Bab 5
"Kenapa mama lebih membela sodara dari pria yang membawa kabur Raisa?" James menuntut penjelasan dari sang mama yang ia nilai lebih mementingkan wanita gila yang ia temui di pesawat itu.
"Mama tak sampai hati melihat wanita itu terluka, hati mama begitu sakit ketika melihatnya menahan air mata seperti tadi, James."
"Sudah sepantasnya mereka menanggung penyesalan serta penderitaan terhadap rumahtanggaku," Dan James sendiri tidak menyangka jika wanita yang datang ke makam tadi merupakan salah satu anggota keluarga dari pria yang telah membawa kabur sang istri.
Terlebih lagi pertemuannya dengan Rebecca secara tak sengaja di pesawat telah membuat dokter wanita itu dicap sebagai pembuat onar dalam karir penerbangan James selama ini.
"Sudah jangan dibahas lagi, mama malah ingin mengundangnya datang ke rumah untuk mama kenalkan dengan adikmu, Thomas. Sepertinya mereka berdua cocok,"
Pucuk dicinta ulam pun tiba, adik lelaki yang dibicarakan telah datang dari tempat parkir di makam untuk membawa pulang kakak dan mamanya.
"Cocok? Apa yang cocok? Mama merencanakan untuk menjodohkan aku lagi?"
"Iya," sahut James dengan santai lalu masuk ke dalam mobil yang akan membawanya pergi dari pemakaman.
Thomas putra kedua pun masuk ke dalam mobil lalu mengenakan sabuk pengaman dan berkata pada sang kakak, "Siapa lagi itu?"
"Tanya aja sama mama!"
"Siapa, Ma? Cantik nggak?" tanya Thomas ketika namanya masuk ke dalam dan duduk di sebelahnya.
Melihat gelagat Thomas yang mulai menunjukkan itikad player-nya, tanpa ragu lagi, James segera menendang sang adik dengan sepatunya. Seraya mengganti pakaiannya dengan segaram pilot dari maskapai Nusantara Air.
"Aduh, Ma ... lihat James memukulku!"
"Kalian ini, bisa diam tidak? Dan kamu James? Di hari kematian Raisa, kau ingin bekerja?"
"Lebih baik aku terbang daripada mendengar ocehan mama, lagipula aku tidak mengambil cuti pada hari ini." jawab James tanpa rasa bersalah sedikitpun.
**
Selain James, Rebecca juga tampak menginjakkan kaki di Bandara dan menuju ke counter Nusantara Air.
Wajah James begitu gusar kala melihat kedatangan Rebecca ke tempat kerjanya. Niat untuk mengganti shift pada hari ini, langsung sirna. Sebenarnya James ingin menuruti perkataan sang mama dengan menukar jadwal terbangnya menjadi lebih larut. Tetapi lantaran melihat Becca, niatnya langsung pupus sudah.
Emosi James membuncah dan langsung menyeret Rebecca pergi dari dalam counter agar tak ada yang bisa melihat keduanya.
"Lepaskan aku! kalau tidak, aku bisa berteriak!"
"Wanita gila ... apa yang kau lakukan di sini?" maki James dengan nada tinggi.
Beberapa orang bahkan ada yang melihat dengan mata melongo tentang dua orang yang lebih tepat seperti sepasang suami istri yang tengah berkelahi.
"Aku datang ke sini hanya ingin mengembalikan barang, bukan menemuimu,"
"Lupakan ... dan enyahlah dari hadapanku! aku tak sudi melihatmu."
Namanya Rebecca, tak akan puas hanya karena ucapan James saja. Wanita itu berbalik kembali hendak menuju tempat kerja James.
"Aku juga tak sudi memakai jaket itu lagi setelah kau pakai," Niat James kemarin karena kasihan melihat pakaian Rebecca yang berlumuran darah penumpang hingga membuat James meminjamkan jaketnya untuk Becca
"Ini milikmu?" tebak Rebecca, "Jika tahu punyanya, udah aku buang ke tong sampah!"
Rebecca mengurungkan niatnya kembali ke counter Nusantara Air dan melanjutkan langkahnya keluar dari Bandara dengan sebuah paper bag di tangannya.
Dokter cantik itu langsung membuang tanpa menunggu aba-aba ketika melihat sebuah tong sampah di sudut kiri tempatnya berjalan. Becca tak ragu lagi membuang barang yang dimiliki oleh pilot songong itu.
Ketika melihat apa yang dilakukan oleh Rebecca pada jaketnya, semakin membuat James membenci wanita gila itu. Terlebih lagi, sikap Becca yang tak mau ditundukkan olehnya semakin membuat James memiliki dendam tersendiri dengan dokter wanita itu.
"Apa mama waras? Menjadikan wanita seperti itu calon istri Thomas? Melihatnya saja sudah membuatku nyeri kepala." James lalu beranjak meninggalkan tempatnya melihat sosok Rebecca yang telah menghilang di balik lautan orang yang lalu lalang.
Karena kedatangan Rebecca, James hingga melupakan keinginannya untuk mengganti jam tenangnya. "Sial, ini semua gara-gara wanita aneh itu." rutuk James dengan kesal.
**
Rebecca melampiaskan kekesalannya dengan memaki driver taksi online yang sejak tadi hanya mengatakan sudah dekat dan sudah dekat.
"Sial! ini semua gara-gara pria sok kecakapan itu! bikin sial sepanjang hari," Rebecca juga tak mau kalah. Ia menyalahkan James atas semua kesialan yang menimpanya.
"Semoga saja pekerjaanku nanti tidak sial, karena demi mama aku merelakan karierku di luar negeri."
Seperti rencananya, hari ini Rebecca akan menemui pihak rumah sakit tempat ia meng-apply proposal beberapa waktu yang lalu miliknya. Sang mama menginginkan agar Rebecca mau tinggal bersamanya dan tak pergi jauh lagi.
Rebecca rencananya akan ditempatkan pada tenga bantuan untuk divisi bedah sentral. Terutama menangani hal-hal yang berkaitan dengan rongga dada, jantung dan juga paru-paru.
Dokter bedah toraks dan kardiovaskular seperti Rebecca adalah dokter spesialis yang menangani penyakit di organ dalam rongga dada, terutama jantung dan paru-paru. Dokter spesialis ini juga memiliki keahlian dalam mendiagnosis, memberikan obat, hingga melakukan penanganan dengan cara operasi
Dokter bedah toraks sering kali bekerja sama dengan dokter dari cabang spesialisasi lain, seperti dokter jantung dan pembuluh darah, dokter paru, dan dokter penyakit dalam untuk mengatasi penyakit yang diderita pasien.
Bersambung ....