Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5

Cahaya jingga terlihat di ufuk barat. Matahari bergerak kembali pada tempatnya. Calla memandangi kaki langit itu. Cahaya merah yang menarik perhatiannya, cahaya singkat yang sangat memikat. Semua tentang matahari, Calla menyukainya. Bukan, sebenarnya bukan Calla yang menyukainya tapi adik kecilnya. Amber. Adik kecilnya selalu berdiri di teras rumah mereka saat senja tiba. Amber sangat menyukai persembahan dari matahari sebelum terbenam itu.

"Yang Mulia." Suara Shellen mengusik Calla.

"Ada apa?" Calla masih menatap senja yang memikat.

"Nyonya Rewny jatuh sakit."

Calla membalik tubuhnya menatap Shellen, "Siapkan jubahku. Aku harus mengunjunginya." Rewny adalah pemilik rumah bordil yang menampung Calla selama beberapa tahun.

"Baik, Yang Mulia."

Calla tak bisa menutup mata akan keadaan wanita yang sudah membantunya. Ia menyayangi wanita itu, wanita yang mendukung penuh langkahnya.



"Kau mengunjungiku, Yang Mulia." Rewny menatap Calla yang sudah tiba.

"Bagaimana kondisimu, Nyonya?" Calla masih tetap memanggil wanita itu dengan sebutan Nyonya meski saat ini dia sudah menjadi ratu Amethys.

"Hanya demam biasa. Harusnya kau tidak datang kemari. Pelacur-pelacur kecil itu pasti yang melapor padamu."

Calla duduk di tepi ranjang, ia memeriksa suhu tubuh Rewny. "Kenapa kau tidak menjaga kesehatanmu? Kau tidak meminum ramuan herbal yang aku kirimkan padamu?" Calla menatap menyelidik.

Rewny tersenyum lembut, "Gadis ini masih sama seperti beberapa tahun lalu. Cerewet sekali."

"Nyonya." Calla menatap serius Rewny.

"Aku terlalu sibuk jadi aku lupa meminumnya."

Calla menghela nafasnya, "Apa saja pekerjaan pelayanmu?"

"Hey, jangan salahkan mereka. Aku yang lupa." Rewny menenangkan Calla. "Bagaimana dengan kerajaan?" Tanya Rewny pada Calla yang sudah ia tahu masa depannya. Tak ada orang yang tahu bahwa Rewny bisa melihat masa depan orang lain kecuali Calla. Rewny memang sengaja menyembunyikan kemampuannya karena dirinya tak ingin berakhir seperti ibunya yang tewas karena ramalannya mengenai sebuah kerajaan di tempatnya berasal. Rewny menjaga Calla dengan baik karena ia tahu Calla akan jadi ratu Amethys.

"Semuanya masih sama. Aku masih bisa mempertahankan tempatku."

Rewny memegang tangan Calla, ia memejamkan matanya mencoba mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya. "Tiga wanita, dua pria." Rewny menggumamkan apa yang dia lihat.  "Posisimu akan goyah, Calla. Salah satu dari dua wanita itu akan menurunkanmu dari kedudukanmu."

Calla tak pernah percaya dengan apa yang Rewny katakan. Tidak, sejujurnya dia tidak percaya ramalan bukan pada Rewny.

"Pelayan dan seorang wanita yang akan mengusik hati raja. Dua-duanya akan membuatmu kesulitan." Penglihatan Rewny tentang  masa depan mengabur. Hanya sebatas itu ia bisa mengtahui apa yang akan terjadi beberapa saat kedepan.

"Maskudmu 3 wanita dan dua pria itu. Aku, pelayan dan wanita yang mungkin dicintai oleh Raja. Dua pria itu adalah raja dan jendral Ryon." Calla menebak orang-orang yang dimaksud Rewny.

Rewny menganggukan kepalanya, bayangan masa depan Calla saat ini terlihat berbahaya. Ia akan menumpahkan banyak darah karena dua wanita itu. 

"Tak akan ada yang bisa menurunkan aku dari tahta. Dua wanita itu, aku akan menyelesaikannya." Calla tidak percaya ramalan tapi jelas dia akan menyingkirkan orang yang coba menyingkirkan dirinya dari tahtanya. Entah itu pelayan dan entah itu siapapun wanita yang mungkin dicintai oleh raja, Calla akan membinasakannya.



Calla memperhatikan pelayan Sheenaz dari jauh. Ia memikirkan ucapan Rewny. Apa mungkin seorang pelayan seperti itu mampu menggulingkannya dari tahta? Calla tersenyum hambar, kenapa ia meragukan seorang pelayan? Nyatanya dulu ia adalah seorang pelayan yang sekarang berubah menjadi ratu.

"Shellen, perintahkan pada Sheenaz untuk menyiapkan makan malamku." Calla membalik tubuhnya usai memberi perintah itu. Ia akan mengamati wanita yang menurut Rewny bisa menghancurkannya itu dari dekat. 

            Waktunya makan malam tiba, Sheenaz yang menjadi juru masak Calla hari ini mencicipi makanan di depan Calla. Hal ini selalu dilakukan agar memastikan bahwa makanan Calla tak mengandung racun. Sudah ada beberapa pelayan yang tewas karena keracunan. Calla tak mau repot mencari siapa yang meracuninya. Ia hanya tersenyum tipis menanggapi kegagalan dari orang yang ingin membunuhnya.

"Makanannya tidak mengandung racun, Yang Mulia." Sheenaz memberikan laporan setelah ia mengkonsumsi makanan itu.

Calla mengambil sendoknya, ia mencicipi masakan Shellen. Setelahnya Calla membuang masakan itu ke lantai membuat Sheenaz terkesiap. "Kau  mencampurkan susu domba dalam masakan ini!" Calla bersuara keras. Ia tidak pernah menyukai susu domba dan ia sangat yakin Sheenaz sudah diberitahukan oleh juru masak istana yang sudah bekerja bertahun-tahun padanya mengenai ketidak sukaannya terhadap susu domba. Calla memang tidak menyukai itu sejak ia masih kecil.

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba pantas dihukum." Sheenaz berlutut. Ia memang tahu mengenai susu domba itu tapi ia lupa sehingga ia masih mencampurkan sedikit susu domba untuk masakannya.

"Shellen! Cambuk dia!" Calla memberi perintah pelayan utamanya untuk mencambuk Sheenaz.

Shellen segera menjalankan perintah Calla. Suara keras cambukan terdengar, punggung Sheenaz yang tertutupi seragam pelayan tak mampu menahan sakit itu. Kulit Sheenaz terkelupas hingga darah membasahi punggungnya. Sheenaz tak meringis atau meminta ampunan. Ia merasa pantas mendapatkan hukuman karena membuat Ratu marah dan tak berselera makan.

Calla mengepalkan tangannya, kenapa Sheenaz mengingatkannya akan dirinya saat pertama kali menjadi pelayan di istana. Saat selir tingkat dua mencambuknya karena merusak pakaian selir. Kala itu ia juga tidak meringis ataupun meminta ampunan. Apakah benar, wanita ini yang akan membuatnya jatuh dari singgasananya.

"Kurung dia di penjara!" Calla memberi perintah lanjutan.

Tak ada yang berani membantah perintah Calla meskipun pengurungan itu dirasa berlebihan. Tapi di istana dalam Calla yang berkuasa, siapapun tak akan berani padanya.

Sheenaz dibawa ke penjara, di jalan menuju ke penjara ia bertemu dengan Jendral Ryon.

"Apa yang terjadi?" Jendral Ryon menatap cemas, "Kenapa kau berdarah?" Tanyanya lagi.

"Pelayan Sheenaz membuat ratu murka." Seru prajurit yang membawa Sheenaz.

Ryon mengepalkan tangannya, kenapa Calla berubah terlalu jauh.

"Sheenaz, kau akan baik-baik saja. Aku akan segera membebasknmu."

"Tidak apa-apa. Ini memang salahku." Sheenaz menjawab pelan.

"Jendral, kami harus segera membawanya ke penjara." Prajurit yang segan pada Ryon meminta izin pada Ryon.

"Jangan menyeretnya. Bawa dengan hati-hati." Ryon memberi perintah lalu segera melangkah ke istana ratu.

"Yang Mulia. Jendral Ryon ingin menemui anda." Shellen memberitahu Calla yang sedang duduk bersantai seakan tadi tak terjadi apapun.

"Biarkan dia masuk."

Shellen keluar dari ruangan Calla berganti dengan Ryon.

"Ini pertama kalinya kau  berkunjung ke tempatku, Ryon." Calla memandang mantan kekasihnya dengan lembut. Wajah pria masalalunya masih tak berubah. Masih tampan dan keras diluar namun lembut di dalam.

"Bebaskan Pelayan Sheenaz."

Calla tersenyum hambar, Ryon datang padanya hanya untuk membebaskan pelayan itu. "Tidakkah kau merindukan aku?" Calla membahas hal lain.

"Apa yang dia lakukan hingga dia dicambuk dan di penjara?" Ryon menggunakan nada tenang namun Calla tahu jika Ryon tengah marah.

"Dia tidak membuat hatiku senang."

"Lantas apakah untuk membuatmu senang kau harus menyakiti semua orang! Apakah kau harus memenjarakan semua orang karena kesenanganmu!" Ryon membentak Calla kasar.

Calla menatap Ryon tajam, ini pertama kalinya pria itu membentaknya dan hanya karena seorang pelayan ia dibentak seperti ini. "Sikapmu yang seperti ini membuatku ingin menyiksanya lebih jauh."

"Bebaskan dia. Jangan membuatku semakin muak melihatmu!"

Calla terluka. Hatinya hancur lebur. Sepertinya hari ini Ryon sedang ingin menyuarakan rasa sakitnya saat Calla meninggalkan pria itu demi menjadi seorang ratu. "Jangan pernah menyentuh Sheenaz! Jangan pernah!" Ryon menyalak lagi.

"Siapa kau  berani memerintahku, hah!" Calla membentak balik Ryon. "Dia memang melakukan kesalahan kecil tapi karena dia dekat denganmu aku memenjarakannya! Tak ada yang boleh bersamamu!" Calla egois. Ia sudah mencoba tak peduli pada Ryon dan Sheenaz tapi makin hari Sheenaz dan Ryon makin menyakiti hatinya. Ia ingin fokus pada ambisinya tapi nyatanya ia terluka karena kedekatan Ryon dan Sheenaz. Ia tak suka Ryon memperhatikan wanita lain.

"Kenapa kau seperti ini, hah! Kau sudah mendapatkan apa yang kau mau. Kau memilih menjadi istri raja daripada istriku. Untuk apa lagi kau mencampuri kehidupanku!"

"Aku cemburu. Kau dengar, aku cemburu!"

"Kau tidak berhak mengatakan itu lagi, Yang Mulia. Kau yang memilih jalanmu sendiri."

"Aku masih mencintaimu, dan aku tidak akan biarkan siapapun mendekatimu!"

"Dan kau ingin aku hidup sendirian selama hidupku, sementara kau memberikan tubuhmu untuk raja dan anaknya. Kau serakah, Yang Mulia. Kau serakah."

"Tubuhku memang milik mereka tapi hatiku tetap milikmu."

"Berhentilah menjadi wanita rendahan. Besar di pelacuran membuat kau seperti ini. Menjijikan." Kata Ryon tajam. "Aku akan membebaskan Sheenaz. Jangan sentuh dia lagi hanya karena kau tidak senang. Kau tidak berhak menyakitinya seperti kau menyakiti aku! Aku akan melindunginya dan aku akan melawanmu jika kau masih terus ingin menyakitinya." Ryon tak sedang mengancam karena ia sungguh-sungguh dengan kata-katanya.

Hati Calla sakit bukan main. Ryon membela pelayan itu mati-matian. Nyatanya ia masih mencintai pria yang pertama kali mengajarkannya arti cinta itu. Pria yang ia tinggalkan karena ambisinya.

"Semakin kau bertingkah seperti ini, aku akan semakin membuatnya menjauh darimu. Kau tahu aku seperti apa, kan, Ryon?" Calla bersuara tenang. Ia tak memperlihatkan sakit hatinya pada Ryon.

"Lakukan dan kau akan merasakan sakit yang sudah pernah kau berikan padaku dulu." Ryon menantang Calla. Ia menatap tajam mata Calla lalu segera meninggalkan ruangan itu.

"Yang Mulia." Shellen masuk dengan wajah cemas.

"Tidak apa-apa. Biarkan dia bebaskan pelayan itu. Aku akan membuat pelayan itu keluar dari istana atau mati di istana ini." Calla mengepalkan tangannya erat berbanding terbalik dengan wajahnya yang sangat tenang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel