Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4: Prolog - Scarlet Fiery (3)

Scarlet merasa lega saat dia tahu nenek yang baik hati itu baik-baik saja. Hanya luka memar di siku dan bahunya akibat terbentur saat jatuh tadi. Untungnya ada seorang pengendali air di desa itu sehingga bisa segera menyembuhkan luka memar pada beliau.

“Ksatria...” sahut salah satu penduduk desa itu dengan ketakutan.

“Panggil saja Le..Merah. Panggil aku Merah. Dan juga kau... kalian” sambil melirik ke arah penduduk yang bersiap siaga apabila dia akan menyakiti mereka “Kumohon, kalian tidak perlu takut padaku. Aku tidak akan menyakiti kalian. Aku tidak pernah membayangkan kalau akan menjadi ksatria elementalis api. Dan aku dengar, para ksatria harus menyembunyikan identitasnya. Jadi aku harap kalian bisa merahasiakan hal ini.”

“Tenang saja. Kau adalah penyelamat kami. Kami tidak akan memberitahukannya pada orang lain. Dan...” orang tersebut melirik ke arah teman temannya sambil menganggukkan kepala sekali. “Terima kasih.” Kata orang itu lagi sambil membungkukkan badannya memberi hormat diikuti dengan penduduk lainnya dibelakangnya.

“Terima kasih.” Sambung mereka.

“Kalian... bangunlah. Sungguh, kalian tidak perlu berterimakasih padaku. Aku yang berterimakasih. Kalian mau menerimaku apa adanya dan memperlakukanku dengan baik. Itu saja sudah membuatku senang. Sebenarnya aku melarikan diri dari rumah. Aku merasa kedua orangtuaku tidak menyayangiku dan aku tidak tahan menghadapinya. Jadi aku...”

“Merah.. tidak ada orang tua yang tidak sayang pada anaknya. Mungkin ada kesalahpahaman antara kau dan orang tuamu. Cobalah kembali dan bicarakan baik baik pada orangtuamu. Tapi jika seandainya kau butuh tempat untuk menenangkan dirimu, tempat kami akan selalu terbuka untukmu.”

Scarlet tersenyum dan tanpa sadar meneteskan air mata mendengar itu. “Terima kasih. Terima kasih banyak.”

***

Siangnya Scarlet berpamitan pada nenek dan seluruh warga desa itu dan mulai berjalan menuju ke rumahnya.

Setelah beberapa jam perjalanan Scarlet berhenti di depan sebuah gerbang. Dia sudah sampai? Dan ini adalah gerbang kotanya? Tunggu dulu. Kemarin saat dia melarikan diri... kenapa rasanya lebih lama dari yang barusan. Bukankah dia melarikan diri pagi subuh lalu sorenya dia tiba di desa itu?

Seingatnya, Scarlet baru berangkat siang tadi, dan dia sudah sampai sebelum matahari terbenam?

Apakah mungkin karena sekarang dia adalah seorang ksatria? Itu sebabnya instingnya bisa menemukan jalan pintas ke rumah? Apakah itu mungkin? Tidak. Mungkin saja itu karena kemarin dia berjalan tanpa arah tujuan, sedangkan sekarang...

Scarlet menggelengkan kepalanya kemudian menepuk kedua pipinya dengan tangannya. Scarlet mendesah berat karena dia mulai ragu. Apakah dia pantas untuk kembali ke rumah orangtuanya? Bukan karena dia yang sudah menjadi ksatria, tapi karena dia takut, kedua orang tuanya akan menggunakan kesempatan ini untuk membuangnya. Apa yang harus dia lakukan?

“Scarlet!” seru seseorang dari jauh membuat Scarlet mendongak untuk melihat siapa yang memanggilnya.

Orang itu langsung berlari kearahnya begitu yakin bahwa dirinya adalah orang yang dicarinya. Dan anehnya, saat mata Scarlet menatap mata orang itu, dunia Scarlet berhenti seketika itu juga. Dan lebih aneh lagi, Scarlet menahan napas saat orang itu memeluknya dengan erat.

“Nona..syukurlah.. Aku pikir terjadi sesuatu padamu. Apakah kau tahu betapa khawatirnya Tuan dan Nyonya selama dua hari ini?”

“Ayah... ibu… mengkhawatirkanku?”

Edward melepaskan pelukannya dan menatap Scarlet lurus ke matanya. “Nona... Tuan dan Nyonya bahkan belum makan sejak kemarin. Saat ini Nyonya pingsan karena lemas dan masih belum sadar. Sedangkan Tuan besar, beliau masih berkeliling untuk mencari keberadaan anda.”

Mendengar itu Scarlet mulain menangis keras membuat pengawal pribadinya kebingungan. “Nona… kenapa anda menangis? Apakah anda sakit? Astaga nona, badan anda kenapa menjadi panas seperti ini? Apakah anda demam? Sebaiknya anda segera ke rumah sakit.”

“Tidak. Aku harus menemui ayah dulu.”

“Baiklah. Setelah itu anda harus ke rumah sakit.”

Setelah berputar-putar mencari ayahnya, akhirnya Scarlet menemukan sosok ayahnya dan segera memanggilnya.

“Ayah!”

Yang dipanggilpun langsung menoleh dan tersenyum lebar. Dia berlari dan memeluk putrinya dengan erat.

“Anakku.. anakku... Darimana saja kau? Mengapa kau menghilang?”

“Maafkan aku. Selama ini aku berpikir ayah dan ibu tidak pernah menyayangiku.. jadi aku melarikan diri.” Jawabnya dengan sedih.

“Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Bukankah kami menyediakan segala kebutuhanmu? Apa yang kurang?”

“Kenapa kalian mengurungku? Kenapa kalian tidak menjengukku? Anak yang normal akan berpikiran yang sama denganku jika mendapat perlakuan seperti kalian.”

“Kami memiliki alasan yang bagus untuk itu.”

“Alasan apa?”

“Aku tidak bisa menceritakannya saat ini. Tapi ngomong ngomong... kenapa badanmu panas sekali? Apa kau sakit?” tanya ayahnya dengan khawatir.

“Tidak ayah, aku sama sekali tidak sakit.”

“Tapi badanmu panas seperti ini, kau harus...” kata kata ayahnya terhenti dan beliau tampak memikirkan sesuatu.

“Suhu badan seperti ini, jika manusia biasa, dia akan mati. Jika seorang elementalist biasa, dia tidak akan bisa menahan panasnya dan akan menjadi lemas. Tapi kau...selain panasnya tubuhmu, kau tampak sangat sehat.”

Scarlet bisa melihat mata ayahnya mulai berkaca kaca. Tepat sebelum air matanya keluar dari mata ayahnya, dia sudah dipeluk erat oleh ayahnya.

“Ayah?”

“Kalau tahu ini tetap akan terjadi, seharusnya kita menghabiskan setiap waktu untuk bersama sama. Seharusnya aku mengajakmu berkeliling ke dunia luar bersama ibumu, melakukan piknik bersama dan melakukan hal hal lain seperti keluarga normal lainnya. Sungguh sia-sia yang kita lakukan.”

“Apa maksud ayah? Aku sama sekali tidak mengerti.”

“Scarlet.. sekarang kau... Kau adalah seorang ksatria merah kan?”

Tubuh Scarlet menegang dipelukan ayahnya. “Bagaimana ayah bisa tahu?”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel