Bab 2 Khilaf
Bab 2 Khilaf
Bulan indah merekah menampakkan kekokohannya. Dalam sebuah kamar, terdapat dua orang yang sibuk dengan peraduan cinta. Danish mengecup dan membelai mesra Linda sekertarisnya. Mereka seperti tenggelam dalam mabuk asmara dan tidak memedulikan apa-apa. Sesekali Danish mengucapkan “ I Love you” membuat Linda semakin tersipu malu dan beberapa kali harus memalingkan tatapan ke arah lain. Linda sudah benar-benar terperangkap dengan Danish. Sudah hampir 4 jam lebih Linda terbuai dalam pelukan Danish yang berstatus sebagai Bosnya.
“Mas Aku sayang sama Mas Danish, aku tidak ingin kehilangan Mas Danish,” ucap Linda polos
“Apakah Mas akan menikahiku?” lanjutnya
“Kamu harus ingat bahwa kita terikat hanya dasar suka sama suka dan bukan untuk menikah, kamu jangan berharap terlalu banyak, aku juga sudah menikah.”
Laki-laki itu menatap datar Linda, tiba-tiba Danish melepaskan pelukannya dan meninggalkan wanita itu menuju ke kamar mandi. Linda mengakui bahwa ia tidak peduli dengan status Danish, Linda hanya tahu dia cinta dengan bosnya.
Linda hanya diam melihat sikap Danish, mempertanyakan apakah laki-laki yang baru saja tidur dengannya, akankah bertanggung jawab dengan rasa cintanya atau semua janji Danish hanya sekedar di bibir saja. Wajar saja wanita itu mulai mempertanyakan tentang pernikahannya kepada Danish karena mereka menjalani hubungan gelap sudah terlalu lama. Linda tidak ingin Danish hanya datang dan mengumbar kata cinta saja. Baginya Danish adalah laki-laki sempurna yang akan membuatnya bahagia.
Linda membuka Hp Danish dan mendapati 31 kali panggilan yang tak terjawab dari “Istriku”. Baru saja Linda mau menaruhnya kembali Hp itu berbunyi kembali “Istriku” dalam hati Linda ingin menolaknya, tetapi setelah melihat sikap Danish, Linda merasa harus menjawab dan membiarkan perempuan itu tahu kelakuan suaminya.
“Maaf ya mau cari siapa?” tanyanya
“Kamu siapa? Kenapa kamu yang jawab? Di mana Mas Danish?”
“Sayang ada yang cariin kamu, perempuan.”
Tut tut tut!
Panggilan itu terputus dari Hp Danish. Mendengar teriakan Linda, Danish langsung sadar bahwa malam ini dalam malam anniversary untuk pernikahnnya yang sudah memasuki tahun ke-5 dengan Kamila. Dengan wajah cemas Danish keluar hanya mengenakan handuk di pinggangnya saja. Danish mulai gelisah. Apakah istrinya tahu bahwa ia sedang bersama wanita lain?
Tanpa basa-basi Danish meninggalkan Linda yang masih bersembunyi di balik selimut itu. Linda tidak terima dengan sikap semau-maunya datang untuk menidurinya dan semau-maunya pulang ketika telah puas atas pelayanan yang telah diberikannya.
“Mas, kamu mau ke mana? Kita bahkan belum masuk ke inti percintaan kita.” Kamila terus saja memanggil Danish.
“Kalau kamu memang benar-benar cinta buktikan Mas, nikahi aku secepatnya.”
“Mas, Mas Danis!” Linda terus saja memanggil Danish tetapi mau berkata apa Danish sudah keburu masuk mobil dan meninggalkannya sendiri di kamar itu “Sial, awas kamu Danish, lihat saja pembalasanku atas perlakuanmu malam ini,” umpat wanita itu.
Tidak butuh waktu lama Danish memasuki halaman rumahnya, dan berlari mengetuk pintu. Tetapi sebelum pintunya di tutup Danish didatangi oleh dua warga yang sedang Ronda malam.
“Mas Danish, istrinya Mas dibawa ke rumah sakit sama Mbak Elisa 2 jam yang lalu.”
Tanpa pikir panjang Danish masuk ke dalam mobil dan melaju dengan cepat menuju Rumah Sakit. Sudah di ambang kecemasan Danish mencari setiap kamar yang disebutkan oleh suster tempat istrinya dirawat.
Danish benar-benar takut sesuatu akan menimpa Kamila. Terlepas dari perilakunya, Danish benar-benar mencintai Kamila. Terpancar dari matanya bahwa Danish tidak ingin kehilangan kamila. Danish terus saja berusaha menemukan kamar yang dimaksud oleh suster .
Kamar A302 itulah tempat Kamila dirawat saat ini. Danish sempat ragu membuka pintu tersebut, tetapi ia tidak bisa menunggu lagi. Di ruangan itu ada Kamila Arisandi yang sedang terbaring lemas
“Kamu sakit—“ ucapan Elisa terpotong karena kedatangan Danish.
Dengan wajah cemas, Danish mendekati ranjang istrinya, bertanya tentang keadaannya, dan mulai mengelus manja pipi Kamila dengan lembut. Kamila hanya diam dan tidak memberikan respon apapun. Kamila justru membuang pandangannya ke samping seperti tidak ingin bertemu dengan Danish.
Elisa yang tidak tahan dengan sikap sok lembut yang ditunjukkan Danish justru berdiri dan membalik tubuh Danish agar menghadap ke arahnya, dan—
Plakkkkk!
Tamparan keras mendarat di pipi kiri Danish, Elisa seperti mengeluarkan semua kemampuannya untuk menampar adiknya itu, dan tidak memberikan Danish kesempatan untuk berbicara lagi.
“Masih berani kamu menunjukkan wajahmu kepada Kamila, setelah perbuatan bejatmu dengan perempuan lain.”
“Aku minta maa—“
“Kamu tidak perlu minta maaf, buktinya sudah jelas, kamu bermain dengan wanita lain di malam yang sangat berharga untuk Kamila.”
Kamila tetap masih acuh kepada Danish, dan tidak mau mengucapkan kata apa pun. Kamila justru tetap menatap ke arah lain dan tidak memperdulikan Danish dan Elisa. Danish terus saja meminta maaf kepada Kamila, bahkan Danish bersujud di depan Kamila, tetapi sedikit pun Kamila tidak berpaling kepadanya.
Sakit hati Kamila sudah cukup menjadi alasan Kamila untuk menunjukkan sikap acuhnya terhadap Danish. Kamila hanya meneteskan air matanya dan tidak ingin menatap Danish.
Elisa kembali menarik tubuh Danish menjauh dari Kamila. Sebenarnya Elisa sudah mengetahui adiknya sering bermain dengan pegawai di kantor. Hampir tiga kali Danish dipergoki oleh Alisa sedang mencumbu wanita, dan setiap wanita yang Elisa temui selalu saja berbeda.
Elisa sudah beberapa kali memperingati Danish agar tidak melakukan kesalahan itu lagi, tetapi Danish hanya bertahan dan yakin bahwa Kamila yang lugu tidak akan mengetahui perilakunya yang sering main serong dengan pegawai kantor.
Tetapi untuk kali ini Elisa sudah tidak bisa memaklumi lagi kelakuan Danish, dan mengeluarkan amarahnya pada satu tamparan keras pada Danish. Sejak dulu Elisa ingin memberi tahu Kamila bahwa Danish sudah membohonginya, tetapi Ia tidak sanggup menghancurkan kebahagiaan Kamila.
“Kamu sudah mempermalukan keluarga Aryasatya, bahkan Mbak sangat malu memiliki adik yang memperlakukan istrinya seperti Kamu. Apakah kamu tidak mikir apa akibat dari perbuatanmu ini Danish. Perempuan yang kamu lukai itu adalah perempuan tulus yang sudah mau menerima segala kekuranganmu. Dibandingkan dengan laki-laki lain, kamu tidak ada bandingannya. Banyak yang suka dengan Kamila, tetapi dia justru memilih laki-laki yang tidak tahu malu sepertimu, mau taruh dimana muka Mbak kalo Papa Kamila tahu masalah ini? Coba katakan Danish mau taruh di mana?” bentak Elisa menggebu-gebu.
Danish hanya tertunduk dan mendekati Kamila, tetapi Kamila masih bungkam seribu bahasa. Tidak menunjukkan sikapnya ingin bicara atau meminta penjelasan terhadap apa yang dilakukan pada malam spesial mereka. Danish terus bersujud meminta maaf tetapi Kamila hanya acuh dan diam.
“Jika kamu sudah selesai meminta maaf, lebih baik kamu pergi dari sini Danish,” usir Elisa kepada Danish.