Bab 18 Kembali Romantis
Bab 18 Kembali Romantis
Setelah pertengkaran dengan suaminya dii meja makan tadi, Renjana memilih masuk ke kamar selepas membereskan piring dan sisa makanan. Di sudut kamarnya Renjana duduk sendiri, ia merenungi bagaimana caranya berdamai dengan suaminya. Segala cara sudah ia lakukan, mulai memasakkan menu makanan kesukaannya sampai bersikap manis dan lembut sudah ia lakukan, tapi tetap saja sikap Prasetyo dingin padanya.
"Aku akan mencobanya sekali lagi," batin Renjana. "Aku harus bisa kali ini." Ia pun berdiri, berjalan ke arah pintu, membuka pintu itu lalu berjalan ke ruang tengah. Tampak suaminya tengah asyik menonton acara pertandingan sepak bola. Dengan perlahan Renjana mendekati suaminya, duduk di sampingnya. Ia pun mulai membuka percakapan.
“ Sudah skor berapa Mas, ini pertandingan bola dalam negeri ya?” tanya Renjana.
“Iya, pertandingan antara Macan Kemayoran melawan Maung Bandung!” ucapnya Mas Prasetyo padaku.
Renjana pun paham akan istilah itu, Macan Kemayoran merujuk pada Persija Jakarta dan Maung Bandung pada Persib Bandung. Laki-laki memang suka menonton bola apalagi Prasetyo, bukan hanya sekedar menonton tapi juga ikut bermain bola. Tak heran setiap Minggu sore menyempatkan bermain futsal bersama teman sekantornya.
“ Mas...,berapa skor untuk Persija?” .
“Satu kosong,” ucapnya dengan mata terus tertuju pada layar televisi.
“Wah...baguslah. Persija mencetak skor duluan. Moga Persija yang menang! “ katanya bersemangat.
“ Mas, kamu mau kopi kan, biar aku buatkan ya. Buat teman menontonmu, biar tidak mengantuk!” bujuk Renjana padanya.
Prasetyo menoleh, dia hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Sejurus kemudian Renjana sudah berada di dapur, membuatkan kopi untuk suaminya serta menggoreng pisang sebagai camilannya.
"Semoga rencanaku berdamai dengan Mas Prasetyo berhasil kali ini", ucap Renjana. Selesai sudah ia menggoreng pisang dan membuatkan secangkir kopi untuk suaminya. Renjana lalu mengantarkan kopi dan pisang goreng itu di hadapan Prasetyo. Aroma kopi yang harum dan nikmat itu membuat Prasetyo segera menyeruput kopi itu setelah ia meniupnya perlahan. Tampak Prasetyo menikmati sekali hidangan yang dibuat oleh Renjana. Inilah waktu untuknya meminta maaf kembali, berharap Prasetyo mau berdamai dengannya malam ini.
“ Mas..., apa kamu masih marah sama aku? “ tanya Renjana dengan perlahan.
“Kenapa kamu tanya itu!” tegas Mas Prasetyo.
“ Aku minta maaf Mas. Sekali lagi aku minta maaf sama kamu. Tolong maafkan aku ya!” bujuk Renjana pada Prasetyo.
“ Apa kamu sudah berdamai dengan masa lalumu, yakin kamu sudah melupakan laki-laki itu. Kamu tidak akan mengulangi hal yang sama seperti waktu kita berada di tempat tidur itu?” ucap Prasetyo padaku.
“ Mas aku janji, aku akan melupakan bayang- bayang Brandon dari ingatanku,” ucap Renjana meyakinkan suaminya.
“ Janji, kamu tidak akan mengulanginya?” tanya Prasetyo.
“Iya, aku janji mas. Aku tidak akan mengecewakanmu kali ini! “ tegas Renjana pada suaminya.
Sejurus kemudian, Prasetyo menatap lama istrinya. Tidak terlihat kebohongan di matanya, "Sepertinya Renjana benar- benar menyesal," batinnya. "Apa salahnya aku memaafkan kesalahan yang sudah ia perbuat. Lagi pula sudah lama aku tak menyentuh istriku, rasanya rindu ingin bermanja berdua. Kembali romantis seperti dulu lagi, apalagi jika dilihat- lihat istrinya makin hari makin cantik," ujarnya dalam hati.
“ Oke.., aku akan memberi kesempatan untukmu memperbaiki semuanya. Asalkan kamu ingat akan janjimu untuk tidak mengulanginya,” balas Prasetyo pada Renjana.
“Terima kasih Mas, aku akan mengingat janji itu dan tidak akan mengecewakanmu lagi kali ini!“ kata Renjana tegas sambil meraih tangan suaminya lalu menyenderkan kepalanya di bahu suaminya itu. Prasetyo menerima perlakuan manja Renjana bahkan ia memeluk dan mencium Renjana dengan lembut.
Mereka berdua larut dalam rindunya masing- masing Rindu akan sentuhan dan belaian yang sudah lama tidak mereka dapatkan. Mereka mencoba melupakan sejenak masalah yang membuat hubungan itu dingin dalam beberapa hari ini. Kini hubungan itu hangat kembali, ibarat bunga layu tersiram air hujan.
**
Sementara itu Brandon dan Hesti semakin erat saja, bukan karena perjanjian yang mereka buat dulu. Akan tetapi ada hal lain yang membuat Brandon tak bisa lepas dari Hesti. Itu karena Brandon sudah mencicipi nikmatnya berhubungan dengan Hesti. Ia merasakan sensasi yang berbeda, tidak seperti gadis-gadis yang ia tiduri selama ini. "Andaikan aku tahu sejak awal, sudah lama aku mengajaknya berkencan," pikirnya.
Di ruang dosen, Hesti dan Brandon tampak mesra, mereka mengobrol sambil berpegang tangan. Tak jarang Hesti bersikap manja, mencubit lengan Brandon serta membelai wajah Brandon sesekali. Tampak ada sepasang mata yang heran dengan tingkah laku mereka berdua. Dia adalah Adam temannya Brandon yang juga seorang dosen.
"Sejak kapan si Brandon dan Bu Hesti jadi dekat," batinnya. Ada perasaan curiga menghampirinya, "jangan-jangan benar isu yang selama ini dia dengar bahwa Brandon banyak mencicipi gadis-gadis. Jangan- jangan apa yang di katakan Mia Harfiah itu menang benar, anak yang sedang dikandungnya adalah anaknya Brandon. Ini mencurigakan sekali,"gumamnya perlahan. "Ah.., nanti aku tanyakan saja pada Brandon."
Selepas Hesti keluar dari ruangan itu, Adam mulai mendekati Brandon. Ia ingin menanyakan perihal kedekatannya dengan Bu Hesti. “ Aku lihat akhir- akhir ini kamu semakin dekat dengan Bu Hesti? “ tanya Adam.
“Ah... itu hanya perasaanmu saja. Kami hanya berteman biasa, sebatas rekan kerja antara dosen dengan asisten rektor,” ucap Brandon.
“ Tapi bila aku perhatikan, tampaknya ada yang spesial pada kalian berdua. Ada hubungan apa sih?” tanya Adam menyelidik.
“Tidak ada apa-apa kok Dam!” tegas Brandon.
“Jangan bohong, kamu dan Bu Hesti pasti ada apa-apa, kan?” tanya Adam lagi.
“Jangan-jangan apa yang Mia katakan waktu tempo hari itu benar bahwa kamula yang sudah menghamilinya!” ucap Adam dengan tegas.
“Cukup Dam, aku muak mendengar tuduhan itu lagi. Aku tidak kenal dengan Mia Harfiah itu, mana mungkin dia mengandung anakku. Selain itu, aku juga tidak ada hubungan apa-apa dengan Hesti,” ujar Brandon menjelaskan.
“Yakin tidak ada hubungan apa-apa dengan Bu Hesti?” tanya Adam sekali lagi.
“Kamu tidak percaya padaku?” tanya Brandon kesal mencoba menyembunyikan ketakutannya. Takut bila Adam tahu tentang rahasianya.
“Bukan tidak percaya, tapi melihat kedekatan kalian berdua, aku merasa curiga!” tegas Adam
“Curiga, apanya yang harus di curigai. Semua berjalan normal kan. Hubunganku dengan Hesti hanya sebatas rekan kerja,” ucap Brandon dengan sedikit emosi.
“Maaf, aku hanya bertanya. Jangan marah begitu teman,” kata Adam seraya menepuk pundak Brandon dan pergi dari ruangan itu.
Brandon bersungut kesal atas pertanyaan Adam siang ini. Entah mengapa ia merasa takut jika Adam mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya. "Lebih baik aku beristirahat saja di apartemenku," pikirnya. "Lebih baik aku pulang saja."