2. Mantra Pelindung
“Apa yang sedang kau cari, Quinn?” Selene bertanya pada rekan kerjanya yang saat ini sedang menunduk mencari sesuatu.
“Aku kehilangan kalungku.” Quinn menjawab tanpa mengalihkan pandangannya. Wanita berusia dua puluh empat tahun itu terlihat panik.
“Kapan kau menyadari kalungmu hilang?” Selene ikut membantu Quinn mencari di dalam lab tempat mereka bekerja.
“Beberapa saat lalu.”
“Bukankah tadi kau tadi mengunjungi tempat budidaya mawar? Bagaimana jika kalungmu ternyata hilang di sekitar sana?”
Quinn menggigiti bibirnya, dadanya berdebar tidak nyaman. Kalung itu adalah pemberian dari orangtuanya dan ia sudah mengenakan kalung itu sejak ia masih bayi.
Ibunya selalu mengingatkan dirinya untuk tidak melepas kalung yang ia kenakan begitu juga dengan ayahnya.
“Aku akan mencari di sekitar kantor dulu lalu setelah itu baru mencari di sana.” Quinn harus menemukan kalung itu. Orangtuanya pasti akan kecewa jika tahu ia telah menghilangkan kalung itu. Selain itu ia juga sangat menyukai kalung yang telah menemaninya selama puluhan tahun itu.
“Baiklah, aku akan membantumu mencari di sekitar sini. Juga, aku akan memberitahu pada teman-teman yang lain mungkin saja mereka melihat atau menemukannya.”
“Terima kasih, Selene.”
“Itu bukan apa-apa, Quinn.” Selene adalah rekan kerja yang paling dekat dengan Quinn. Mereka hampir seperti saudara yang berbagi kebahagiaan dan kesedihan.
Selene segera memberitahu rekan-rekannya yang lain melalui pesan singkat. Dan saat pesan itu diterima, orang-orang itu langsung membalas dengan baik. Mereka akan segera memberitahu Quinn jika melihat kalung itu.
Quinn bekerja di sebuah perusahaan parfum terbesar di benua Amerika, dia merupakan salah satu ketua di departemen peneliti dan pengembang.
Ia dikenal oleh lebih dari setengah pekerja di perusahaan itu, bukan hanya karena ia cantik seperti dewi, tapi juga karena kejeniusannya dalam menciptakan wewangian yang langka.
Quinn dikenal sebagai dewi es di perusahaan itu, dia sangat cantik, tapi begitu dingin. Namun, meski begitu tidak satu pun dari orang-orang yang memuja Quinn berbalik mundur. Mereka semakin mengagumi Quinn.
Ada sebuah ungkapan, semakin sulit digapai semakin membuat tertarik, dan itulah Quinn.
Tidak hanya rekan-rekan kerjanya, para atasan juga menyukai Quinn. Bagi mereka Quinn adalah aset berharga yang tidak boleh lepas dari perusahaan mereka. Karena mereka tahu ketika Quinn terlepas maka akan ada banyak perusahaan yang mau menampung master parfum seperti Quinn.
Orang-orang yang menerima pesan juga tidak akan bertanya-tanya seperti apa kalung yang dikenakan oleh Quinn, mereka telah melihat Quinn mengenakan kalung itu sejak Quinn bekerja di perusahaan. Selain itu Quinn yang dikenakan oleh Quinn sama menariknya dengan Quinn.
Jika penampilan Quinn seperti salju, maka kalung itu memiliki permata yang semerah darah. Sangat kontras dengan kulit Quinn yang putih halus. Dan kalung itu juga sangat indah, beberapa orang bahkan pernah bertanya pada Quinn di mana Quinn mendapatkannya, mereka ingin satu karena terlihat sangat cantik dan langka.
Quinn tidak fokus bekerja hari ini, dia telah mencari kalungnya di setiap sudut lab dan tempat-tempat yang ia datangi di perusahaan, tapi ia tetap tidak menemukan kalungnya, begitu juga dengan rekan-rekan kerjanya. Mereka tidak menemukannya sama sekali.
Sepulang bekerja, Quinn menghampiri tempat budidaya mawar.
Pekerja yang ada di sana segera membantu Quinn mencari kalungnya, tapi sampai matahari terbenam dan langit mulai gelap, Quinn tetap tidak menemukan kalung itu. Akhirnya ia masuk kembali ke dalam mobilnya dan pulang ke kediamannya dengan wajah sedih. Ia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada orangtuanya.
Mobil Quinn berhenti di bangunan mewah yang merupakan kediaman orangtua Quinn. Quinn tumbuh dan besar dalam keluarga yang kaya raya, ibunya merupakan seorang dokter ahli bedah terkenal, sedangkan ayahnya, pria itu adalah seorang ilmuwan yang bekerja untuk negara.
“Quinn pulang!” Quinn memberitahu ayah dan ibunya yang saat ini sedang menonton televisi di ruang keluarga. Ia segera duduk di tengah-tengah orangtuanya.
“Ada apa dengan wajah sedihmu itu, Sayang? Apakah kau melalui hari yang buruk hari ini?” tanya Marisa - ibu Quinn, dengan penuh perhatian.
Quinn memeluk ibunya lalu kemudian menatap sang ibu dengan rasa bersalah. “Ibu, Ayah, maafkan Quinn.”
Marisa dan Dalton mengerutkan keningnya. Kenapa putri mereka tiba-tiba meminta maaf seperti ini.
“Quinn menghilangkan kalung yang kalian berikan,” tambah Quinn.
Wajah Dalton dan Marisa langsung menegang ketika mereka mendengar kata-kata putri mereka.
“Sayang, bagaimana bisa kau menghilangkan kalung itu?” Marisa berkata dengan gurat gelisah di wajahnya.
“Aku benar-benar minta maaf, Bu. Aku tidak menjaga kalung itu dengan baik.” Quinn semakin menyesal ketika dia melihat wajah ibunya yang ia pikir wanita itu marah padanya.
“Quinn, kau pasti lelah hari ini. Istirahatlah sebentar lalu setelah itu turun untuk makan malam.” Dalton menekan rasa khawatirnya.
“Baik, Ayah.” Quinn tertunduk lesu, wanita itu segera melepaskan tangannya dari tubuh sang ibu, lalu kemudian ia segera berdiri dan pergi ke lantai dua di mana kamarnya berada.
“Suamiku, bagaimana sekarang?” Marisa bertanya gelisah. Dia tahu bagaimana nasib Quinn ke depannya tanpa kalung itu.
“Gunakan mantra pelindung untuk melindungi Quinn.” Dalton memberi arahan pada istrinya.
“Mantra pelindung saja tidak akan cukup. Bawahan raja iblis pasti akan bisa menemukan Quinn karena aroma Quinn yang begitu kuat.” Marisa hanya keturunan campuran, ibunya adalah penyihir sementara ayahnya seorang manusia. Dia tidak memiliki kekuatan yang sama seperti penyihir murni. Dia bisa melindungi Quinn dengan mantra sihirnya, tapi itu hanya akan berguna bagi makhluk-makhluk abadi yang lemah, mereka tidak akan bisa mencium bau Quinn. Namun, jika itu makhluk abadi yang memiliki kekuatan tinggi, maka mantra itu tidak akan berguna sama sekali.
Dalton juga menyadari hal itu. Hanya saja itu yang bisa mereka lakukan saat ini untuk Quinn. Sebagai seorang ayah, dia tentu saja akan melindungi putrinya sampai titik darah penghabisan.
“Gunakan saja untuk saat ini.”
“Baik. Aku akan melakukannya.” Marisa segera pergi ke kamarnya, ia menyalakan lilin dan mengiris telapak tangannya hingga darah menetes ke atas lilin. Marisa mulai melafalkan mantra. Lalu setelah itu pelindung yang tak terlihat oleh mata segera menutupi kediaman itu.
Setelah selesai, Marisa menatap telapak tangannya, kembali mengucapkan mantra dan luka yang tadi ada di sana tertutup kembali.
“Aku harap ini bisa melindungi Quinn.” Marisa bergumam kecil. Dia sendiri tidak yakin dengan hal itu, tapi dia memiliki harapan besar bahwa ia bisa melindungi keselamatan putrinya.
“Nona Isabelle, tolong lindungi Quinn dari tempatmu berada. Aku tidak bisa melakukan banyak hal untuknya.” Marisa menatap ke atas.
Dalton meraih tangan istrinya dan menggenggamnya erat. “Quinn pasti akan baik-baik saja.”
Marisa menatap suaminya dengan mata memerah. “Quinn akan baik-baik saja. Dia pasti akan baik-baik saja.” Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Di tempat lain saat ini suruhan dari Raja Vladimir yang dikirim ke dunia manusia untuk mencari keberadaan keturunan penyihir terakhir dari klan Ravonis telah mencium aroma khusus Quinn.
Mereka yang dikirim memiliki kekuatan yang tinggi, Raja Vladimir tidak menyepelekan seseorang yang bisa diramalkan membunuhnya. Jika seseorang itu saja dikatakan mampu membunuhnya, maka kekuatannya pasti tidak bisa diukur.
Mantra pelindung yang dibuat oleh Marisa tidak bisa menahan aroma Quinn yang terlalu kuat. Segera, aroma itu menuntun mereka ke kediaman orangtua Quinn.
Kelompok itu terdiri dari penyihir, vampir, iblis dan serigala. Mata mereka menyala ketika aroma Quinn semakin kuat, itu artinya mereka sudah semakin dekat. Jika mereka bisa membunuh ancaman terbesar bagi raja mereka maka mereka akan mendapatkan hadiah yang besar, itu membuat mereka menjadi sangat bersemangat.
Di kediaman Maximilano, saat ini Assegaf melapor pada Maximilano.
“Yang Mulia, keberadaan Nona Quinn telah diketahui.”
Maximilano juga sudah mengetahui hal itu, aroma Quinn telah sampai padanya. Ia tidak tahu mengapa aroma Quinn yang tidak pernah tercium sebelumnya kini menjadi sangat kuat.
“Ayo pergi ke kediaman keluarga Morrison.” Maximilano tidak bisa membiarkan Quinn terbunuh karena keselamatannya juga bergantung pada kehidupan wanita itu.
Maximilano yakin bahwa yang dikirim untuk memburu Quinn bukan makhluk sembarangan. Raja Iblis bukan seseorang yang sembrono, jadi dia pasti akan melakukannya dengan cermat.
Assegaf sudah mengirimkan bawahannya untuk menjaga Quinn, tapi tentu saja itu tidak akan cukup untuk melawan kelompok yang dikirim oleh Raja Iblis.
“Baik, Yang Mulia.”
Di kediaman orangtua Quinn, saat ini beberapa makhluk abadi telah bertempur, bawahan yang dikirim oleh Assegaf tidak cukup untuk melawan bawahan Raja Iblis.
Maximilano bisa memperkirakan jumlah makhluk abadi yang ada di sana, itu lebih dari sepuluh. Dia menghitung jumlah yang ada di depannya saat ini, itu hanya ada beberapa saja. Ia yakin yang lainnya pasti telah menyerbu masuk.
“Habisi semuanya, jangan sampai ada yang tersisa!” Maximilano memberi perintah pada Assegaf.
“Baik, Yang Mulia.”
Maximilano bergerak masuk seperti angin, hanya sepersekian detik dia sampai ke dalam. Di sana dia menyaksikan orangtua angkat Quinn tewas dengan kedua mata yang terbuka. Maximilano seperti menyaksikan kematian orangtuanya lebih dari seribu tahun lalu.
Saat dua iblis bergerak menuju ke atas, Maximilano segera mengangkat tangannya. Menghempaskannya ke samping, salah satu dari iblis itu terhempas ke dinding begitu juga dengan satu lainnya.
Tiga makhluk lain yang juga ada bagian tengah kediaman itu segera membalik tubuh mereka. Mata mereka melebar saat mereka melihat siapa yang berdiri di depan mereka.
“Putra Mahkota Maximilano.” Salah satu dari tiga makhluk itu berasal dari klan Cardence yang merupakan salah satu klan di bangsa vampir. Klan Cardence merupakan pengkhianat yang ikut dalam pembantaian klan Russel.
“Senang kau tidak melupakan siapa aku, Arich.” Maximilano bergerak maju, menerjang Arich yang merupakan putra tertua pemimpin klan Cardence.
Dua makhluk lain yang berasal dari klan serigala dan klan penyihir yang merupakan sekutu Raja Iblis juga masih mengingat Maximilano. Mereka tahu bahwa Maximilano telah hilang dari tempatnya disegel, dan sudah banyak iblis dan penyihir yang dikirim untuk melacak keberadaan mantan Putra Mahkota dunia Alambra itu, tapi tidak ada yang bisa menemukannya.
Mereka pikir Maximilano tidak akan pernah bisa dibangkitkan lagi, tapi ternyata mereka salah. Maximilano berdiri tepat di depan mereka saat ini.
Kedua serigala dan penyihir segera menyerang Maximilano, tapi Maximilano adalah vampir dengan kekuatan luar biasa. Meski kekuatannya belum pulih sepenuhnya, itu masih bukan tandingan lawannya saat ini.
Maximilano adalah satu-satunya vampir yang mampu mengendalikan empat eleman, api, air, tanah dan udara. Dia merupakan vampir dengan kelahiran langka.