Bab 11 Mencuri Perhatian
Bab 11 Mencuri Perhatian
“Kak, bagaimana kalau kita pulang bersama dengan Briyan?” Jashie berinisiatif untuk mengajak Briyan pulang bersama dengannya dan juga Aaron.
Aaron menarik tangan Jashie dan membawa Jashie menjauhi Briyan.
“Kamu apa-apaan? Kenapa kamu mengajak Briyan untuk pulang bersama dengan kita?” Tanya Aaron setengah berbisik, sesekali melirik ke arah Briyan.
“Kak, bukankah melakukan kebaikan kepada teman itu adalah sebuah keharusan? Aku tidak suka melihat Kakak yang pilih kasih seperti ini,” ujar Jashie.
“Baiklah, Kakak melakukan ini hanya untuk kamu.” Aaron Menyerah, ia pun menyetujui ide Jashie untuk mengantar Briyan pulang. Mereka berjalan bersama menuju mobil yang terparkir.
Di dalam mobil. Aaron melihat keakraban antara Jashie dan juga Briyan dari kaca mobilnya. Mereka berdua tampak seperti seorang sahabat yang begitu akrab. Membahas pelajaran bersama dan saling bertukar pikiran tentang apa yang mereka pelajari tadi.
Sesekali Briyan melirik ke arah Aaron yang tengah menyetir mobil. Aaron menyadari Briyan yang tengah mencuri pandang kepadanya. Segera Aaron membuang muka ke jalanan yang ada di hadapannya. Menatap pada pepohonan dan rumah-rumah yang mereka lintasi.
“Rumah kamu di mana?” Tanya Aaron dengan nada yang masih datar.
“Aku turun di persimpangan saja, Kak!” pinta Briyan.
Aaron menarik pedal gasnya dan memacu kendaraannya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Tidak lama, Aaron pun menghentikan mobilnya tepat di persimpangan jalan.
“Turun!” ucap Aaron dengan nada datar.
“Terima kasih, Kak. Terima kasih, Jashie.” Briyan turun dari mobil dan diikuti oleh Jashie yang turun dari pintu yang sama.
“Tidak apa-apa, kamu diturunkan di sini, Briyan?” Tanya Jashie merasa sungkan.
“It’s okey, Jashie. Thank you.” Briyan berjalan meninggalkan Jashie.
Jashie kembali masuk ke dalam mobil. Kali ini ia duduk bersebelahan dengan Aaron yang masih terlihat kesal dengan sikap Briyan tadi.
“Sekarang kita langsung pulang atau kamu ingin kita ke toko buku dulu, Jashie?” Tanya Aaron.
“Kita langsung pulang saja, Kak. Aku sudah rindu dengan masakan mama,” sahut Jashie.
***
Setiap harinya, Briyan selalu menunjukkan sikap baiknya terhadap Jashie. Meskipun terkadang Ia menunjukkan rasa terpaksanya, saat Jashie beralih tatap darinya.
“Jashie, aku boleh tidak mengerjakan PR bersamamu, di rumahmu?” Tanya Briyan bermaksud mencuri kesempatan.
“Boleh, datang saja. Tidak apa-apa,” sahut Jashie yang duduk di bangku sebelahnya.
“Benar?” Tanya Briyan memastikan.
Jashie mengangguk cepat, mengiyakan ucapannya, membolehkan Briyan mengerjakan tugas bersama dengannya di rumah Jashie.
Dari bangkunya, Briyan dapat melihat Aaron yang tengah berjalan menghampirinya dan juga Jashie. Briyan mengeluarkan kotak makanan dari dalam tasnya.
“Jashie, aku ada makanan untuk kamu,” Briyan memberikan kotak nasi itu pada Jashie saat Aaron berada tepat di hadapannya.
“Terima kasih sekali, Briyan. Kamu teman yang sangat baik,” ujar Jashie senang dan mengambil kotak makanan itu dari tangan Briyan.
Aaron yang melihat Briyan memberikan kotak makanan pada Jashie. Ia merasa aneh dengan sikap Briyan yang terlihat begitu amat baik di hadapannya dengan memberikan makanan kepada Jashie. Aaron masih menaruh curiga di dalam hatinya terhadap Briyan yang duduk di samping Jashie.
Aaron menghampiri mereka. Ia tidak ingin ada sesuatu yang buruk menimpa Jashie karena makanan pemberian Briyan.
“Ini apa?” Tanya Briyan mengambil kotak makanan itu dari tangan Jashie. Aaron melihat dengan penuh selidik pada kotak yang ada di tangannya. Setelah kotak itu dirasa aman, Aaron membuka kotak itu dan melihat nasi goring di dalamnya. Tanpa perintah, Aaron mengambil sendok yang ada di dalam kotak lalu menyuap nasi itu ke dalam mulutnya.
Aaron duduk di atas meja dan memakan nasi goreng itu. Ia tidak ingin sesuatu terjadi pada Jashie akibat nasi goreng pemberian Briyan. Karena di dalam hatinya, Aaron masih tidak percaya dengan ketulusan hati briyan pada Jashie dan dirinya.
Jashie merasa tak percaya dengan sikap yang ditunjukkan Aaron kali ini. Aaron tidak seperti kakak yang biasanya ia kenal. Bahkan ia tidak meninggalkan sisa sedikit pun nasi goreng pemberian Briyan untuk Jashie.
Briyan merasa senang melihat Aaron yang memakan habis nasi goreng buatannya. Aaron terlihat sangat menikmati nasi goreng yang memang Briyan buat untuknya. Namun, Briyan terpaksa memberikan pada Jashie agar Aaron melihat kebaikan dirinya pada Jashie.
Briyan tersenyum puas saat melihat Aaron menghabiskan makananya, sedangkan Jashie masih tidak percaya Aaron menghabiskan makanan yang diberikan Briyan padanya.
“Sudah habis!” Aaron memasukkan suapan terakhir ke dalam mulutnya. Baginya, setelah ini apapun yang terjadi hanya akan ia rasakan sendiri. Aaron tidak ingin Jashie sakit perut atau merasakan hal yang lainnya saat menyantap makanan pemberian Briyan.
“Kenapa Kakak menghabiskan semuanya? Kenapa Kakak tidak menyisakan sedikit untukku?” gerutu Jashie.
“Rasanya cukup lezat dan perut kakak sedang lapar,” Aaron beralasan setengah memuji.
Pujian Aaron membuat Briyan merasa bangga pada Aaron. Briyan merasa jatuh cinta pada sikap baik dan sikap bijak Aaron. Membuatnya semakin ingin selalu berada di dekat Aaron. Meskipun ia harus terpaksa berada dan bersikap baik pada Jashie – adik Aaron.
“Kak Aaron suka? Kalau Kakak suka, akan aku buatkan besok,” ucap Briyan nyengir senang.
“Hem,” sahut Aaron.
“Oh iya, Jashie. Kamu tenang saja, besok aku buatkan lagi untuk kamu,” tukas Briyan.
“Tidak usah, Briyan. Tidak usah repot-repot!” timpal Aaroan.
“Tidak, Kak. Untuk Kakak, aku tidak merasa repot,” sahut Briyan cepat, terkekeh senang.
Aaron menatap pada Jashie, kepalanya menggeleng pelan ke arah Jashie, saat Briyan sedang sibuk memasukkan kotak makanannya ke dalam tas.
“Briyan, kamu tidak perlu membuatkan makanan untuk kami, kamu pasti sangat kerepotan sekali,” ujar Jashie menolak secara halus rencana Briyan untuk memberikannya makanan.
“Tidak apa-apa, aku tidak merasa kerepotan atau merasa keberatan sama sekali, kalian berdua tenang saja,” Briyan terus berusaha meyakinkan mereka bahwa dirinya sanggup membuatkan makanan itu untuk mereka berdua.
Dari luar kelas, seseorang memanggil Briyan. Briyan menyadari panggilan untuknya memohon izin pada Aaron dan juga Jashie. Aaron dan Jashie mengangguk bersamaan. Briyan berlari menghampiri orang yang memanggilnya dari luar kelas.
“Kakak kenapa menghabiskan makanan pemberia Briyan untukku?” Tanya Jashie masih merasa penasaran dengan sikap Aaron tadi.
“Aku tidak ingin kamu sakit perut atau kenapa-kenapa karena memakan makanan dari Briyan.
“Memangnya kenapa Kak?”
“Tidak apa-apa, Kakak hanya waspada saja, dan Kakak tidak ingin terjadi sesuatu kepadamu,”
“Maksud Kakak apa?” Tanya Jashie tidak memahami makna dari ucapan sang Kakak.
“Kakak mau kembali ke kelas. Kamu hati-hati dan selalu waspada terhadap orang-orang di sekitarmu, karena yang terlihat selalu baik di hadapanmu, belum tentu mereka juga baik di belakangmu,” ujar Aaron berjalan meninggalkan Jashie yang masih duduk di bangku kelasnya.
Jashie melambaikan tangan pada Aaron yang berjalan keluar dari kelas Jashie dan meninggalkan jashie yang masih sendiri di dalam kelas.
Waktu berlalu begitu cepat. Tidak terasa jam pelajaran hari ini pun telah usai. Seperti biasanya, Aaron dan Jashie pulang bersama. Aaron sengaja menarik tangan Jashie dan berjalan di tengah kerumunan banyak orang. Aaron berusaha untuk menghindar dari Briyan. Aaron tidak bersedia untuk membawa Briyan pulang bersama dengan mereka kali ini.
“Kak, kenapa kita bersembunyi seperti ini?” tanya Jashie ketika mereka sampai di dalam mobil. Aaron tidak menjawab pertanyaan Jashie. Ia sibuk menyalakan mesin mobilnya, dan melajukan mobil itu melintasi jalanan aspal menuju ke rumahnya.
“Kak Aaroan aneh sekali,” sungut Jashie.
“Aneh kenapa?” Tanya Aaron sesekali mengalihkan pandangannya pada Jashie.
“Kakak bukan aneh, Jashie. Kakak hanya ingin melindungi kamu dari Briyan. Karena menurut Kakak, Briyan tidak tulus baik kepadamu,” ucap Aaron memperingati sang adik.
“Tidak Kak, Kakak salah menilai Briyan. Briyan dan aku sudah berteman dan dia sangat baik kepadaku,”
“Aku hanya tidak suka kamu terlalu dekat dengan Briyan, Jashie!” Aaron memperingati Jashie dengan sedikit tegas.
“Meskipun Briyan itu sudah baik kepadamu, tetapi bukan berarti tidak mungkin, jika ia melakukan sesuatu yang buruk kepadamu,” ucap Aaron menggeram, meninggikan sedikit nada dalam kalimatnya.
Jashie hanya diam dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh Kakaknya. Ia tidak berani membantah ucapan Aaron lagi, saat Aaron mulai mengeraskan volume suaranya.
Bersambung…