Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3. Kau adalah tersangka

Serigala berbulu cokelat terang melayang ke arah Maximilano, hendak memisahkan kepala dan tubuh Maximilano, tapi dengan cepat Maximilano membentuk pedang dari api. Pria itu menusukannya tepat ke jantung serigala, dan kemudian serigala itu terbakar.

Penyihir sejak tadi mencoba untuk melumpuhkan Maximilano dengan mantra sihirnya, tapi mantra itu tidak berpengaruh pada Maximilano. Dahulu, yang bisa memantrai Maximilano hanyalah Isabelle Ravonis, ibu Quinn yang menguasai mantra terlarang.

Maximilano bergerak secepat kilat, ia sudah mencekik si penyihir. Tangannya yang lain menciptakan api, segera api melahap si penyihir dan menghilang seperti asap.

Vampir dari klan Cardence mencoba untuk melarikan diri, tapi Maximilano tidak mungkin membiarkan pria yang sudah mengetahui keberadaannya itu pergi.

Maximilano menggunakan kekuatan melumpuhkan lawan, ia menghentikan Arich dan membuat tubuh pria itu menjadi kaku dan kesakitan.

Saat Maximilano hendak membunuh Arich, dua iblis yang tadi ia serang sudah bergerak menyerangnya. Maximilano hanya menggerakan tangannya yang lain, menciptakan ratusan pisau dari api yang kemudian menusuk kedua iblis itu.

Ia kembali beralih pada Arich, pria itu memegang leher Arich dan mencabut kepala dari tubuh Arich. Ini adalah pembalasan awalnya untuk klan Cardence, pemimpin klan itu tidak akan pernah melihat putra sulungnya kembali seumur hidupnya lagi.

Maximilano telah membunuh semua yang ada di dalam kediaman itu.

Dari arah tangga, Quinn melihat orangtuanya yang sudah tidak bernyawa dengan darah yang mengotori lantai. Matanya terbelalak, terdapat teror mengerikan di sana.

“Ayah! Ibu!” Quinn berlari dari atas tangga dengan jantung yang berdetak sangat cepat. Ia segera meraih tubuh orangtuanya yang tergeletak berdekatan.

“Ayah, Ibu, jangan tinggalkan Quinn.” Quinn menangis pilu, ia memeluk tubuh orangtuanya bergantian. Wanita itu tidak memedulikan darah orangtuanya yang kini membasahi pakaian yang ia kenakan.

Maximilano hanya menatap Quinn tanpa rasa iba. Ibu wanita telah membuat seluruh keluarganya terbunuh, jadi ia tidak perlu mengasihani Quinn. Jika saja nyawanya tidak bergantung pada Quinn, dia akan membiarkan Quinn mati hari ini.

Setelah beberapa saat Quinn menangis dan meratap akan kematian orangtuanya, dia baru menyadari keberadaan Maximilano.

Ia berdiri dan menatap Maximilano marah. “Siapa kau? Kenapa kau membunuh orangtuaku!”

Maximilano hanya memandangi Quinn sinis. “Kau lah yang membuat orangtuamu terbunuh!” Dia berkata dengan kejam.

“Itu tidak mungkin!” seru Quinn marah. “Kau pembunuh! Kau pembunuh! Aku akan membunuhmu!” Quinn menghambur ke sisi Maximilano seperti seseorang yang sudah kehilangan akal sehatnya.

Maximilano tidak ingin mengeluarkan banyak tenaga menghadapi Quinn, ia mengambil kesadaran Quinn dan detik selanjutnya Quinn terjatuh ke lantai.

Ia meraih tubuh Quinn dan membawanya keluar dari tempat tinggal orangtua angkat Quinn. Tidak akan aman bagi Quinn untuk tetap tinggal di sana karena suruhan Raja Vladimir pasti akan menemukan Quinn.

Tempat teraman bagi Quinn adalah tempat tinggal Maximilano, karena tempat itu sudah dimantrai oleh Assegaf dengan kuat, tidak akan ada yang bisa mencium bau Quinn sedikit pun selama Quinn berada di sana.

“Bereskan tempat ini.” Maximilano memberi perintah pada Assegaf sembari membawa Quinn bersamanya.

“Baik, Yang Mulia.”

Maximilano segera pergi, ia melesat cepat tanpa menggunakan kendaraan. Hanya dalam hitungan detik dia sudah sampai ke kediamannya yang bergaya klasik.

Setelah itu Maximilano meletakan Quinn di sebuah kamar. Dia menatap wajah Quinn sekilas, lalu setelah itu meninggalkan Quinn begitu saja.

Assegaf kembali setelah membereskan tentang hal-hal yang tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia. Pria itu hanya menyisakan mayat Marisa dan Dalton. Dia akan membiarkan kematian itu ditemukan oleh orang lain.

“Sediakan semua keperluan wanita itu,” perintah Maximilano.

“Baik, Tuan.” Assegaf sebenarnya enggan melayani Quinn setelah dia tahu bahwa wanita itu adalah putri dari penyihir yang juga telah menyebabkan kematian klannya.

Seribu tahun yang lalu, karena klan Vetteriano menolak tunduk pada Raja Vladimir, semua anggota klan dimusnahkan, dan ibu Quinn ikut campur dalam pemusnahan itu.

Ibu Quinn menguasai sihir terlarang, wanita itu satu-satunya keturunan dari klan Ravonis yang masih tersisa. Semua keluarga dan klannya menghilang seperti debu karena tidak bisa mengendalikan sihir terlarang yang mereka pelajari. Isabelle Ravonis adalah satu-satunya yang selamat dan mampu mengendalikan sihir terlarang yang bisa memakan jiwa dan kehidupannya sendiri.

Isabelle membuat seluruh klan Vetteriano tidak bisa menggunakan sihir mereka hingga akhirnya mereka terbunuh oleh Raja Vladimir dan sekutunya.

Assegaf adalah satu-satunya yang bisa melarikan diri, dia bersumpah bahwa suatu hari nanti dia pasti akan membalas dendam dan membuat mereka yang terlibat dalam pemusnahan klannya membayar berkali lipat lebih mengerikan.

Assegaf mengalami nasib yang sama dengan Maximilano, mereka adalah saksi kehancuran seluruh klan mereka.

Dan sekarang keduanya harus hidup berdampingan dengan putri Isabelle Ravonis, sungguh sangat ironi.

Assegaf meninggalkan ruang pribadi Maximilano, dia memerintahkan kepala pelayan untuk menyiapkan seluruh kebutuhan Quinn. Assegaf akan menahan dirinya, itu semua demi majikannya.

**

Quinn terbangun keesokan paginya setelah mengalami mimpi buruk yang terasa sangat nyata. Ia melihat gambaran kematian orangtuanya kemarin.

“Ayah! Ibu!” Ia berteriak dengan air mata yang mengalir di wajahnya.

Quinn melihat ke sekelilingnya, dan ia berada di kamar asing. “Ayah, Ibu.” Quinn bergumam kalut, dia harus segera melihat orangtuanya. Mereka pasti masih hidup. Apa yang ia lihat sebelumnya pasti mimpi, itu tidak nyata sama sekali.

Bergegas, Quinn keluar dari kamar. Dia melihat ke sekitarnya, mencari jalan keluar. Namun, kediaman itu terlalu besar dan asing untuknya. Ia berputar-putar dan kesulitan keluar dari sana.

“Nona, apakah ada yang bisa saya bantu?” Noela, kepala pelayan di kediaman itu bertanya pada Quinn. Wanita itu berdarah campuran seperti orangtua Quinn. Dia memiliki ibu seorang manusia dan ayah seorang penyihir. Noela telah lama hidup di dunia manusia mengikuti sang ibu, sementara ayahnya, pria itu meninggalkan ia dan ibunya ketika ia belum lahir.

Noela sudah mengikuti Assegaf sejak lama. Meski ia memiliki setengah darah manusia, tapi dia memiliki keistimewaan dengan wajah yang tidak menua dan bisa hidup abadi seperti penyihir. Hanya saja dia tidak memiliki kemampuan sihir yang kuat.

“Tunjukan padaku jalan keluar dari tempat ini.” Quinn menatap Noela tanpa emosi.

“Nona, Anda tidak diizinkan meninggalkan tempat ini.” Noela sudah diberi pesan oleh Assegaf bahwa Quinn tidak boleh meninggalkan kediaman itu.

Karena dia tidak akan mendapatkan bantuan apapun dari wanita berambut merah di depannya, Quinn tidak akan membuang waktunya lagi. Dia kembali mencari jalan keluarnya sendiri.

Ia berhasil mendekati pintu keluar, tapi langkahnya terhenti oleh sosok pria yang ia lihat ada di dekat mayat orangtuanya.

“Kau tidak diizinkan meninggalkan tempat ini, Nona Quinn.” Maximilano berkata dengan tenang, tapi sorot matanya lebih dingin dari es yang membekukan tubuhnya dahulu.

“Kau!” Quinn kembali merasakan gejolak amarah dan kebencian ketika dia melihat Maximilano. “Aku tidak akan sudi tinggal di tempat pembunuh sepertimu!”

“Jika seperti itu maka kau bisa pergi, Nona Quinn. Pintu ini terbuka lebar untukmu.” Maximilano sengaja membiarkan Quinn pergi karena dia tahu bahwa hal buruk pasti akan menimpa wanita itu.

Maximilano mungkin tidak akan mengizinkan Quinn terbunuh, tapi untuk sebuah penderitaan, Maximilano akan membiarkan Quinn menghadapi bahaya yang mengintainya.

“Kau adalah tersangka, aku pasti akan kembali dan membuatmu mendapatkan hukuman mati!” Quinn menatap Maximilano tajam lalu setelah itu melewati Maximilano dengan waspada. Dia tahu bahwa tidak mungkin pria itu akan melepaskannya begitu saja karena dia adalah saksi dari pembunuhan yang pria itu lakukan terhadap orangtuanya.

Kediaman Maximilano terletak di tengah-tengah hutan. Maximilano membenci keramaian, jadi dia memilih kediaman di tempat yang terpencil dan damai.

Quinn tidak tahu di mana tepatnya ia berada saat ini, tapi itu tidak mengurungkan niatnya untuk pergi dari tempat itu.

Langkah Quinn semakin jauh, dia telah keluar dari mantra pelindung Assegaf. Segera aromanya sampai ke makhluk-makhluk abadi yang memburunya.

Hanya dalam hitungan detik, orang-orang yang tidak Quinn kenal berdiri di depannya, yang lebih menakutkan ada tiga serigala bertubuh besar yang siap mencabik-cabik tubuhnya.

Serigala itu mengaum keras, membuat Quinn gemetaran. Ia segera berbalik dan hendak berlari. Hal ini mengingatkannya pada kejadian lima belas tahun silam ketika dia menghadapi anjing hitam legam yang mengejarnya, tapi kali ini lebih berbahaya, karena itu bukan anjing, tapi serigala.

Quinn berlari dengan segenap tenaga yang ia miliki, sementara beberapa vampir, iblis, penyihir dan serigala yang mengejar Quinn hanya mengeluarkan sedikit kemampuan mereka.

Mereka tidak percaya bahwa seorang gadis lemah seperti itu ternyata yang diramalkan bisa membunuh raja mereka. Benar-benar sebuah lelucon.

Di kediamannya, Maximilano bisa merasakan bahaya yang mengancam Quinn. Seperti yang dia duga, Quinn akan ditemukan dengan sangat cepat.

Maximilano membiarkan Quinn putus asa dan menderita, baru setelah itu dia akan membantu Quinn. Maximilano tidak mengerti bagaimana seorang Quinn bisa membunuh Raja Vladimir, tapi dia tidak akan meremehkan wanita itu. Darah Quinn bahkan bisa membangkitkannya. Mungkin kekuatan Quinn tersegel, atau Quinn tidak menyadari bahwa dia memiliki kekuatan.

Apapun itu, Maximilano akan membuat Quinn mengeluarkan kekuatannya. Baru dengan cara seperti itu, Quinn bisa membunuh Raja Vladimir.

Jika pertempuran satu lawan satu, Maximilano tidak akan membutuhkan bantuan untuk mengalahkan Raja Vladimir, faktanya dia memiliki kekuatan di atas pria pengkhianat itu. Namun, saat ini kekuatannya masih belum kembali seutuhnya, dan dia tidak tahu kapan kekuatan itu akan kembali, jadi jalan satu-satunya adalah dengan memanfaatkan Quinn.

“Yang Mulia, ada tamu tidak diundang yang datang ke tempat kita.” Assegaf melapor pada Maximilano.

“Mereka memburu Quinn.”

Assegaf mengerutkan keningnya. “Apakah Nona Quinn keluar dari kediaman ini?”

“Ya.”

“Apakah Anda memiliki perintah, Yang Mulia?”

“Tidak perlu melakukan apapun, aku akan membereskan mereka sendiri.”

“Baik, Yang Mulia.”

Maximilano mulai bergerak, tapi itu tidak terlalu tergesa-gesa. Dia masih membiarkan Quinn terus putus asa dan ketakutan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel