8
Calla duduk manis di bangkunya, saat ini dia tengah berada di taman Jilyane. Menikmati pemandangan kolam indah yang dipenuhi oleh bunga teratai yang tengah bermekaran.
"Selir istimewa menghadap Yang Mulia Ratu." Adeera memberi hormat pada Calla.
Calla mengalihkan pandangannya dari kolam ke Adeera, "Selamat datang, Selir Istimewa. Silahkan duduk."
Adeera tersenyum lalu duduk di tempat duduk yang telah disediakan di taman itu, "Yang Mulia terlihat segar pagi ini." Adeera berbasa-basi.
"Ah, ini semua berkat ramuan yang dibuatkan oleh pelayanku, Selir Istimewa." Calla bertutur lembut. "Aku sudah menyiapkan ramuan itu juga untukmu." Calla berbaik hati pagi ini. Dia tidak memasukan obat apapun pada ramuan yang sering ia konsumsi untuk menyegarkan tubuhnya. Calla hari ini sedang senang karena tak ada kabar dari kediaman Adeera tentang keguguran yang artinya saat ini Adeera sedang tidak mengandung.
Shellen menuangkan minuman ke cawan Adeera. Sheenaz memperhatikan minuman itu dan tak ada yang aneh. Sekalipun ada yang aneh Sheenaz tak akan menghentikannya. Sheenaz juga tak akan mencari masalah dengan Calla karena targetnya sejak awal hanyalah Ellijah dan wanita-wanita yang ditiduri oleh Ellijah sedangkan Calla? Sudah jadi rahasia umum jika Ellijah tidak pernah meniduri Calla. Lalu, untuk apa Sheenaz bersusah payah mencelakai Calla.
"Hamba sangat senang, Yang mulia Ratu sudi memperhatikan hamba." Adeera tak takut meminum ramuan yang Calla berikan karena minuman yang ada di cawan Calla saat ini berasal dari teko yang sama dengannya. Dan dia melihat sendiri Shellen menuangkan minuman itu, jadi sangat kecil kemungkinan Calla memasukan racun atau semacamnya ke dalam minumannya.
"Kau adalah selir yang dianugrahkan gelar istimewa oleh Yang Mulia Raja jadi aku harus memperhatikanmu, terutama kesehatanmu karena kau yang selalu melayani Yang Mulia Raja."
Mulutmu benar-benar manis, Ratu Calla. Nyatanya kau pasti sedang menyusun rencana untuk menyerangku. Ckck, aku beruntung karena Yang Mulia Raja berpihak padaku. Adeera memandangi wajah penuh tipu muslihat Calla. Tapi sayangnya Adeera waspada pada orang yang kurang tepat. Nyatanya Sheenaz jauh lebih berbahaya dari Calla.
"Silahkan dinikmati, Selir Istimewa." Calla mempersilahkan Adeera untuk menikmati minumannya.
"Ya, Yang Mulia." Adeera mengangkat cawannya dengan anggun lalu meneguk satu tegukan ramuan yang dibuat oleh Shellen. "Rasanya benar-benar menyegarkan, Yang Mulia."
Calla tersenyum mendengar Adeera menyukai minuman itu, "Aku akan mengirimkan ramuan itu kekediamanmu. Kau bisa menikmatinya kapan saja kau mau." Calla memang bermuka dua. Di satu sisi dia memberikan minuman yang menyehatkan tapi di sisi lain dia siap memberikan racun untuk Adeera.
"Dengan senang hati hamba akan menerimanya, Yang Mulia." Adeera tentu akan menerima ramuan itu tapi dia tak akan meminumnya. Dia akan membuang ramuan itu. Semenyegarkan apapun minuman dari musuh tetap saja rasanya akan jadi racun untuknya. Tak ada musuh yang benar-benar menawarkan hal baik pada musuhnya, dan Adeera paham betul akan itu.
Ellijah tengah berlatih pedang dengan Ryon. Meskipun jenderal perang di kerajaan Ellijah cukup banyak tapi Ellijah lebih suka berlatih dengan Ryon, sebenarnya teman berlatih pedang Ellijah adalah Pangeran Leonidas tapi saat ini pengeran tawanan itu tengah kembali ke kerajaannya.
Ryon melawan Ellijah sekuat tenaganya. Jangan remehkan Ryon karena dia sama kuatnya dengan Ellijah maupun Leonidas.
"Ada apa dengan permainanmu, Jenderal Ryon?" Ellijah sering berlatih dengan Ryon tapi kali ini Ryon terlihat sedang emosi.
Ryon menurunkan pedangnya, "Maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba sedang tak konsentrasi." Ryon berbohong. Nyatanya saat ini dia sedang emosi. Kemarahannya dipicu oleh Calla. Andai saja Ellijah adalah musuhnya pasti dia akan membunuh Ellijah karena sudah menikahi Calla. Ryon benci kenyataan ini, kenyataan bahwa Calla masih bertahta dihatinya. Semakin dia mencoba menunafiki dirinya sendiri, semakin pula hatinya meneriakan bahwa ia masih mencintai Calla meski wanita itu sudah mengecewakannya.
"Tak apa. Kalau begitu kita istirahat saja." Ellijah memegang bahu Ryon sejenak lalu segera melangkah ke tempat duduk yang ada di tepi arena berlatih.
Ryon melangkah mendekati Ellijah, ia duduk di sebelah Ellijah. Ryon cukup memiliki keistimewaan untuk bisa duduk sedekat itu dengan Ellijah. Benar, Ellijah menyukai Ryon, dia suka jendral muda nan gagah seperti Ryon.
"Sudahkah kau menemukan wanita yang tepat untukmu, Jendral?" Ellijah membuka pembicaraan yang sering dia bicarakan dengan Ryon. "Aku mendengar dari pelayan Ramous, kau dekat dengan salah satu pelayan di kediaman selir istimewa."
"Kami tidak sedekat itu, Yang Mulia. Hamba masih belum menemukan wanita yang bisa hamba jadikan istri, Yang Mulia."
"Temukanlah, Ryon. Aku akan mendapatkan wanita itu untukmu."
Wanita yang aku inginkan adalah Ratumu, Yang Mulia. Apakah bisa kau memberikannya padaku? Ryon membalas kata-kata Ellijah dalam hatinya. "Jika sudah hamba temukan, hamba pasti akan segera menjadikannya istri hamba, Yang Mulia."
"Ah, aku ada satu kandidat yang kupikir baik untukmu. Putri Perdana Menteri." Ellijah lagi-lagi memilihkan wanita untuk Ryon.
"Hamba tidak berani lancang menginginkan wanita yang dekat dengan Pangeran Leonidas, Yang Mulia."
"Astaga, Pangeran Leonidas tidak menganggap Putri Kisya seperti itu, Jendral. Dia hanya menganggapnya seorang adik."
"Bagaimana dengan Putri Kisya? Dia mungkin menganggap lebih Pangeran Leonidas."
"Ah, sudahlah. Aku tahu kau hanya mencari alasan untuk menolakku. Terserah apa maumu saja, Jendral."
"Maafkan hamba, Yang Mulia." Ryon meminta maaf karena tak bisa mengikuti kemauan Ellijah.
Ellijah menghela nafasnya, "Tidak apa-apa. Aku hanya prihatin dengan kisah percintaanmu. Mungkin kau butuh libur dari tugasmu."
"Tidak, Yang Mulia. Hamba tidak butuh libur."
"Ayolah, kau bisa pergi ke tempat-tempat wanita cantik. Kau bisa bersenang-senang disana."
"Yang Mulia, hamba sungguh tak butuh libur. Hamba tak suka ke tempat seperti itu."
"Astaga, jangan mematahkan hati wanita, Jenderal. Jangan katakan jika kau tidak menyukai wanita."
"Yang Mulia, hamba tidak begitu." Ryon menjawab cepat.
"Tapi nampaknya kau memang seperti itu. Sejak 5 tahun lalu kau menjadi prajurit kerajaan ini kau tidak pernah dekat dengan wanita manapun." Ellijah menatap wajah Ryon serius. "Aku hanya bercanda, Ryon. Ah, kau serius sekali." Ellijah tersenyum geli melihat reaksi wajah serius Ryon. "Istirahatlah dan tenangkan pikiranmu. Aku memiliki banyak kerjaan yang harus aku selesaikan." Ellijah bangkit dari tempat duduk.
Ryon bangkit dari tempat duduknya lalu memberi hormat, "Baik, Yang Mulia."
Seperginya Ellijah, Ryon kembali duduk di tempatnya. Bayangan masalalunya bersama dengan Calla terlintas dibenaknya. Kenangan yang begitu indah. 2 tahun bersama, berjanji untuk menikah tapi pada akhirnya terpisah karena keserakahan Calla. Ryon selalu merasakan sakit dihatinya ketika ia mengingat kenangan yang indah namun mematikan pada akhirnya. Setelah sadar apa yang dia pikirkan adalah sebuah kesalahan, Ryon kembali memasang wajah dinginnya. Dia tidak boleh memikirkan Calla lagi, dia harus benar-benar melupakan Calla. Wanita itu mencampakannya jadi haram baginya untuk mengemis kembali pada Calla meski Calla masih mencintainya.
Calla menyelinap keluar dari istana pada malam hari. Ia menunggangi kudanya sendirian tanpa ditemani oleh siapapun. Cukup lama Calla berkuda melintasi gelapnya hutan. Calla sampai di sebuah tempat. Ia turun dari kudanya.
Orang-orang yang berjaga di depan gua itu segera berlutut dan memberi hormat pada Calla yang sekarang sudah membuka jubah hitam yang dia kenakan tadi.
"Selamat datang, Pemimpin." Seseorang menyambut kedatangan Calla.
"Dimana temanmu yang lainnya, Harimau ketiga?"
"Mereka sudah berada di ruang rahasia, Pemimpin."
Calla langsung melangkah setelah mendengar jawaban dari pria yang Calla panggil Harimau ketiga. Melintasi beberapa ruangan berdinding bebatuan, Calla sampai di sebuah ruang rahasia yang pintunya terbuat dari batu.
"Ten Tigers memberi hormat kepada Pemimpin." 10 pria berlutut di depan Calla termasuk Harimau ketiga.
"Bangunlah." Calla melangkah duduk ke singgasananya. Di dalam ruangan itu dialah pemimpinnya.
10 pria tadi duduk di tempat duduk mereka masing-masing.
"Aku meminta bertemu dengan kalian hari ini adalah untuk membebaskan perbudakan yang dilakukan di daerah Viberate. Wilayah itu bukan wilayah kerajaan kita tapi anak-anak yang berada disana adalah anak-anak yang berasal dari kerajaan ini. Dan besok adalah hari kedatangan saudagar kaya dari China. Jalankan sesuai dengan yang sudah kita bahas sebelumnya. Ingat, aku tidak menerima kegagalan. Kalian tahu konsekuensinya jika gagal." Calla memperingati keras orang-orangnya. Calla bukan ratu disini, dia adalah pemimpin kawanan perampok saudagar kaya, bangsawan kelas tinggi dan juga tuan tanah yang nantinya harta kekayaan itu akan dibagikan kepada orang-orang miskin. Calla dan kawanannya juga membebaskan berbagai perbudakan di daerah yang mereka ketahui terjadi perbudakan. Calla dikenal sebagai iblis betina di kerajaannya tapi tak ada seorangpun yang tahu bawa Calla adalah penyelamat untuk ratusan bahkan ribuan orang baik dikerajaannya maupun di kerajaan lain. Calla di kerajaan dan Calla di gua ini memang bertolak belakang tapi baik yang dikerajaan ataupun disini adalah satu orang.
Calla pernah hidup tak beruntung oleh karena itu dia membantu orang lain yang tidak beruntung. Hanya saja bagi Calla manusia-manusia yang tinggal di kerajaan bukanlah manusia yang patut ia perlakukan dengan murah hati. Semua yang ada di kerajaan adalah orang-orang yang kejam dan Calla tahu benar akan itu karena dia hidup di kerajaan sudah cukup lama. Hanya dalam 1 bulan menjadi pelayan, Calla tahu bahwa tak satupun orang dikerajaan yang memiliki hati nurani. Entah itu jahat karena perintah yang berkuasa ataupun jahat karena ambisi, semua yang Calla lihat memiliki sisi jahat itu.
"Kami mengerti, Pemimpin." Ten tigers adalah orang-orang yang Calla kenal dari saat ia berada di rumah bordil. Orang-orang yang Calla rangkul lalu ia didik menjadi harimau yang sesungguhnya. Mereka adalah orang-orang yang telah kehilangan keluarga mereka karena peperangan maupun perbudakan dan kemiskinan. Meski saat itu usia Calla baru 17 tahun tapi beladiri dan permainan pedang serta otaknya tidak bisa diragukan lagi. Calla bahkan mampu melawan 10 prajurit terkuat dalam satu kelompok. Berkat Rewny yang sangat menyayangi Calla, ia bisa mendanai setiap pergerakan dari 10 harimau didikannya.
"Ah, ada tugas penting untuk kalian malam ini." Calla mengingat hal penting lainnya. "Kita akan menyerang kelompok Rudolso malam ini. Mereka sudah benar-benar mengganggu rakyatku."
"Pemimpin, kami bisa melakukannya. Anda tidak perlu turun tangan." Harimau pertama yang paling Calla andalkan merasa jika Calla tak perlu ikut dalam hal seperti ini.
"Kakak pertama benar, Pemimpin. Kami pastikan kelompok Rudolso akan hancur tanpa sisa." Harimau kedua menimpali kakak tertuanya.
"Aku sedang kesal akhir-akhir ini. Aku ingin membunuh orang untuk melampiaskan kesalku. Jika kalian mau mati ditanganku, kalian bisa melarangku pergi."
Semuanya kini diam. Mereka semua siap mati untuk Calla tapi mati karena hal seperti ini bukanlah keinginan mereka.
"Aku bercanda. Aku tidak akan membunuh kalian hanya untuk kesenanganku. Ayo kita pergi." Calla bangkit dari tempat duduknya. 10 harimau segera mengikuti langkah Calla.
Tubuh Calla bersimbah darah. Bukan darahnya tapi darah orang-orang yang sudah memeras keringat rakyatnya. Darah orang-orang yang sudah menaikan uang pinjaman begitu besar hingga membuat rakyatnya tercekik. Di kerajaan Amethys dibenarkan membuka usaha pegadaian tapi jika bunga pengembalian hanya 10 persen dari peminjaman sedangkan kelompok Rudolso menaikan bunga hingga 2 kali lipat. Kelompok ini juga menghancurkan tempat pegadaian lain hingga pilihan tempat pegadaian hanya tinggal tempat mereka saja.
Pihak kerajaan sudah mendengar laporan tentang ini tapi saat mereka melakukan pemeriksaan, tak ada yang mencurigakan dari pegadaian itu. Entah mereka yang terlalu pandai atau mungkin pihak kerajaan yang terlalu bodoh atau pilihan lainnya pihak kerajaan bekerja sama dengan kelompok ini demi keuntungan sendiri namun pada intinya mereka benar-benar mengganggu.
"Pisahkan kepala mereka lalu gantung di alun-alun kota, lempar tubuh mereka ke hutan, biarkan hewan buas memakannya. Dan kerahkan orang-orang kalian untuk membagikan harta benda milik kelompok ini pada warga yang telah mereka rugikan." Calla tahu ini sedikit terlambat karena banyak warga yang mati kelaparan akibat tidak punya uang dan tempat tinggal yang disebabkan oleh kelompok ini tapi setidaknya yang dia lakukan sekarang bisa membuat yang lainnya tidak berakhir sama dengan yang sudah menjadi korban.
"Baik, Pemimpin!" Ten Tigers menjawab serempak. Untuk misi seperti ini Calla hanya membawa 10 harimau terbaiknya tapi untuk misi merampok Calla ditemani lebih banyak orangnya. Sejauh ini Calla memiliki lebih dari 500 orang di kelompoknya dan mereka semua memiliki tugas yang berbeda-beda.