan Mas.”
Kamila berlari meninggalkan Danish, sepertinya Kamila sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi, hidupnya sudah hancur bersama harapan-harapan untuk memiliki momongan. Tangisan Kamila pecah karena vonis tumor dan merasa dikhianati oleh Danish.
Danish hanya diam, berusaha mencerna setiap perkataan yang Kamila ucapkan. Danish merasa tertampar secara tidak langsung dengan perlakukan Istrinya yang akhir-akhir ini mulai dingin. Rumah tangganya tak seharmonis dulu lagi. Danish rindu dengan senyum merekah Kamila.
Biasanya saat Danish pulang dengan wajah bahagia Kamila menunggu di depan pintu, Danish mengecup basah pipi kiri dan kanan Kamila. Kemudian mereka makan malam romantis berdua, kadang bercanda, kadang juga Danish menggoda Kamila, meminta jatah karena seharian tidak bisa dimanja oleh istrinya. Kamila membalas dengan wajah girang, menerima tawaran Danish untuk bercumbu dalam sebuah peraduan panjang.
Danish merasa bersalah dengan apa yang ia perbuat, hingga membuat istrinya menjadi kecewa. Danish berusaha memperbaiki kembali hubungannya, Ia tahu bahwa dirinya salah telah menyakiti dan mengkhianati Kamila. Tidak seharusnya Ia bersikap seperti laki-laki kurang ajar di luar sana.
Terlepas dari semua itu, Danish berusaha menerima dengan lapang dada penyakit yang diderita oleh Kamila. Harapannya untuk memiliki keturunan dari Kamila pupus sudah. Tetapi Danish tidak ingin kehilangan Kamila, sosok perempuan terbaik dalam hidupnya. Kamila adalah perempuan yang mampu mebuatnya percaya kembali akan cinta. Danish tidak ingin kehilangan cintanya hanya demi cinta “One Night Surprise” yang Danish dapatkan dari perempuan-perempuan yang pernah jalan dengannya.
Danish seorang Direktur di perusahaan kosmetik milik keluarganya, selalu dikelilingi wanita cantik. Wajar saja Danish merasa tergoda dengan belahan dada yang di perlihatkan pegawai dan wanita-wanita cantik yang datang ke kantornya, tetapi Kamila masih jauh lebih dari mereka semua, apalagi Linda.
“Mil, aku minta maaf atas apa yang aku lakukan selama ini kepadamu, mungkin ini buah dari dosaku. Mila, aku masih sayang kamu, aku akan berusaha membuatmu percaya lagi kepadaku, Love you more Kamila Arisandi.”
?