Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Rekaman CCTV

Bab 10 Rekaman CCTV

"Rekaman CCTV mana yang ingin kau periksa, Nak?" tanya petugas itu pada Levi.

"Rekaman tiga hari lalu, di bagian ruangan bekas perpustakaan yang ada di dekat toilet."

Petugas itu segera mencari rekaman yang dimaksud oleh Levi. Levi sendiri berharap semoga ia bisa menemukan jawaban atas rasa penasarannya selama ini.

Levi menunggu dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Ia harap-harap cemas.

"Ini dia, Nak."

Suara dari sang petugas berhasil menarik kesadarannya. Ia berjalan mendekat untuk menyaksikan rekaman CCTV tiga hari lalu.

Mula-mula tidak ada yang aneh. Hanya ada lalu lalang siswa-siswa yang kebetulan lewat di sana. Hingga Levi menyadari ada yang mengganjal. Ada beberapa siswi perempuan yang tampak bersembunyi di beberapa titik tempat itu. Pikirnya Levi mungkin mereka sedang bermain Hide 'n Seek.

Hingga akhirnya ia lihat sosok Arin dan Angel yang muncul dalam rekaman. Levi semakin mendekatkan diri ke arah layar. Sayang sekali, rekaman CCTV hanya menyajikan visualnya saja tanpa audio. Jadi, Levi hanya bisa menerka-nerka apa yang tengah kedua gadis itu bincangkan.

Levi mengetuk-ketuk telunjuknya di dagu. Menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kini di rekaman, tampak Arin yang sedang memasuki ruangan bekas perpustakaan, yang beberapa hari lalu Levi lihat. Dahi Levi dibuat berkerut ketika melihat Angel yang tiba-tiba saja menarik pintu ruangan dan menutupnya dari luar. Padahal Arin masih berada di dalam ruangan itu.

Apa-apaan ini?

Levi dibuat heran ketika siswi-siswi yang tadi ia lihat tengah bersembunyi kembali muncul. Salah satu di antara mereka membawa sebilah kayu panjang. Angel dan teman-temannya menyangga gagang pintu dengan kayu tersebut. Mengunci Arin di dalam ruangan itu.

Tangan Levi terkepal kuat. Jadi Angel orangnya. Orang yang sudah mengurung Arin di ruangan itu. Entah mengapa, Levi jadi merasa sedikit kesal. Sebenarnya ada masalah apa gadis itu dengan Arin?

Levi melihat Angel dan teman-temannya masih berada di tempat itu. Mereka terlihat seperti sedang mengatakan sesuatu. Sesekali juga tertawa. Hingga akhirnya Angel dan teman-temannya pergi meninggalkan tempat itu.

Rekaman berakhir setelah Levi meminta petugas menghentikannya.

Ternyata bukan hanya Levi yang dibuat terkejut dengan rekaman CCTV tersebut, petugas dan Mr. Kev juga merasakan hal yang sama.

"Jadi ini alasan kau ingin melihat rekaman CCTV tiga hari lalu?"

Levi mengangguk atas pertanyaan Mr. Kev.

"Apa kau mengenal mereka?"

Levi mengangguk lagi. "Ya, aku kenal siapa yang dikurung dan yang mengurung."

"Siapa mereka?"

"Arin dan Angel. Untuk teman-teman Angel aku tidak kenal mereka karena aku masih baru di sini. Aku sendiri yang menolong Arin keluar dari ruangan itu. Sayangnya, dia tidak menjelaskan apapun. Makanya aku berniat mencari tau sendiri lewat rekaman CCTV ini."

Mr. Kev terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya, prihatin.

"Tidak bisa dipercaya. Apa aku harus melaporkan kejadian ini pada pihak konseling?" tanya Mr. Kev.

"Kurasa iya, Mr. Kev. Tindakan ini sudah masuk kasus perundungan atau bullying. Tidak bisa dibiarkan begitu saja apalagi ini di lingkungan sekolah," usul petugas.

Mr. Kev mengangguk-angukkan kepalanya. "Baiklah, kalau begitu akan kulaporkan kasus ini segera."

"Tunggu, Mr. Kev!"

Langkah Mr. Kev terhenti ketika Levi menegurnya. "Ya, ada apa lagi? Oh, aku berterimakasih karena sudah memberitahuku tentang kejadia ini. Aku–"

"Jangan laporkan kasus ini ke konseling," potong Levi.

Mr. Kev dan petugas CCTV mengerutkan kening. Bagaimana bisa Levi menyuruh Mr. Kev untuk tidak melaporkan kasus ini?

"Memangnya kenapa? Kasus ini harus ditindak tegas."

Levi mengangkat wajahnya dan menatap Mr. Kev tepat di mata. Matanya menyiratkan keseriusan.

"Biar aku saja yang tangani masalah ini. Aku tidak mau masalah ini bertambah teruk. Aku khawatir kalau Angel dilaporkan, dia merasa tidak terima dan bisa saja dia bertindak lebih dari ini. Jadi kurasa tidak perlu dipermasalahkan lebih lanjut."

"Kau yakin itu?"

Levi mengangguk yakin. "Ya, aku yakin. Akan kutegur Angel agar tidak berbuat seperti ini lagi."

Mr. Kev berjalan mendekati Levi. Tangannya ia letakkan di atas bahu laki-laki itu, menepuknya beberapa kali.

"Tak kusangka ternyata kau orang yang baik. Orang tuamu pasti bangga terhadapmu."

Levi tersenyum kecut mendengar pujian Mr. Kev tersebut.

"Oh ya, tolong kabari aku jika masalah ini sudah benar-benar selesai, ya."

Levi mengangguk untuk terakhir kalinya sebelum memutuskan untuk keluar dari ruangan ini.

"Baiklah, Mr. Kev. Kalau begitu aku permisi dulu. Terimakasih sudah menunjukkan rekamannya padaku."

Levi pun berjalan keluar dari ruang administrasi dengan perasaan lega. Rasa penasarannya sudah terbayar sekarang. Akhirnya ia tahu siapa orang yang sudah mengurung Arin.

Levi berjalan sambil terus memikirkan hal ini. Kenapa Angel tega melakukan itu pada Arin? Apa gadis itu ada dendam pada Arin?

Levi memang tidak ingin kasus ini sampai diketahui oleh pihak konseling. Takut kalau Angel akan berbuat lebih parah dari ini. Namun, yang lebih Levi takutkan adalah Arin. Ia tidak ingin Arin tersiksa. Entahlah, Levi merasa tidak tega saja kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk pada gadis itu.

Levi menghela napasnya. Kenapa akhir-akhir ia jadi sering memikirkan Arin? Gadis misterius yang menyimpan banyak rahasia. Sehingga selalu membuat Levi penasaran untuk menguliknya tanpa sadar.

Levi menghela napasnya untuk kesekian kali. Ia fokus berjalan, kembali ke kelasnya.

Tanpa sengaja matanya terjatuh pada seorang gadis yang tengah berjalan bersama dengan teman-temannya dari arah berlawanan.

Rahang Levi mengeras. Tangannya terkepal kuat di samping tubuh. Pikirannya kembali terbayang akan rekaman CCTV tadi. Rekaman yang menjadi jawaban atas rasa penasarannya. Ia juga teringat dengan ucapannya pada Mr. Kev tadi. Di mana ia berjanji akan menangani masalah ini. Sekaligus memberi teguran pada Angel atas apa yang sudah gadis itu perbuat pada Arin. Levi jadi berpikir teguran macam apa yang cocok untuk diberikan pada gadis itu.

Laki-laki itu mulai berjalan menghadang Angel yang tengah berbincang seru dengan teman-temannya.

"Angel," panggilnya ketika sampai di hadapan Angel.

Gadis itu menoleh dan agak terkejut menemukan Levi yang memanggilnya. Apa ia tidak salah dengar? Levi, laki-laki yang ia kagumi, memanggil namanya? Tidak bisa dipercaya. Angel bahkan berusaha sekuat tenaga menahan senyum salah tingkahnya.

"Ya? Ada apa?"

Levi menatap Angel datar. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana.

"Bisa bicara sebentar? Ada yang ingin aku tanyakan padamu."

Angel tidak bisa menahan rekahan di bibirnya. Gadis itu mengangguk dengan semangat. "Sure. Eum... guys, kalian kembali ke kelas saja dulu. Nanti aku menyusul."

Tanpa rasa keberatan, teman-teman Angel pun pergi, menyisakan Angel dan Levi berdua saja.

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?"

Baru saja Levi akan membuka mulutnya, bel masuk sudah lebih dulu berbunyi. Levi jadi mengurungkan niatnya.

"Ah, sudah bel," keluh Levi. Padahal ia ingin memastikan masalah Arin pada Angel. "Eum... bagaimana kalau kita pergi bersama selepas pulang sekolah? Apa kau keberatan?"

Angel tersenyum lagi. "Tentu saja tidak."

Levi mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa nanti."

Levi pun berjalan melewati Angel.

Angel menahan perasaan yang bergejolak di hatinya. Ia jadi menduga-duga maksud di balik Levi mengajaknya pergi pulang sekolah nanti.

Angel tak henti-hentinya tersenyum.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel