Bab 6: Saudara Kembar (1)
Di depan sekolah Bieger berdirilah seorang pemuda dan seorang gadis.
“Apa kau yakin ini tempatnya?” tanya gadis tersebut pada pemuda itu.
“Hm.. Aku yakin. Ayo kita masuk.” Tapi gadis itu sama sekali tidak bergerak dari tempatnya.
Niken seorang gadis berusia tujuh belas tahun adalah seorang yatim piatu, sedangkan yang satu lagi bernama Richard. Mereka berdua adalah saudara kembar dan yatim piatu. Mereka tidak tahu siapa keluarga kandung mereka dan diasuh di panti asuhan hingga beberapa bulan yang lalu.
Bahkan diusia mereka yang sudah terbilang besar, mereka masih tinggal di panti asuhan karena tidak ada keluarga yang mau mengadopsi dua anak sekaligus. Tiap kali ada yang datang untuk mengadopsi salah satunya, yang lain akan merengek untuk ikut atau tidak mau pergi sama sekali.
Mereka berdua ditemukan di depan panti asuhan saat mereka masih berusia lima tahun, tapi mereka tidak bisa mengingat siapa keluarga mereka dan dimana mereka tinggal. Yang mereka ingat hanya nama mereka masing masing.
Beberapa bulan yang lalu, pemimpin sekolah Bieger melihat kemampuan Richard saat beliau mengunjungi panti asuhan tempat mereka tinggal. Lalu orang tersebut mengungdang mereka berdua untuk berlatih dan belajar disebuah akademi. Richard merasa sangat antusias mendengar itu dan segera menyetujuinya, sedangkan Niken, dia sama sekali tidak suka dengan tawaran itu.
Tidak hanya gender mereka yang berbeda, tapi sifat dan karakter mereka juga sangat berbeda. Richard orang yang sangat ceria dan mudah bergaul, sedangkan Niken sangat bertolak dari kakaknya.
“Niken… Halo...” Richard melambaikan tangannya kearah adiknya yang sedang melamun. “Apa kau masih bersamaku?” Barulah Niken tersadar dari lamunannya saat saudaranya mencubit gemas pipinya. “Kenapa melamun saja?”
“Kita akan berbeda kelas. Dan itu berarti kita juga akan berbeda gedung. Richard, aku...”
“Apa boleh buat, kan. Elemenku adalah api berarti aku akan belajar di kelas Sun -matahari. Sedangkan elemenmu adalah air, tentu saja kau akan belajar di kelas Moon - bulan.”
Niken hanya menghela napas dan menundukkan kepalanya.
“Jika kau tidak suka disini, kenapa kau menerima tawaran untuk belajar disini?”
“Aku tidak mau berpisah denganmu.”
“Begitu juga denganku. Aku tidak tega melihatmu seperti ini, tapi rasa inginku untuk bertambah kuat lebih besar daripada berpisah denganmu. Beri aku waktu 2 tahun, tidak 1 tahun... bertahanlah selama 1 tahun.. setelah aku lulus dari sekolah ini dan menjadi kuat, kita akan pergi dari sini. Bagaimana?”
“Apakah menjadi lebih kuat sangat penting bagimu?”
“Tentu saja. Aku akan bisa melindungimu dan orang-orang yang sedang mengincar kita. Aku tahu ini terdengar aneh. Tapi akhir-akhir ini aku bermimpi buruk. Kita beserta keluarga kita diserang oleh sekolompok orang jahat. Aku tidak tahu siapa dan dari mana mereka berasal. Tapi aku tahu satu hal. Aku takut kehilanganmu. Aku tidak mau menjadi orang lemah terus dan menyesal nantinya karena tidak bisa melindungimu. Karena itu, aku harus menjadi kuat. Setidaknya jika aku menjadi lebih kuat, aku akan lebih sedikit merasa tenang. Apa kau mau membantuku?” tanya Richard sambil memegang kedua bahu adiknya.
Niken mengangguk pelan mengulas senyuman pasrah. Richard tahu persis arti senyuman itu.
“Maafkan aku. Aku janji waktu akan tidak terasa berjalan lambat, dan kita akan segera pulang. Selain itu aku akan mengunjungimu di gedung bulan secara rutin. Bagaimana? Apakah sekarang keraguanmu berkurang?”
Niken mengangguk pelan dengan senyuman lega. Dan mereka berdua mulai memasuki sekolah itu dengan langkah yang tegas dan yakin.
Jantung Niken berdebar dengan keras saat dia masuk ke kelas yang akan dia ambil. Dia mulai bisa bernapas lega begitu dia duduk di bangku yang sudah ditentukan. Niken memang sangat gugup terhadap orang asing, tapi dia akan menghabiskan selama satu tahun bersama mereka semua, jadi Niken mulai melihat ke arah sekelilingnya.
Ada yang sedang belajar, ada yang mendengarkan musik, ada yang menggosip.. Bahkan ada yang tidur? Tatapan Niken tertuju pada sosok yang tidur pulas diatas meja dan menghadap ke dinding.
“Jangan dihiraukan.” Niken menoleh dengan kaget saat mendengar suara disampingnya.
“Hai, apa kau anak baru? Namaku Karyn elemen angin. Kau?”
“Ni..Niken.. Namaku Niken, elemen air. Salam kenal.”
“Niken? Nama yang unik untuk pengguna elemen air.” Gumam Karyn
“Maaf? Tadi kau bilang sesuatu?”
“Tidak.. Salam kenal juga.” Mereka berdua berjabat tangan dengan saling mengulas senyum. “Jadi ini hari pertamamu?”
“Iya begitulah.”
Karyn mulai bercerita macam macam mengenai sistem sekolah itu. Masing masing dari kelas matahari dan bulan, terdapat enam level yang berbeda. Level A hingga D kemudian ada level S dan SS. Sebelum memasuki sekolah ini, tiap-tiap calon murid akan diuji kemampuan energi dan pengetahuannya.
Niken ingat ujian masuk tersebut. Seperti yang diduganya, dia masuk ke dalam kelas level D. Berbeda dengan kakaknya yang masuk dalam kelas level A. Dia yakin kakaknya akan berusaha lulus dari sekolah itu dan masuk ke dalam level S
Kemampuan dan pengetahuan yang bagus akan dimasukkan ke dalam level A, kemudian B lebih rendah dan level D murid yang paling lemah.
Sedangkan level S, adalah murid yang berhasil menguasai energi kekuatan elemennya dengan sempurna dan bisa menerima misi apapun yang diberikan. Misalnya misi sebagai pengawal, atau mengusir bandit di sebuah desa yang meminta bantuan.
Sementara kelas level SS, tidak ada yang tahu apa pekerjaan dan misi dari level SS. Tapi ada rumor yang mengatakan kalau semua anggota level SS hanya 4 orang dan semuanya adalah ksatria elementalis. Dan sampai saat ini tidak ada yang tahu siapa saja anggota SS. Sepertinya hanya pemimpin Bieger yang mengetahuinya, dan pastinya beliau tidak mungkin membocorkannya pada murid yang lain.
“Wah, aku merasa seperti sudah lama belajar di sekolah ini.”
Karyn tertawa mendengar komentar Niken. “Maaf, aku terlalu banyak bercerita. Sekali aku membuka suara, tidak ada yang bisa menghentikanku. Aku harap kau maklum.”
“Tidak masalah.” Jawab Niken lega, ternyata teman barunya tidak semenakutkan yang dia kira.
Mungkin... mungkin dia bisa bertahan disini selama 1 tahun. Pikirnya sambil berharap dia bisa menyesuaikan diri di tempat ini.