Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9: Klan Serigala

Edward tidak berhenti memperhatikan pergerakan Scarlet.

Dasar gadis itu. Gerutu Edward dalam hati menyadari Scarlet sengaja mengeluarkan bola api biasa untuk mempermainkan lawannya.

Mengapa dia malah mengulur waktu dan bermain-main dengan bola apinya? Seharusnya dia mengeluarkan cambuk api miliknya dan segera mengakhiri pertandingan ini. Dengan begitu mereka bisa makan siang dengan tenang sebelum akhirnya mereka harus berpisah lagi.

Edward yakin sekali dia telah memberitahu Scarlet bahwa malam ini dia akan berangkat untuk menyelesaikan misi terbarunya. Dia ingin menghabiskan waktu bersama dengan tenang, tapi gadis elementalis tanah muda itu malah merusak waktu ketenangannya.

Jika seandainya dia adalah pemimpin akademi ini, dia akan mengubah sistem menantang anak kelas level A dengan ujian yang lainnya.

Namun, dia bukanlah pemimpin ataupun pendiri akademi ini. Karenanya, Edward tidak punya pilihan lain selain menunggu pertandingan kekasihnya dengan Sonya berakhir.

Setelah berhasil menenangkan dirinya, Edward merasakan sesuatu.

Dia merasa ada sepasang mata yang memperhatikannya. Karena dia ingin tahu siapa yang memperhatikannya, akhirnya dia melirik ke suatu titik yang dia rasakan. Ah, ternyata anak itu.. Yang disebut oleh Sir F adalah saingan Scarlet.

Kenapa dia menatapku seperti itu? Tidak. Dia sangat mengenali arti tatapan itu. Edward sudah sering menerima tatapan seperti itu di misi- misinya. Tatapan yang ingin menantangnya dan mengalahkannya. Edward membalas tatapan itu dengan senyuman sinis tanda menerima tantangannya.

Setidaknya, anak itu tidak akan mengusik Scarlet. Pikir Edward.

***

“Pertandingannya sangat seru.” Ucap Niken pada Karyn saat mereka berjalan menuju ke kelas mereka.

“Benar kan? Tapi pertandingan tadi selesai lebih lama dari biasanya. Tentu saja apalagi melihat Scarlet yang hanya main-main dengan bola apinya.”

“Main-main?”

“Bagi pengendali api, bola api itu hanya mainan. Bahkan anak kecilpun bisa melakukannya. Tapi kalau anak kecil yang membuatnya bola api yang dibuatnya langsung padam. Butuh latihan dan ketrampilan untuk mempertahankan bola api agar tidak cepat padam.”

“Bukankah itu seperti meremehkan lawannya?”

“Ya, sepertinya begitu.”

Begitu masuk kelas Niken melihat salah satu teman kelasnya masih tertidur di tempat yang sama. “Orang itu.. apakah lehernya tidak sakit saat bangun nanti. Sepertinya posisi tidurnya tidak terasa nyaman.”

“Biarkan saja. Itu bukanlah sesuatu yang baru.”

“Bukankah sebaiknya kita membangunkannya?”

“Jangan. Dia berasal dari klan serigala. Apa kau tidak tahu? Jangan coba coba membangunkan binatang buas yang sedang tertidur, kalau tidak kau akan...” Karyn membuat gerakan dengan ibu jari bergerak dari leher sebelah kiri ke kanan, seakan ingin mengatakan bahwa mereka akan mati kalau membangunkan teman kelas mereka.

“Tapi biar bagaimanapun dia adalah teman sekelas kita. Dia tidak mungkin melukai kita kan?”

“Aku pikir kau seorang yang pemalu. Tapi sepertinya aku salah.”

“Tidak. Kau benar. Aku memang pemalu dan tidak terbiasa dengan orang asing. Tapi aku bisa menghilangkan rasa engganku jika orang asing ada yang minta bantuan padaku. Aku tidak suka orang disekitarku terluka.”

“Wah, aku tidak pernah bertemu dengan orang yang memiliki hati yang baik sepertimu.”

“Tidak. Itu tidak benar.”

“Kya..kya..” terdengar suara bersemangat para wanita diluar kelas.

“Suara apa itu?”

“Ah, pasti kakak kelas kita.”

Dan benar saja muncul seorang pria yang memiliki warna mata kuning keemasan sangat serasi dengan warna kulitnya yang putih. Pria itu sangat tinggi dan sangat... tampan. Selain kakaknya, dia tidak pernah melihat pria setampan itu.

“Hoy.. Kazu! Cepat bangun sebelum kita terlambat.”

Tidak lama setelah namanya dipanggil, Kazu bangun dari tidurnya dan menatap orang yang memanggilnya dengan malas.

Saat melihat wajah teman sekelasnya yang baru bangun tidur itu, napas Niken tercekat. Pria itu... teman sekelasnya itu tidak kalah tinggi dan tampan seperti orang yang tadi. Temannya ini memiliki warna mata dan rambut yang sama. Warna hitam pekat seperti tinta. Dia ingin menatap mata pria itu, tapi tampaknya pria itu bahkan sama sekali tidak tertarik pada sekitarnya. Pria itu hanya berjalan menuju ke temannya yang memanggilnya.

“Aku tahu reaksi itu.” Goda Karyn. “Semua gadis yang pertama kali melihat wajah mereka pasti bereaksi seperti itu.”

“Mereka siapa?”

“Yang memiliki warna mata kuning keemasan adalah senior kita. Dia sama denganmu, memiliki elemen air, namanya adalah Shin Ha. Meskipun dia sangat lemah dan sama sekali tidak memiliki ambisi, dia sangat terkenal dikalangan gadis. Dia sangat ramah dan lembut pada semua orang. Siapa yang peduli kalau dia lemah? Yang penting sifatnya seperti pangeran dari negeri dongeng. Dia adalah pria idaman semua gadis. Sayangnya, dia ada di kelas level C. Jadi kita tidak mungkin sekelas dengannya kecuali kelas pelajaran berburu yang itu berarti sekarang. Ayo. Kita cepat berangkat.” Jelas Karyn sambil mengambil beberapa buku yang akan dibutuhkan di kelas nanti.

“Kita memiliki pelajaran berburu? Kenapa?”

“Jika seandainya kita berhasil masuk level S, kita pasti akan dikirim keluar untuk menjalankan misi. Nah, mungkin diantaranya kita harus tinggal beberapa hari di hutan. Kalau persediaan makanan kita habis, kita bisa berburu di hutan.”

“Oh, rupanya begitu. Ngomong-ngomong, kau belum menceritakan soal teman kita. Kazu? Iya, Kazu namanya.” Niken ingat kalau kakak kelasnya, Shin Ha memanggil pria itu dengan Kazu.

“Ah, Kazuto. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik padanya, jadi aku tidak mencari tahu. Meskipun dia tampan, tapi dia sangat menakutkan. Apalagi melihat sikap senior kita yang level A. Dia juga berasal dari klan serigala. Dia mudah marah dan tidak suka tidur siangnya diganggu. Apakah kau tahu begitu dia marah, kau akan melihat ada wujud serigala dalam tubuhnya.”

“Benarkah?”

Karyn tersenyum enggan. “Aku tidak pernah melihatnya secara langsung. Hanya rumor yang beredar. Tapi mendengar rumor yang menakutkan itu, mana ada yang berani mendekatinya, meskipun orang itu adalah Kazuto yang katanya juga anggota terlemah dari seluruh klan, dia tetap memiliki aura yang menakutkan. Jadi sebaiknya, kau juga jaga jarak dengannya. Tidak ada yang akan tahu apa yang akan terjadi jika seandainya Kazuto berubah wujud.”

“Dia bisa berubah wujud?”

“Aku dengar semua klan serigala bisa berubah wujud.”

“Jadi kau sama sekali tidak tahu apa apa tentang Kazuto?”

“Selain dari dia berasal klan serigala dan dia berteman baik dengan senior Shin Ha? Tidak. Aku tidak tahu apa apa.”

Niken mendesah kecewa dan sedih mendengar penegasan itu.

“Apa kau tertarik pada Kazuto?”

“Apa? Tidak.. tentu saja tidak.”

“Baguslah kalau begitu. Dan aku harap kau tidak akan pernah tertarik padanya. Dan satu hal lagi, jika kau bertemu dengan kakak kelas kita yang tadi kuceritakan, segeralah menghindar. Dia suka sekali mencari masalah dan keributan. Ciri-cirinya dia sangat tinggi dan besar, rambutnya hitam dan panjang seperti rambut wanita dan juga...” kata katanya terhenti saat Karyn melihat sosok seseorang. Dengan reflek dia menggenggam tangan Niken dengan erat saking takutnya.

“Ada apa?” tanya Niken bingung kemudian dia menoleh ke tempat yang dilihat Karyn dan kakinya tiba tiba menjadi lemas saat melihat seseorang disana yang sedang berjalan pelan kearah mereka.

Ciri-ciri orang itu. Tinggi dan besar, rambut hitam yang panjang persis yang dikatakan Karyn, dan satu lagi.. wajah orang itu.. wajah orang itu sangat menakutkan seperti predator yang siap menerkam mangsanya.

Tanpa sadar, Karyn dan Niken menjadi seperti patung disana. Mereka ingin lari, tapi tidak memiliki tenaga untuk menggerakkan kaki hingga saat orang itu berhenti tepat disamping mereka... mereka menahan nafas...

“Jika kalian adalah tikus kecil yang tidak ingin diterkam, sebaiknya jangan memancing predator yang sedang malas. Aku tidak suka orang membicarakan keburukan orang lain diam-diam.”

Setelah selesai berbicara, orang itu kembali melanjutkan langkahnya dengan santai. Karyn dan Niken bersamaan jatuh duduk dengan lemas saat mereka tidak mendengar suara langkah kaki orang itu.

“Yang..yang tadi itu... sangat..”

“Menakutkan. Aku mengerti perasaanmu. Itu sebabnya, kita harus menghindarinya sebelum dia menyadari kita.”

Niken mengangguk setuju.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel