Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 14: Memutar Waktu Ke Belakang

“Richard? Bagaimana kau bisa bergerak?”

Untuk beberapa saat, Richard tidak menjawab pertanyaan Scarlet dan menatap rambut biru aneh dari Shin Ha.

“Rambut biru…” gumam Richard sambil masih berusaha mengatur pernapasannya. “Jadi kalian bertiga adalah ksatria... elementalist?”

“…” Tidak ada yang merespond tebakan Richard dan memilih untuk tetap diam.

“Kita bisa membahasnya nanti. Beritahu kami, siapa kau? Kau bukan seorang ksatria, tapi kau masih bisa bergerak dengan bebas. Apakah itu berarti kau bisa mematahkan waktu yang berhenti ini?”

“Aku tidak bisa. Hanya adikku yang bisa.”

“Adik?” sebelah alis Kazuto terangkat mendengar ini.

“Orang yang menangis didalam adalah adik kembarku. Meskipun dia memliki elemen air, tapi dia sama sekali tidak bisa menggunakan kekuatan airnya. Kekuatannya adalah pengendali waktu. Dia bisa mempercepat, memperlambat waktu bahkan mengulang waktu dan membuat semua orang hilang ingatan. Tapi itu membutuhkan energi yang sangat besar hingga bisa membuat pingsan atau lebih parah lagi, dia bisa mati karena kehabisan energi.”

“Itu sebabnya aku melarangnya menggunakan kekuatannya dan mulai belajar pengendalian air, karena dia juga memiliki elemen air.”

“Kenapa kau menceritakan ini semua?” tanya Kazuto curiga.

“Aku akan merahasiakan identitas kalian, asalkan kalian juga merahasiakan kemampuan khusus yang dimiliki adikku.”

“Itu sangat mudah. Kami janji akan merahasiakannya. Dan kami juga akan melindunginya mengingat sebentar lagi dia juga akan menjadi bagian dari kami.” Jelas Scarlet sambil menawarkan sebuah senyuman yang tidak bisa dimengerti Richard.

“Apa maksudnya?”

“Saat ini yang terpenting adalah mematahkan waktu yang terhenti ini. Aku tidak ingin energi adikmu terkuras habis.” Terdengar suara yang tegas dari nada Kazuto dan jelas sekali dia ingin Richard segera mengambil tindakan.

Richard menyetujuinya dan berjalan untuk berdiri tepat didepan dinding tak terlihat itu.

“Niken… ini aku.”

***

Niken menangis dan menangis. Dia sadar dia telah menghentikan waktu disekitarnya dan dia juga sadar sedikit demi sediki aliran energinya menguap dari tubuhnya. Tapi dia tidak bisa menghentikan tangisannya dan dia takut untuk menjalankan waktunya.

Dia tidak ingin Karyn terluka, itu sebabnya dia tidak berani menjalankan kembali waktu yang berhenti. Dia sangat ketakutan dan terus menerus memanggil nama kakaknya.

“Richard… Hiks... Richard”

“Niken... ini aku.”

Niken segera menghentikan tangisannya dan mefokuskan pendengarannya untuk mencari suara kakaknya.

“Richard… kau dimana?”

“Aku disini. Di depan pintu kelasmu. Kemarilah, aku tidak bisa masuk karena kau memasang pertahanan di sekeliling ruangan kelas ini.”

Niken melepas pelukan Karyn dengan perlahan kemudian memasuki celah-celah gerombolan teman-temannya dan menerobos dengan berhati-hati agar tidak ada yang terjatuh.

“Dia melakukannya dengan hati-hati agar tidak melukai mereka. Adikmu sungguh memiliki hati yang murni.” Niken bisa mendengar suara orang yang bicara. Tapi dia tidak memperdulikannya. Dia tetap fokus pada apa yang dilakukannya.

Setelah berhasil lolos dari kepungan itu, Niken langsung berlari menghampiri kakaknya. Sayangnya dia juga tidak bisa melewati dinding itu sehingga pasangan kakak adik itu hanya bisa berhadapan dengan dinding kasat mata yang menghalangi mereka.

“Richard.. apa yang harus kulakukan?” pandangannya terfokus pada kakaknya hingga tidak sadar ada tiga orang yang berdiri dibelakang kakaknya. “Aku tidak tahu cara merobohkan dinding ini.”

“Tenang saja. Jalankan waktunya kembali. Dinding ini akan roboh secara otomatis.”

“Tapi... Karyn akan terkena masalah. Mereka sudah menumpahkan airnya.”

Richard tidak menjawab dan pandangannya mulai kabur. “Richard... Richard...” Niken menepuk dinding itu sambil memanggil kakaknya. Tapi Richard sudah tidak kuat, dia mulai terjatuh namun menguatkan diri untuk tidak pingsan. Dia merasakan bantuan dari tiga orang dibelakangnya agar dia tidak benar benar terjatuh.

“Apa yang terjadi? Bukankah sebelumnya kau baik baik saja?” tanya Shin Ha.

“Kakakku.. seharusnya dia juga tidak bisa bergerak beserta dengan lainnya. Tapi dia bisa mengendalikan kekuatannya agar bisa bergerak di zona waktu milikku dan itu menguras tenaganya.”

“Karena itu...” desah Richard berusaha mengatur pernapasannya. “Cepatlah jalankan kembali waktunya.” Richard mengatur nafasnya kembali sebelum melanjutkan. “Temanmu tidak akan mati seperti kejadian saat kau gagal menyelamatkan kelinci itu. Hanya basah sedikit. Yah, melihat gumpalan air itu, mungkin basah kuyup. Tapi hanya sampai situ. Dia tidak akan terluka.”

“Tapi aku tidak suka cara lainnya memandangnya. Aku tidak ingin Karyn tertekan dan terkucilkan. Dia adalah teman pertamaku. Aku sangat menyayanginya.”

“Aku tahu. Aku pernah mengobrol dengannya.” Richard mendesah dan mencoba berdiri dengan sisa kekuatannya. “Jadi apa yang ingin kau lakukan?”

“Aku ingin memutar ulang sebelum air terjatuh membasahi semuanya.

Wajah Richard menjadi tegang dan kaku. “Apa kau sudah bosan hidup? Energimu sudah banyak terkuras dan kau masih ingin memutar kembali waktu. Aku peringatkan padamu Niken. Jika kau mati, aku juga akan mati. Apa kau mengerti?”

“Richard...” pinta Niken dengan memohon. “Aku mohon izinkan aku...”

“Aku yang memohon padamu. Tolong jalankan waktunya sekarang”

“Jika aku memberikan energiku padanya, apakah itu akan membantu?”

Richard menoleh ke arah Kazuto dan teringatlah dia akan ucapan Scarlet sebelumnya..

Dan kami juga akan melindunginya mengingat sebentar lagi dia juga akan menjadi bagian dari kami.

Apakah mungkin..? Ksatria yang satu ini...?

Tidak. Dia tidak boleh ragu lagi. Dia akan melakukan apapun untuk keselamatan adiknya.

“Iya.. itu mungkin sangat membantu.”

Setelah mendapat persetujuan dari Richard, Kazuto terdiam sejenak dan tidak lama kemudian asap seperti asap dari sorot sinar lampu yang sangat terang melingkupi tubuh Niken.

“Richard.. aku rasa aku bisa melakukannya. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa energiku penuh kembali.”

Richard tersenyum sambil menganggukan kepalanya. “Lakukan saja yang kau inginkan.”

Mendengar itu Niken tersenyum lebar, dan saat itu juga semuanya mulai bergerak... bergerak secara mundur, termasuk Niken. Dunia seakan berjalan mundur ke beberapa menit sebelumnya. Semua orang di gedung bulan bergerak mundur kecuali empat orang.

“Setelah ini Niken tidak akan ingat apa yang sudah terjadi. Dan dia juga tidak akan ingat kalian.”

“Kenapa bisa begitu?”

“Karena dia membiarkan dirinya masuk dalam kekuatannya sendiri. Aku rasa... dia juga tidak ingin mengingat kejadian buruk ini.”

“Hei, sembunyikan senjatamu.”

Shin Ha langsung menuruti yang diperintahkan Scarlet dan menyembunyikan senjatanya. Dan waktu yang berjalan mundurpun berhenti dan berjalan dengan normal. Pintu kelas yang ada dihadapannya tertutup rapat dan terdengar suara video yang menyala dari arah dalam ruangan.

“Apakah kita masuk kedalam?” tanya Shin Ha.

“Untuk apa?” balas Kazuto balik bertanya.

“Kupikir kau ingin selalu melihatnya.”

“Aku memang ingin melihatnya, tapi saat ini yang lebih penting...” tepat saat Kazuto hendak mengatakan bahwa kondisi Richard yang lebih penting, Richard jatuh pingsan. Kazuto dan Shin Ha menangkap Richard dengan sigap.

“Phew… hampir saja.” Sahut Shin Ha. Dan mereka berdua membawa Richard ke ruang kesehatan.

“Hei, Edward tidak ada. Tadi dia ada disana, sekarang dia tidak ada.”

“Aku tidak sadar kalau kau sudah pergi mencari Edward.”

“Kau sama sekali tidak menjawab pertanyaanku.”

“Seharusnya Edward kembali berada di tempat seperti setengah jam yang lalu.”

“Ah, dia ada di gedung matahari dan berjalan menuju ke ruang SS. Kalau begitu aku akan menunggunya disana. Apakah dia baik baik saja?”

“Sepertinya dia menghabiskan banyak energi hanya untuk bisa bertahan dan bergerak di zona waktu yang berhenti.” tebak Shin Ha menjawab pertanyaan Scarlet.

“Dia akan baik-baik saja dengan istirahat sebentar. Dia adalah elementalis api jika seandainya kau lupa.”

“Baiklah. Aku serahkan dia pada kalian.”

Setelah memastikan Scarlet jauh dari mereka, Shin Ha berbicara.

“Hanya karena dia seorang wanita sendiri, dia bertingkah seperti pemimpin kita.”

“Tidak hanya itu. Hanya karena dia yang paling muda, kita selalu mengalah padanya.”

“Ah, itu benar.”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel