Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8

James merasa bersalah pada sang putri karena tak selalu ada di dekatnya. Seperti pada kambuhnya Alicia hari ini, James yang baru saja mendarat, langsung tanpa kompromi lagi menerjang semua hambatan guna menemui buah hatinya.

Sebagai sosok pria yang sangat tidak ideal bagi Alicia, James hanya bisa menelan kekecewaan terhadap hidup ini. Berulangkali ia mengajur napas di depan ruang perawatan sang putri yang masih enggan membuka mata.

Selain menatap ruangan Alicia, pandangan mata James juga jatuh pada pintu ruangan di sebelah sang putri yang dihuni oleh Rebecca. Pikiran James kalud, kecurigaannya terhadap Becca masih tak ingin enyah dari benaknya. Namun, kebaikan hati Becca yang sudi membantu Alicia juga tak luput dari jangkauan pikiran James.

Kemudian, seorang wanita berbaju putih yang berjalan di lorong menuju ruangan Rebecca dengan langkah seribu menghentakkan lamunan James, "Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada wanita itu?" Alam bawah sadar James menuntun langkah pria itu mendekati kamar Rebecca untuk sekadar mengintip suatu hal yang membuatnya penasaran.

James mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar VIP memalui celah antara pintu dan kusen.

Tampak wanita yang mengenakan blouse lengan pendek dengan motif garis-garis masih meringkuk di atas tempat tidur.

"Dok ... bangunlah! kita perlu bantuan Anda,"

Rebecca yang mendapatkan sentuhan dari tepukan di pundaknya seketika membuka kedua kelopak matanya. "Ada apa?" tanya Rebecca dengan wajah masih antara sadar dan tidak.

"Pasien thrombosis arteri yang semalam menjalani angioplasti mengeluh sesak napas,"

Trombosis arteri adalah terbentuknya gumpalan darah (trombosis) di pembuluh darah arteri. Kondisi ini bisa menghambat aliran darah ke organ tubuh tertentu sehingga berpotensi menyebabkan kondisi yang serius, seperti serangan jantung dan stroke.

Sebagian besar trombosis arteri disebabkan oleh keluarnya keping darah atau trombosit sebagai respon tubuh akibat pecahnya plak penyebab aterosklerosis. Keping darah ini kemudian menyatu dan menggumpal. Jika gumpalan yang terbentuk cukup besar, maka kondisi ini bisa menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah arteri.

"Apa stent-nya bergeser?" tanya Rebecca lagi memastikan jika terjadi perubahan setelah prosedur angioplasti yang semalam ia lakukan.

"Kami belum memastikannya, dok!"

Sedangkan angioplasti adalah yaitu prosedur pembukaan pembuluh arteri yang tersumbat dengan balon kateter untuk selanjutnya dilebarkan menggunakan kateter dan dipasang stent sehingga tetap lebar.

Meski rasa lelah belum sepenuhnya terobati, Rebecca tetap harus menjalankan tugasnya. Dan meskipun bukan dalam waktu kerjanya pula, Rebecca akan bertanggungjawab sepenuhnya.

Rebecca berdiri dengan sekuat tenaga dan segera menyugar rambutnya dengan sembarangan agar sedikit lebih rapi daripada sebelumnya. Tak lupa, sebelum keluar dari ruangannya, Rebecca sempatkan minum susu yang sudah tak hangat lagi.

Langkah lunglai Becca ia paksa lebih bertenaga lagi untuk menyusul dokter residen yang tadi memanggilnya.

Di luar dugaan, James yang sejak tadi memperhatikan isi di ruangan tersebut masih berdiri di tempatnya. Begitu menyadari Rebecca berjalan keluar ruangan, James berusaha menyembunyikannya dirinya dengan menjauhi pintu masuk lalu berbalik membelakangi jalan Rebecca.

Barulah ketika Becca sudah keluar menyusul juniornya, James berbalik lagi dengan menatap punggung wanita yang berusaha berlari kecil itu.

Namun tiba-tiba saja, "Ouu ... " Rebecca sempat terhuyung tetapi tak sempat terjatuh karena Becca dengan sigap menahan kakinya.

Kedua manik kehitaman James sedikit memicing, " Dasar ... Tidak berhati-hati!" Hendak membantu Rebecca. Namun, buru-buru James mengurungkan niatnya.

Tetapi, ada sedikit kepuasan tersendiri di hati James begitu tangan wanita itu merogoh sebuah cokelat dari saku blouse nya. Dan rasa bahagia itu semakin menyeruak kepermukaan ketika mendapati Becca mengupas bungkus cokelat itu dengan giginya dan memakan kudapan manis itu lalu menelannya.

**

Siang kini telah menarik sang malam menggantikan tugasnya menemani semesta. Pergerakan waktu dengan cepat hari ini membuat Rebecca sama sekali belum pulang ke tempat tinggalnya. Selesai memastikan penyebab sesak napas pasiennya, Becca langsung mengikuti pergantian shift yang membuat dirinya masuk kembali ke shift malam.

"Yah setidaknya, besok aku libur!" cicitnya pelan lebih tepatnya menyemangati dirinya sendiri.

Selain Rebecca, James juga malam ini memiliki jadwal menggantikan salah satu temannya yang berhalangan terbang. Alhasil, Melati dan Thomas lah yang kini menjaga Alicia.

Sembari berjaga, Becca berniat mengunjungi anak kecil yang telah ia bantu siang tadi. Berhubung kepadatan jam kerjanya bisa diatasi, Rebecca berniat mengunjungi Alicia di ruangan yang kebetulan berdekatan dengan tempat yang siang tadi Becca gunakan untuk beristirahat.

"Permisi ... " ucap Rebecca tanpa lupa mengetuk pintu kamar rawat inap anak VIP tersebut.

"Selamat malam," imbuh Rebecca menyapa keluarga Alicia dengan kepala muncul ke dalam guna menengok serta memastikan ia tak mengganggu istirahat si pasien.

Melihat kelakuan Becca yang menggemaskan untuk wanita seumurannya, Baik Melati dan Thomas menyunggingkan senyum sembari menahan diri untuk tidak tertawa.

"Masuklah, Rebecca!" perintah Nyonya besar sekaligus nenek Alicia tersebut.

"Jadi ini yang namanya Rebecca?" cecar Thomas dengan binar di kedua matanya karena antusias dan merasa jika selera mamanya sungguh klop dengan seleranya.

Rebecca menelisik Thomas dari ujung rambut hingga kaki, "Anda orangtuanya?"

Tidak mudah bagi Thomas menjadi seorang player sejati, dan kini Becca menyangka jika dirinya adalah ayah dari Alicia.

"Terimakasih ya, Pak!" imbuh Becca lagi sebelum Thomas menyangkal bahwasanya dirinya bukan ayah Alicia.

Tentu saja Thomas keberatan, tetapi rasa ingin tahunya mengalahkan keberatan tersebut. "Maaf, terimakasih untuk apa?"

"Loh, kan Anda yang memberikan pelayanan untuk saya? Bahkan cemilan manis yang di kamar saya juga!'

Buru-buru Thomas menepis semua itu, "Maaf, dok! sepertinya kamu salah sangka. Dan maaf juga aku bukan orangtua gadis kecil ini, aku adalah pamannya."

Rebecca merasa bersalah sudah berprasangka yang tidak-tidak pada Thomas.

"Namaku, Thomas! putra keduanya." jelas Thomas sembari memeluk sang mama dengan mesra.

"Saya Rebecca,"

"Aku sudah tahu, bahkan mama ingin menjodohkan kita." Tak ingin didahului oleh orang lain, Thomas ingin mematenkan posisi di dekat Becca dengan aman. Apalagi ia adalah putra bungsu pemilik rumah sakit tempat Becca bekerja.

Lalu masih ada yang mengganjal di benak Thomas, tentang siapa yang memberikan pelayanan istimewa untuk Rebecca. "Apakah mungkin mama? Tapi Dia bilang orangtua pasien? Jangan-jangan ... James?"

Baik Thomas dan mamanya saling menduga dalam pikiran masing-masing. Hingga tanpa mereka sadari sepasang manik kecil telah menatap mereka.

"Oma ... Uncle, dan ... Mama?"

Melati dan Thomas saling pandang dan terharu karena Alicia telah sadarkan diri.

"Mungkin karena terlalu berisik, saya sebaiknya keluar saja. Silakan menemani pasien!" Rebecca hendak memberi ruang bagi Alicia dan keluarganya berjumpa. Namun, langkah Becca terhenti dengan sebuah panggilan dari bibir mungil itu.

"Mama ... apa kau mamaku?"

****

Alicia :"Mama?"

Rebecca : "Sekate-kate, gue bukan emak lu, Bocah!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel