Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7

Perayaan penyambutan selir istimewa sedang dilaksanakan. Calla menikmati tarian yang tengah dimainkan ooleh para penari yang berasal dari rumah bordil tempatnya dibesarkan. Di sebelahnya ada Ellijah yang juga terlihat menikmati perayaan. Dan si pemilik perayaaan duduk di sebelah raja, tempat yang disediakan oleh Ellijah untuk selir istimewanya yang cantik jelita.

Sejak tadi tak ada perbincangan antara Calla dan Ellijah, sementara Ellijah dan Adeera beberapa kali mengobrol lalu tertawa dan tersenyum bersama. Hal ini tak membuat hati Calla mendidih. Dia hanya bersikap santai karena dia memiliki hal yang bisa membuat senyuman keduanya berhenti. Calla akan memanah dua target dengan satu busur panah secara bersamaan. Bukan Ellijah dan Adeera target utamanya tapi Adeera dan Sheenaz. Jika ramalan itu benar maka Calla harus menargetkan dua orang itu terlebih dahulu, Ellijahmudah diurus ketika ia sudah mengurus Adeera dan Sheenaz. Calla sengaja menempatkan Sheenaz di kediaman Adeera.

Calla sudah menyusun rencana dengan matang. Jika benar Adeera dan Ellijah sudah tidur bersama dan Adeera mengandung maka Calla akan memberikan ramuan penggugur kandungan. Yang mengurusi makanan Adeera adalah Sheenaz. Dan jelas Calla akan menjebak Sheenaz sebagai pelaku kejahatan itu. Dengan begitu keduanya selesai. Adeera kehilangan janinnya dan Sheenaz kehilangan nyawanya karena membunuh calon penerus.

"Kau merancang perayaan dengan baik, Yang Mulia." Ellijah bicara tanpa menatap Calla. Jangan kira jika Ellijah bermaksud baik mengajak Calla bicara karena nyatanya niat dalam hatinya adalah untuk menyakiti Calla.

"Terimakasih atas pujiannya, Yang Mulia. Aku melakukan yang terbaik sebisaku." Calla tersenyum pada Ellijah.

Ellijah melirik Calla dari ekor matanya, ia tersenyum sinis, "Tentu saja. Kau memang cocok mengatur hal seperti ini, berurusan dengan para pelacur. Ah, aku lupa, kau memang bagian dari mereka." Lihat, Ellijah hanya akan menyakiti Calla dengan kata-katanya.

Calla tersenyum lagi, dia sudah terbiasa dengan ucapan tajam Ellijah, "Aku senang Yang Mulia tak melupakan tempatku berasal. Yang Mulia benar, aku suka berurusan dengan mereka. Kenapa aku harus memberikan uang kerajaan pada penari lain jika aku bisa memperkaya tempat asalku." Dan Calla memiliki jawaban yang baik. Ia tak merendahkan dirinya tapi ia juga tak mengelak dari hinaan Ellijah.

Ellijah berdesis sinis, "Jalang hina."

Calla tak membalas perkataan Ellijah, dia hanya menganggap itu angin lalu baginya.

             Perayaan selesai, Calla kembali ke istananya begitu juga dengan Ellijah dan Adeera yang kembali ke kediaman mereka. Saat ini Calla tengah beristirahat, tubuhnya terasa lelah menghadiri perayaan yang diadakan hingga sore hari itu.

"Yang Mulia. Yang Mulia Raja mengunjungi Selir istimewa lagi malam ini."  Shellen melaporkan apa yang dia ketahui dari pelayan kepercayaan Calla yang lainnya.

Calla membuka matanya, sejak tadi dia tidak tidur, hanya memejamkan mata dengan pemikiran yang berkeliaran tak jelas arahnya.

"Lalu?"

"Yang Mulia, kita harus segera memisahkan Yang Mulia Raja dan Selir Istimewa. Kedekatan mereka membuat anda semakin dipandang hina. Sekalipun Yang Mulia Raja tidak mendatangi kediaman anda."

"Ohh, Shellen, kau membuatku mengingat kenyataan itu." Calla merubah posisinya jadi duduk. "Aku sangat bersyukur kau begitu mempedulikanku."

"Yang Mulia.." Shellen bersuara kesal lagi.

Calla bangkit dari tempat duduknya, "Aku ingin mandi, Shellen."

"Tadi Yang Mulia sudah mandi. Dan lagi ini sudah malam, Yang Mulia."

"Berani membantah perintahku?!"

Shellen menundukan kepalanya cepat, "Tidak, Yang Mulia." Shellen segera undur diri untuk menyiapkan apa yang Calla inginkan.

Calla melangkahkan kakinya ke tempat duduknya, "Ada orang di luar?"

Pintu terbuka, beberapa pelayan masuk ke kamar Calla, "Lepaskan pakaianku!" Calla memberi perintah.

Pelayan Calla segera menjalankan perintah Calla.

"Yang Mulia, pemandiannya sudah siap."

Calla membalik tubuhnya menghadap Shellen, melangkah melewati Shellen dan keluar dari kamarnya hanya dengan gaun tipis untuk mandi yang menutupi tubuhnya.

"Jalankan rencanaku besok, Shellen."

Shellen sudah menunggu perintah in sejak dua hari lalu, "Baik, Yang Mulia."

Semua pelayan membalik tubuh mereka. Calla melepaskan gaun yang menutupi tubuhnya. Ia melangkah masuk ke dalam kolam yang bagian permukaannya dipenuhi oleh kelopak bunga mawar merah. Calla suka dengan bunga mawar, cantik tapi berduri. Sama seperti dirinya cantik tapi menyakiti. Bukan hanya Calla yang mengatakan jika dia seperti bunga mawar, banyak orang dikerajaan mengatakan hal itu. Calla menarik perhatian tapi jika di dekati dan coba untuk digenggam maka mereka yang akan terluka. Calla indah tapi tak bisa dimilikki. Sejujurnya duri dari bunga mawar merah bukan untuk menyakiti orang lain tapi untuk melindungi diri dan begitu juga dengan Calla, dia hanya ingin melindungi dirinya sendiri.

Calla memejamkan matanya, menikmati aroma bunga mawar yang menenangkan pikirannya. Menikmati dinginnya air yang menggenangi tubuhnya. Calla tak suka air hangat, sejak kecil ia hanya suka mandi dengan air dingin meski cuacanya hangat. Dinginnya air inilah yang sedikit ikut membantu Calla membekukan hatinya saat dirinya memutuskan untuk berpisah dari Ryon.

Di kediaman selir istimewa, Ellijah dan Adeera baru saja selesai melewati malam yang menggelora. Ellijah tak punya rasa apapun pada Adeera, dia terlihat menyukai Adeera di depan semua orang hanyalah sebuah sandiwara untuk membuat Calla tak tenang.

"Hamilah sesegera mungkin jika kau ingin menguasai kerajaan ini." Ellijah berkata dingin pada Adeera. Ellijah tak bisa bersikap hangat pada wanita. Ellijah merasa jika semua wanita sama seperti Calla. Licik dan haus kekuasaan. Sejujurnya Adeera menginginkan posisi ratu bukan karena ambisinya tapi karena dia sudah menyukai Ellijah sejak Ellijah memenangkan pertempuran melawan kerajaannya.

"Hamba akan melakukan yang terbaik yang hamba bisa, Yang Mulia."

"Lakukan segala cara agar kau bisa hamil. Tak peduli itu menipuku atau tidak yang jelas aku hanya ingin kau mengandung untukku." Ellijah sudah benar-benar gila. Dia tak peduli bagaimanapun caranya Adeera harus mengandung. Arti dari kalimat yang dia maksudkan adalah bahwa Adeera bebas tidur dengan siapapun asalkan dia hamil dan kalaupun Adeera menggunakan trik hamil palsu, Ellijah tetap akan menutup matanya dan menganggap Adeera hamil.

"Kenapa Yang Mulia mengatakan itu?"

"Karena hanya dengan kehamilanmu aku bisa melengserkan Ratu Calla."

Adeera terdiam. Hatinya sedikit sakit tapi dia juga senang karena kenyataannya Ellijah membenci Calla, "Hamba tak mungkin tidur dengan pria lain tapi hamba bisa berpura-pura hamil untuk Yang Mulia jika dalam satu bulan ini hamba tak kunjung memberikan kabar baik."

Ellijah mengenakan kembali jubah tidurnya, "Lakukan sesukamu. Gunakan otakmu agar Ratu Calla tak mengetahui apapun tentang rencanamu."

"Hamba mengerti, Yang Mulia." Adeera tersenyum pada Ellijah yang sama sekali tak memandangnya.

Ellijah kembali membaringkan tubuhnya di ranjang Adeera, memejamkan matanya lalu terlelap. Ellijah sudah menyusun segalanya, dia akan tidur di kediaman Adeera tiap malamnya. Dia benar-benar akan lengserkan Calla kurang dari 6 bulan.



"Bodoh!" Sheenaz membuang teh yang ia siapkan untuk Adeera. Alasan Sheenaz membuang teh itu karena Sheenaz tahu Shellen memasukan sesuatu ke minuman Adeera. Sesuatu yang bisa Sheenaz tebak apa itu. Ramuan penggugur kandungan. "Dia tidak hamil untuk apa diberi ramuan itu."  Sheenaz tahu benar jika saat ini Adeera belum mengandung. Sheenaz sudah memeriksa denyut nadi Adeera dan tak ada tanda kehamilan disana.

Dengan cepat Sheenaz mengganti teh Adeera kembali tapi Sheenaz memasukan sesuatu ke dalam teh itu, "Ini baru benar." Sheenaz tersenyum licik. Jika Shellen memasukan ramuan penggugur kandungan maka Sheenaz memasukan ramuan yang merusak kesuburan Adeera, dan jika ramuan itu dikonsumsi berkelangsungan maka bisa Sheenaz pastikan jika Adeera akan mandul untuk selamanya. Sheenaz bukan wanita biasa, dia bisa mengetahui jenis obat hanya dengan baunya saja. Ramuan yang Shellen gunakan untuk Adeera memang bagus karena sulit dideteksi tapi untuk orang yang benar-benar kenal dengan ramuan itu maka bisa dipastikan jika aksi Shellen akan ketahuan. Sedangkan ramuan Sheenaz, dia bisa memastikan jika bukan si pembuat ramuan maka tak akan ada yang tahu jika itu ramuan yang benar-benar berakibat fatal bagi seorang wanita.

Setelah selesai Shellen segera menghidangkannya di meja makan Adeera dengan beberapa cemilan untuk sang selir istimewa.

"Yang Mulia, silahkan dinikmati sarapan anda." Shellen mempersilahkan Adeera untuk menikmati minumannya. Adeera cukup pandai untuk memeriksa apakah makanan itu diberi racun atau tidak jadi dia tidak perlu pencicip makanan untuk memastikan makanannya aman. Satu kesalahan yang Adeera miliki adalah dia terlalu percaya diri. Racun memang bisa dia deteksi tapi obat yang Sheenaz campurkan tak bisa dia deteksi padahal obat itu lebih berbahaya dari racun. Racun mematikan tapi obat itu membuatnya cacat seumur hidupnya.

Sheenaz tersenyum dalam hatinya, ia melakukan hal ini bukan karena dia membenci Adeera tapi karena dia membenci Ellijah. Sheenaz tak akan pernah membiarkan Ellijah memiliki anak. Dia akan melakukan segala hal agar Ellijah tidak memiliki keturunan.

Kau akan membayar setiap penderitaan dan kehilangan yang aku rasakan, Ellijah. Aku tidak akan pernah membiarkan kerajaan ini tenang.  Sheenaz membatin kejam.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel