Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Senyum Kepalsuan

Bab 10 Senyum Kepalsuan

Saat jam pelajaran usai, semua anak berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Setelah semua teman-temannya berhamburan keluar, Jashie pun ikut keluar dari dalam kelas. Ia berjalan menuju taman di mana ia biasa duduk bersama dengan Aaron. Di bawah pohon nan rindang itu, Jashie menunggu kedatangan kakaknya.

Sebelumnya, Jashie dan Aaron sudah berjanji jika salah satu di antara mereka ada yang terlambat keluar kelas, maka salah seorang yang lebih cepat pulang menunggu di bawah pohon nan rindang itu.

Kali ini, Jashie yang lebih dahulu keluar dari kelasnya, sehingga Jashie memutuskan untuk menunggu Aaron di bawah pohon nan rindang itu. Jashie Mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. Sambil menunggu, Jashie tidak pernah bosan untuk membaca buku.

Seseorang dari kejauhan tampak berjalan ke arah Jashie. Semakin lama langkah kakinya semakin mendekati keberadaan Jashie saat ini. Jashie merasa takut dengan kehadiran sosok itu. Ia menatap focus pada bukunya, seolah tidak melihat sosok yang berjalan mendekatinya. yang tak lain adalah Briyan.

Kerap kali Briyan berusaha mendekatinya hanya untuk menjahilinya, atau melakukan suatu tindakan yang dirasa usil kepadanya, jika Jashie tidak menceritakan sedikit tentang Aaron padanya.

Langkah kaki Briyan semakin lama semakin mendekati Jashie, ia sudah memastikan bahwa tempat itu cukup aman untuk menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan pada Jashie. Nanar matanya semakin pasti. Langkahnya semakin dekat dan apa yang terucap seakan sudah berada di ujung lidahnya.

Jashie berdiri menyambut kedatangan Briyan. Briyan menekan pundak Jashie dengan penuh penekanan sehingga Jashie mengaduh dan kembali terduduk. Briyan menyeringai senang melihat Jashie yang merasa ketakutan padanya. Inilah yang ia harapkan dari sikap Jashie yang selalu patuh padanya.

Dari manik mata Jashie terlihat jelas betapa takutnya ia pada Briyan. Entah apa yang kali ini akan dilakukan Briyan padanya. Jashie pun tidak tahu, bahkan Jashie juga tidak mengetahui kesalahan apa yang telah ia perbuat sehingga Briyan bersikap seperti itu padanya.

“Jashie!” panggil Briyan penuh senyuman.

“I-iya, Briyan. A-ada apa?” tanya Jashie tergagap.

“Kamu pikir, kenapa aku datang ke sini Jashie?” Briyan berbalik tanya.

“Kamu pasti mau menanyakan masalah nomor kamu yang di blokir Kak Aaron. Iya ‘kan?” tanya Jashie memastikan.

Briyan mengangguk. Ia menatap Jashie dengan pasti. Jashie sungguh mengerti apa yang dia inginkan.

“Kamu memang pintar, Jashie. Aku akui itu,”

Jashie tertunduk. Ia tidak ingin menanggapi ucapan Briyan. Jashie hanya merasa gugup dan takut jika Briyan kembali melakukan perundungan terhadap dirinya.

“Kamu harus membantuku kali ini,” ujar Briyan menepuk pundak Jashie. Mereka tampak seperti dua orang yang bersahabat, terlihat akrab satu sama lain, meskipun masih terlihat jelas kegusaran di wajah Jashie.

“Membantu apa, Briyan?” tanya Jashie gugup.

“Kamu hanya perlu meminta Aaron untuk membuka kontakku yang ia blokir!” tegas Briyan.

“Ta-tapi aku tidak bisa, Briyan,” ujar Jashie merasa ketakutan, sehingga ia kembali terlihat gugup menghadapi Briyan.

“Kamu harus melakukan apa pun, supaya Aaron membuka blokirnya, aku tidak mau tahu. Jika kamu tidak bisa melakukan itu maka aku –,”

“Apa yang akan kamu lakukan pada Jashie?” tiba-tiba suara yang sangat mereka kenali datang. Pemilik suara itu menyela pembicaraan Jashie. Kini ia telah berdiri di hadapan Jashie, tepatnya di belakang Briyan.

Briyan terkejut dengan suara yang memergokinya. Segera ia menoleh ke belakang. Benar, di belakangnya saat ini Aaron berdiri dan tengah menatapnya dengan tatapan yang terlihat murka. Wajahnya memerah begitu pun dengan matanya yang juga ikut memerah karena memendam amarah pada sosok yang ada di hadapannya.

“Apa yang akan kamu lakukan pada Jashie jika dia tidak membantumu, heh?” dengus Aaron kesal. Kali ini Aaron berjalan cepat dan berdiri di samping Jashie. Aaron memastikan bahwa Briyan tidak melakukan apa pun pada Jashie.

Aaron kembali memandang Briyan yang berdiri di hadapannya dengan pandangan wajah yang terlihat menantang ke arahnya. Briyan terdiam. Ia tidak mampu menjawab apa yang di lontarkan Aaron padanya. Saat ini ia benar-benar sudah tertangkap basah. Kata-katanya telah habis. Bahkan pikirannya sudah tidak mampu untuk memproduksi kata untuk melakukan pembelaan atas dirinya.

Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya kali ini. Dari tatapan mata Aaron, ia terlihat marah pesar pada Briyan. Mungkin saja, Aaron akan menyeretnya dan mengadukan dirinya pada guru BK, atau Aaron menyeretnya keluar sekolah dan memasukkan Briyan ke dalam sebuah penjara.

“Kamu tidak bisa menjawabku, Briyan?” tanya Aaron dengan nada yang penuh dengan penekanan suara.

“A –aku, aku.” Briyan benar-benar gugup.

Rencana Briyan kali ini benar-benar merasa gagal. Ia tidak bisa memaksa Jashie dengan cara apa pun lagi. Ia sudah tidak memiliki celah untuk mengganggu Jashie dan mengusilinya. Karena kehadiran Aaron saat ini.

“Aku akan membuka kontakmu yang aku blokir,” ucap Aaron tegas.

“Sungguh?” tanya Briyan memastikan. Matanya berbintang, berbinar, merasa senang mendengarkan apa yang dikatakan oleh Briyan. Apa yang diharapkannya kali ini terujud.

“Tetapi kamu harus berjanji satu hal, Briyan.”

“Apa pun itu akan aku lakukan, Kak.”

“Kamu harus berhenti bersikap jahil dan mengusili Jashie – adikku. Jika sampai aku melihat atau mendengarkan kamu membuatnya merasa takut atau Jashie merasa sedih karena perbuatanmu, maka kamu akan mendapatkan akibatnya dariku!” tegas Aaron.

Briyan membalas sorotan tajam Aaron yang mengarah padanya. Ia meneguk salivanya, menyadari betapa berartinya Jashie bagi Aaron. Membuat Briyan semakin merasa iri kepada Jashie yang selalu mendapatkan perlakuan khusus dari Aaron.

Briyan berganti pandang, menatap pada Jashie yang tersenyum senang mendengarkan apa yang di ucapkan Aaron sebagai salah satu syarat kepada Briyan. Briyan mendengus. Mengangguk perlahan dan mengiakan apa yang menjadi syarat untuknya bisa dekat dengan Aaron.

“Baiklah, aku akan berjanji untuk tidak mengganggu dan mengusili Jashie lagi,” ucap Briyan mengangkat telapak tangannya.

Jashie tersenyum, ia menggapai tangan Briyan yang tersenyum terpaksa padanya. Namun, mau bagaimana lagi, Briyan haruss menutupi perasaannya yang sesungguhnya terhadap Jashie di hadapan Aaron.

“Aku senang, karena sekarang kita berteman,” ucap Jashie merasa senang.

Aaron tersenyum, ikut senang dengan adiknya yang juga senang. Bagi Aaron kebahagiaan Jashie adalah yang terpenting. Ia akan melakukan apa pun demi membahagiakan Jashie, meskipun ia sangat tahu bahwa dirinya akan kembali mendapatkan gangguan dari Briyan. Setelah ini notifikasi ponselnya tidak akan berhenti berdering karena menerima pesan dari Aaron.

“Iya, Jashie. Maafkan aku, ya.”

“Iya, aku sudah memaafkanmu, Briyan,” ucap Jashie.

Briyan tersenyum. Hatinya merasa terpaksa, ia merasa enggan bisa berteman dengan Jashie. Tetapi ia tidak punya daya untuk menolak apa yang menjadi permintaan Aaron demi membuka kontaknya yang terblokir di ponsel Aaron.

“Karena Jashie dan aku telah berteman, bukankah aku juga berteman denganmu, Kak?” Tanya Briyan memastikan.

Aaron terdiam cukup lama. Hitam iris matanya tidak berhenti memandang Briyan. Mencari tahu lebih dalam melewati jendela hati itu, apa yang menjadi tujuan Briyan yang sebenarnya dalam mendekatinya.

Aaron tidak langsung menanggapi permintaan Briyan untuk menjadi temannya.

“Ayo Kak, katakan kalau kskak bersedia menerima pertemanan dengan Briyan,” desak Jashie. Jashie begitu lugu, kepolosannya membuatnya tidak peduli pada apa yang telah terjadi padanya dan apa yang telah dilakukan Briyan padanya. Bagi Jashie, dengan Briyan sudah berjanji pada Aaron untuk tidak mengganggunya lagi, itu sudah cukup membuatnya merasa tenang dan nyaman.

“Baiklah, ini semua aku lakukan untukmu, Jashie.” Aaron mengusap lembut rambut Jashie.

“Ya, aku bersedia berteman denganmu,” ucap Aaron pada Briyan.

Mendengarkan ucapan Aaron yang menerima pertemanannya, Briyan mendekap tubuh Aaron begitu erat. Ia merasa senang karena bias berteman dengan Aaron, yang menjadi cita-citanya sejak ia mulai bertemu dengan Aaron saat ia mendapatkan hukuman membersihkan toilet sekolah.

Bersambung…

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel