Bab 17 Hecker
Bab 17 Hecker
Anggia menatap laptop yang berada di hadapannya. Sudah berulang kali ia mencoba memasukkan kata sandi, baik berupa tanggal lahir Rosa mau pun hari jadian Rosa dengan Brandon. "Aku harus bagaimana," pikirnya. Sepertinya usaha Anggia sia- dia saja, laptop itu tidak bisa dibuka.
Dengan langkah malas, Anggia menuju dapur. Mengambil segelas air di teko lalu menuangkannya ke dalam gelas. Di kursi meja makan, ia duduk menikmati segelas air putih itu. Ia berpikir keras bagaimana caranya membuka laptop itu, hanya Rosa sendirilah yang tahu kata sandinya.
"Aku harus minta tolong pada siapa," ujarnya dalam hati. Lama ia memikirkan hal itu dan ia dikejutkan oleh suara dering ponselnya yang berada di kamar. Tampaknya ada seseorang yang meneleponnya. Dengan cepat ia menuju kamar, meraih ponsel yang tergeletak di atas meja riasnya. Ia melihat ada panggilan dari Dini temannya. Dini adalah teman akrabnya di tempat ia mengajar di sekolah dasar. Dini merupakan guru matematika. Anggia mengangkat telepon itu.
“Halo Anggia, kamu ada waktu enggak sore ini.Kita jalan- jalan yuk, sekedar menikmati secangkir kopi di senja hari,” ucap Dini.
“Duh, bukannya aku tidak mau, Din, tapi aku sedang ada masalah sekarang. Aku tidak mood untuk jalan- jalan!” tegasku padanya.
“ Ayolah Anggia, kita minum kopi di Rain Coffee Kemayoran, di tempat biasa kita minum,” ajaknya membujuk Anggia.
“Bagaimana ya, aku lagi kusut sekarang. Pikiranku buntu, aku belum bisa menyelesaikan masalahku ini, “ katanya pada Dini.
“Emang ada masalah apa sih, sampai kamu enggak mood begitu?” tanya Dini penasaran.
“Gini loh Din, aku mau membuka laptop milik temanku yang sudah meninggal tapi aku enggak tahu kata sandinya. Sandi laptop itu hanya dia sendiri yang tahu, jadi aku harus apa dong?” tanya Anggia pada Dini.
“Oh...,begitu. Gitu aja kok repot sih, kan ada hecker yang bisa meretas jaringan data, apalagi ini hanya sebuah laptop. Aku yakin dia mampu membuka laptop milik temanmu yang sudah meninggal itu,” ucap Dini meyakinkan.
“Oh iya Din, kok aku enggak kepikiran ke sana ya,” balas Anggia padanya.
“Ngomong-ngomong kamu ada kenalan hecker tidak? “ tanya Anggia pada Dini.
“Hmm..., kenalan ya. Kalau aku enggak ada teman yang hecker sih, tapi sebentar, sepertinya teman pacarku bisa deh, “ ucap Dini.
“Aku pernah dengar dari pacarku sendiri dia bisa meretas data, kayaknya dia seorang hecker. Iya si David, nama lengkapnya David Jayusman. Nanti aku coba tanyakan pada pacarku ya,” ujar Dini pada Anggia.
“Iya Din, tolong bantu aku ya. Kalau bisa kamu kasih nomer teleponnya padaku agar aku bisa menghubunginya,” ucap Anggia memohon.
“Iya, kamu tenang saja. Aku pasti akan membantumu,” balasnya padaku.
Percakapan itu pun berakhir. Sekarang Anggia dapat bernapas lega karena satu masalahnya akan selesai. Anggia mulai berpikir, seperti apakah sosok dari David Jayusman sang hecker itu. Apakah wajahnya dingin tanpa ekspresi seperti mayat, seperti yang pernah dia ia baca di novel detektif.
Bagaimanapun sosoknya, ia akan meminta bantuan hecker itu untuk membuka laptopnya Rosa. "Aku harus bertemu hecker itu," gumamnya perlahan.
**
Di lain pihak, Mia yang merasa kesal dengan ulah Bu Hesti tadi pagi di kampus memilih untuk menyendiri di taman kota. Mencoba menenangkan hatinya. Bu Hesti sungguh keterlaluan, rutuknya. Bisa-bisanya pagi tadi mendamprat dan menampar dirinya di depan ruang kelas.
"Awas saja, aku akan membalas atas apa yang kamu lakukan hari ini," pikirnya. Mia larut dalam emosinya sendiri. Tanpa terasa hari sudah sore, "sudah waktunya aku pulang," pikirnya. Ia tkut nanti Anggia mencarinya ke kampus, sedangkan ia tidak ada di sana dan malah menyendiri di taman kota. Dengan langkah malas ia pun meninggalkan taman kota itu, pulang ke kostannya.
**
Anggia melonjak kegirangan saat mendapat nomor telepon dari David Jayusman sang hecker. Seperti mendapat hadiah yang sangat besar saja. Bagaimana tidak, satu masalahnya akan selesai hari ini. Dia mendapatkan nomor itu dari Dini, setelah Dini meminta nomor itu pada pacarnya.
Sungguh Dini teman yang baik, yang selalu bisa dia andalkan. "Aku akan menemuinya besok pagi, tapi bagaimana dengan jadwalku mengajar," pikirnya. "Ah...,aku minta izin kepada kepala sekolah saja nanti. Ku katakan ada urusan mendesak yang harus segera diselesaikan saja," ujarnya sekali lagi.
"Aku yakin Ibu kepala sekolah pasti mengizinkanku. Sebaiknya aku membuat janji dulu dengan David Jayusman, kalau–kalau dia tidak ada waktu untukku besok." Lantas Anggia menelepon David Jayusman. Ia mengatakan bahwa ia adalah temannya Dini, pacar temannya itu. Di ujung telepon tampak David Jayusman bertanya ada keperluan apa meneleponnya. Anggia pun mengatakan ingin meminta bantuannya untuk membuka laptop yang ia tidak tahu kata sandinya. David Jayusman mengatakan bahwa ia bisa membantunya.
“ Iya, aku bisa membantumu Anggia,” ujarnya di ujung telepon.
“Bagaimana kita bertemu di Rain Coffee Kemayoran, besok jam sepuluh pagi,” balas Anggia pada David.
“ Boleh, kita bertemu saja di sana. Aku pasti datang besok menemuimu!” tegasnya pada Anggia.
“ Oke..., sampai ketemu besok ya,” ujar Anggia mengakhiri percakapan itu.
Rasa senang Anggia karena David akan membantunya, membuatnya melupakan Mia adiknya. "Ini kan sudah sore kenapa Mia belum juga pulang," tanyanya dalam hati. Anggia berinisiatif untuk menelepon Mia. Belum sempat ia menelepon tiba-tiba terdengar suara Mia mengucap salam. Mia pun segera menuju ruang depan membukakan pintu.
“ Mia, syukurlah kamu sudah pulang. Mbak sampai cemas tadi, Mbak mau meneleponmu tadi,” ujar Anggia pada Mia.
“ Maaf Mbak, Mia pulangnya telat.”
“ Ya sudah, lekas ke kamar dan mandi, ini sudah sore!” perintah Anggia pada adiknya.
“ Iya Mbak,” ujar Mia dengan langkahnya menuju kamar.
***
Malamnya Anggia menyempatkan untuk menelepon Ibu kepala sekolah, ia mengatakan bahwa ada keperluan mendesak yang harus diselesaikan secepatnya. Untungnya Ibu kepala sekolah mengizinkannya untuk tidak mengajar selama satu hari. Lega perasaan Anggia sekarang, dan besok dirinya bisa menemui David Jayusman.
Pagi harinya, Anggia bersiap- siap akan menemui David Jayusman. Ia memakai kemeja lengan panjang dan celana jeans hitam, tak lupa juga ia membawa laptop Rosa yang tidak bisa di buka itu. Ia menghidupkan motornya, meninggalkan kostan menuju Rain Coffe Kemayoran tempatnya membuat janji bertemu dengan David.
Anggia membelokkan motornya di ujung jalan itu, memasuki area parkir di Rain Coffee. Setelah memarkirkan motornya, ia pun masuk ke dalam. Ia menuju meja nomor sembilan, tempat yang sudah ia janjikan pada David Jayusman. Rupanya David belum datang. Sambil menunggu, Anggia tampak memainkan ponselnya. Saat tengah asyik memainkan ponsel, tiba-tiba satu suara membuatnya berhenti dan memalingkan wajahnya menatap asal suara itu.
“ Maaf, kamu Anggia ya?” tanya suara itu.
“ Iya," jawab Anggia. Kamu David Jayusman?”
“Iya, aku David. Senang bertemu denganmu,” kata David Jayusman seraya mengulurkan tangannya pada Anggia.
Anggia menyambut tangan itu dan tersenyum. Ternyata David Jayusman tak sedingin apa yang dia pikirkan kemarin. Mulailah Anggia mengutarakan maksud pertemuannya dengan David. Seperti yang ia katakan di telepon waktu sore kemarin. Dengan menyodorkan laptop itu pada David. David pun mulai mencoba membukanya. Tak berselang lama laptop itu pun terbuka. Segera ia memberikan laptop itu pada Anggia, dan terlihat raut bahagia Anggia saat mengetahui apa yang telah David lakukan padanya.