Enam
"Ada apa ini? Kenapa jadi memeras seperti ini?" tanya Lucas.
"Jangan banyak bicara. Cepat berikan uang kalian!" gertak si pria penjual. Dia terus mengarahkan pisau pada Lucas dan Ariadne.
"Sepertinya sedari awal ia telah berniat tidak baik," ucap Lucas dengan suara berbisik. Ariadne hanya diam tidak menanggapi. Gadis itu malah kemudian mengambil uang dari dalam tasnya.
"Ini, ambil saja uang ini, tapi biarkan kami pergi."
Sosok pria bertubuh gempal di depannya tersebut hanya diam. Pisau terus terarah pada Ariadne dan Lucas dengan sikap waspada. Perlahan ia mendekat untuk mengambil uang tersebut. Namun pada saat itu justru Lucas yang menarik tangan Ariadne untuk berlari pergi dari sana.
"Apa yang kaulakukan?" tanya Ariadne.
"Mengapa kita tidak berikan saja uang padanya dan pergi baik-baik?"
"Apa kaupikir bisa pergi baik-baik? Orang itu pasti akan mencelakakan kita," sahut Lucas tanpa menoleh. Tangannya tetap saja menggamit tangan Ariadne untuk berlari pergi.
"Berhenti kalian!" teriak beberapa orang yang mengejar mereka. Ariadne yang sempat melihat ke belakang merasa bingung.
"Mereka telah mengincar kita sejak awal," ucap Lucas.
"Tujuan mereka bukan hanya uang, tapi untuk mencelakai kita berdua."
***
"Apa maksudnya kalian gagal?" tanya Nyonya Renata yang tengah bicara dengan orang di seberang. Tangannya menggenggam erat ponsel berwarna hitam miliknya.
"Hanya seperti itu saja kalian tidak bisa melakukan."
"Jangan khawatir, Nyonya. Ini semua karena ada pria yang bersama dia, tapi Anda tidak perlu khawatir, dia tidak akan lolos."
"Pria? Nasibnya sungguh beruntung. Masih saja ada orang yang melindungi dia," gumam Nyonya Renata.
"Kerahkan kemampuan terbaik kalian untuk menyingkirkan mereka dan aku akan membayarmu lebih banyak daripada yang kauterima."
***
"Kalian pikir kalian bisa pergi dari sini?" tegur salah seorang dari mereka yang kini mengepung Ariadne dan Lucas. Tidak tahu arah di kota asing tersebut, Lucas dan Ariadne justru berlari ke tempat yang sepi.
"Apa yang kalian inginkan? Jika kalian mau uang, kami akan berikan," ucap Lucas.
"Kau tadi berusaha membawa gadis itu melarikan diri dari kami. Kau tentu tahu bahwa uang bukan tujuan kami. Yang kami inginkan adalah nyawa kalian."
Orang-orang tersebut segera bergerak menyerang. Lucas tidak tinggal diam. Ia mendorong Ariadne menjauh dan segera melawan para penjahat itu. Mata pisau dari salah seorang penjahat telah berhasil melukai lengan kanan Lucas. Akan tetapi, pria itu tetap tidak berhenti melawan mereka. Dalam benaknya ia tahu, jika ia menyerah maka nyawa ia dan Ariadne akan berakhir di tangan para penjahat itu.
***
Hari telah berlalu. Ariadne dan Lucas tidak juga kembali. Pihak penyelenggara tour yang memeriksa peserta merasa cemas. Mereka kemudian menghubungi polisi. Di tempat lain, Tuan Hans juga berusaha menghubungi Ariadne. Namun ponsel putrinya sama sekali tidak tersambung. Ia merasa khawatir karena Ariadne selalu menelepon setiap hari.
"Mungkin dia sedang bersenang-senang hingga lupa memberi kabar," ucap Nyonya Renata mencoba menenangkan sang suami, meski di dalam hati ia justru kesal karena Tuan Hans masih saja mencemaskan Ariadne. Ia sungguh berharap Ariadne tidak akan pernah kembali.
Tuan Hans menggeleng. Ariadne bukanlah gadis seperti itu. Hatinya terasa makin cemas, sesuatu mungkin terjadi pada putri sulungnya tersebut.
***
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Ariadne sambil membantu Lucas untuk bangun dari tidurnya. Ia menumpuk bantal agar pria itu bisa bersandar.
"Di mana kita?" tanya Lucas sambil melihat sekeliling kamar yang berukuran tidak seberapa luas tersebut.
"Kita berada di rumah orang. Apa kau lupa jika ada sekelompok orang jahat mengejar kita? Untung ada orang-orang datang dan membantu kita. Saat ini kita berada di salah satu rumah mereka."
Lucas hanya mengangguk. Ia ingat orang-orang berdatangan menghampiri. Ia juga perlahan ingat kalau mereka telah membantu dirinya dan Ariadne. Hanya saja kepalanya sedikit pusing dan ia sempat mengira dirinya tengah bermimpi saat melihat Ariadne di sampingnya.
"Bagaimana para penjahat itu?" tanyanya kemudian.
"Mereka melarikan diri, tapi jangan khawatir aku dan yang lain telah membuat laporan pada polisi. Mereka pasti akan segera tertangkap."
"Lalu apa kau baik-baik saja?" tanya Lucas sambil melihat Ariadne dengan penuh perhatian.
"Aku baik-baik saja. Kau yang sedang terluka, bukan aku."
"Lalu apa kau yang mengobati lukaku?"
Ariadne hanya mengangguk. Lucas tersenyum senang.
"Baguslah, kau harus tetap melakukannya sampai aku sembuh."
"Dokter bilang lukamu itu akan segera sembuh."
"Sampai benar-benar sembuh, kau harus merawatnya," ucap Lucas sambil meraih tangan Ariadne.
"Kau ini terlalu banyak menuntut, ya. Apa jangan-jangan semua rencanamu agar bisa mengambil kesempatan dariku?" tukas Ariadne sambil menepis tangan Lucas.
"Rencana ini terlalu bodoh. Jika aku yang membuat rencana, aku akan membawamu pergi sangat jauh agar kau tidak bisa bertemu dengan kekasihmu lagi. Lalu kau akan melupakan dia dan mencintai aku."
"Dasar bodoh!" tukas Ariadne sambil bergegas keluar dari kamar tersebut diiringi tawa Lucas. Ariadne hanya menggeleng dan menghela napas panjang. Buat apa ia mendengar ucapan Lucas yang entah kapan bisa serius.
***
Ariadne dan Lucas kembali ke hotel. Ariadne juga segera menelepon sang ayah. Beliau merasa lega dan senang karena putrinya kembali dengan selamat. Mendapat kabar bahwa Ariadne kembali dengan selamat membuat Nyonya Renata merasa sangat kesal. Meski begitu, di luar ia tetap saja tersenyum seolah ikut senang dengan kabar tersebut. Hal yang membuat ia makin cemas adalah Ariadne akan segera kembali. Ia takut kehadiran Ariadne akan membuat Allen meninggalkan Safira.
"Ibu, lakukanlah sesuatu. Aku tidak mau berpisah dengan Allen. Aku juga tidak ingin melihat Ariadne berada di rumah ini lagi," tukas Safira dengan nada kesal.
"Tenanglah," ucap Nyonya Renata sambil menggenggam tangan putrinya.
"Allen akan tetap menjadi milikmu. Kita mungkin tidak harus menyingkirkan gadis tidak berguna itu sekarang."
"Maksud Ibu? Apa Ibu berubah pikiran dan ingin dia kembali? Ibu, apa Ibu lupa dia mungkin akan merebut semuanya?"
"Bukan seperti itu. Biarkan ia kembali. Biar ia melihat cinta yang kaumiliki dengan Allen. Setelahnya dia pasti hancur karena kehilangan pria yang dicintai. Setelah itu, akan mudah untuk menyingkirkan dia."
Safira mengangguk sambil tersenyum senang. Setelah ia memiliki Allen, ia harus segera menyingkirkan Ariadne agar pria itu hanya akan mencintai dirinya.
***
"Nona, para polisi telah berhasil menangkap para bandit itu. Namun sayang orang yang menyuruh mereka telah melarikan diri. Mereka tidak tahu untuk tujuan dari serangan itu. Mereka hanya disuruh untuk membunuh Anda. Apa Anda memiliki musuh?" tanya petugas keamanan kapal pada Ariadne. Ariadne hanya menggeleng. Para petugas tersebut mengangguk dan kemudian keluar dari ruang pertemuan tersebut.
"Pembohong!" tukas Lucas yang berjalan masuk dan duduk di samping Ariadne.
"Kau pasti tahu siapa yang menyuruh. Kenapa tidak memberitahu mereka?"