Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 19 Percakapan yang Serius

Bab 19 Percakapan yang Serius

Anggia terperangah mendengar penjelasan David, ternyata David adalah orang yang sangat mencintai Rosa sahabatnya. Mengapa Rosa tidak menceritakan perihal David padanya, biasanya Rosa selalu terbuka. "Mungkin ini masalah pribadi yang tidak harus ia ketahui," pikir Anggia.

Sungguh Anggia sendiri tidak tahu kalau sebenarnya David satu kampus dengannya, ia mengetahui hal ini baru hari ini dari David sendiri. Waktu kuliah di Semarang dulu, David mengambil fakultas teknik jurusan teknik informatika dan jaringan. Wajar saja kalau dia menjadi hecker sekarang.

Anggia mulai menceritakan tentang kematian Rosa. Ia mengatakan bahwa Rosa stress karena Brandon tidak mau bertanggung jawab dengan janin yang dikandungnya. Akibat dari stress itu, Rosa sampai nekat mengakhiri hidupnya dengan cara mengiris urat nadi di tangannya.

“Sungguh tragis kematian Rosa!” ucap David dengan wajah sedih.

“Iya, aku pun tak menyangka Rosa senekat itu, padahal Rosa yang kukenal adalah wanita yang kuat!” tegas Anggia.

“ Terus, untuk apa kamu membuka file laptopnya Rosa. Apa ada hubungannya dengan kematiannya?” tanya David.

“ Tepat sekali, file ini memang ada hubungannya dengan kematian Rosa dan juga dengan adikku Mia!”

“ Mia, kenapa dengan Mia? “ tanya David kembali.

“ Mia salah satu korbannya Brandon si brengsek itu. Brandon telah merusak adikku, dia telah menghamilinya! “ ucap Anggia

“ Brandon... belum cukup selama ini dia mempermainkan gadis-gadis. Ternyata kelakuannya sama saja seperti dulu, tidak pernah berubah,” ucap David dengan emosi.

“ Aku harus membalaskan dendam atas kematian Rosa. Brandon harus membayar atas apa yang sudah ia perbuat,” timpalnya lagi.

“ Setuju!" ucap Anggia sambil mengangkat telunjuknya, "kali ini aku sependapat denganmu, Brandon harus kita beri pelajaran!” tegas Anggia pada David.

“Aku sendiri akan membuat perhitungan dengan Brandon. Gara- gara dia, Rosa sampai hamil dan bunuh diri!" geramnya.

“Kita mempunyai misi yang sama, sama-sama ingin membalaskan dendam pada Brandon. Tenang saja Anggia, aku akan membantu kalian. Mia berhak mendapatkan pengakuan bahwa janin yang dikandung itu adalah anaknya Brandon. Kini saatnya Brandon, menerima karma atas perbuatannya,” ucap David

“ Lantas apa rencanamu? “ tanya Anggia pada David.

“ Aku akan menyelidiki tempat dia tinggal, meneror serta memberi sedikit pelajaran padanya.”

“ Tapi kamu tidak akan membunuhnya kan?” tanya Mia yang sedari tadi hanya mendengar percakapan mereka berdua.

“Tentu saja tidak, bukan hakku untuk mencabut nyawa seseorang. Menjebloskannya ke kantor polisi dan membuat wajahnya tidak menarik lagi itu sudah cukup!" kata David berapi-api.

“ Kenapa Mia? Kamu masih mencintai laki-laki brengsek itu?” tanya David kembali begitu melihat Mia termenung.

“ Aku hanya ingin mendapatkan pengakuan darinya saja,” ujar Mia.

“Tentu, kamu pasti akan mendapatkan pengakuan itu dari Brandon!” tegas David meyakinkan Mia.

Akhirnya David, Mia dan Anggia bersepakat akan memberi pelajaran pada Brandon. Mereka akan menjalankan misi balas dendam. "Brandon pasti tidak akan menduganya," pikir Anggia dengan tersenyum.

**

Sementara itu Prasetyo yang tahu akan masalah Anggia dan Mia mulai berpikir untuk menanyakan bagaimana rupa laki-laki itu. "Mengapa banyak sekali gadis- gadis yang terpikat olehnya. Apakah dia setampan artis Korea," ucap Prasetyo dalam hati. Rasa penasarannya juga di picu oleh perkataan Renjana istrinya yang menyebut nama Brandon saat mereka bercinta waktu itu. Brandon memang laki- laki brengsek, mau mencicipi gadis tapi tidak bertanggung jawab. "Suatu saat Brandon pasti akan mendapatkan karma," gumam Prasetyo perlahan.

Di lain pihak Renjana yang sudah berdamai dengan suaminya merasa sangat senang. Akhirnya suasana dingin beberapa hari ini mencair juga. Suaminya kembali hangat seperti dulu lagi, bahkan mereka berdua sudah tidur bersama dalam satu tempat tidur, tidak seperti sebelumnya. Prasetyo setiap malam tidur di sofa ruang tengah dan Renjana tidur di kamar utama. Setelah pertengkaran itu Prasetyo memutuskan untuk pisah ranjang dengan istrinya. Akan tetapi pertengkaran itu telah berakhir sekarang. Prasetyo dan dirinya kini sudah kembali romantis.

Siang ini, Renjana bermaksud mengantarkan makan siang untuk suaminya. Sedari pagi tadi ia sibuk memasak. Ayam goreng tepung dan capcay menjadi menu andalannya kali ini. "Semoga Mas Prasetyo suka", ujarnya dalam hati.

Dengan terampil Renjana memasukkan makanan itu ke dalam rantang kecil yang bersusun tiga. Tak lupa juga ia membawakan air minum dan buah. Selesai. Kini makanan itu sudah siap. Renjana pun beranjak dari ruang makan menuju ruang tengah, meraih tas selempang kecilnya yang sedari tadi terletak di meja. Kini ia sudah siap, setelah mengunci pintu rumah dan pintu pagar, Renjana pun pergi menuju rumah sakit.

**

Sesampainya Renjana di rumah sakit, ia langsung menuju ruangan Prasetyo. Tampaknya siang itu pasien suaminya tidak terlalu banyak. Hanya ada satu yang tersisa, Renjana dengan sabar menunggu di luar ruangan karena tidak mungkin ia masuk begitu saja sedangkan di dalam ada pasien yang berkonsultasi dengan suaminya.

Tak berselang lama, pasien itu pun keluar. Perawat di sana mempersilakan Renjana untuk masuk. Sementara itu, perawat itu sendiri memilih pergi untuk beristirahat makan siang karena itu sudah waktunya. Renjana mengucapkan terima kasih pada perawat itu lalu masuk ke ruangan suaminya.

“ Siang Mas, kamu pasti belum makan kan. Ini aku bawakan bekal makan siang untukmu,” ucap Renjana dengan meletakkan makanan itu di meja.

“ Tumben kamu mau mengantarkan bekal makan siang untukku?” tanya Prasetyo.

“Emangnya aku tidak boleh mengantarkan bekal makan siang untuk suamiku,” ujar Renjana dengan cemberut.

“Boleh sayang, tapi tidak biasanya kamu melakukan hal ini padaku,” ucap Prasetyo dengan senyuman.

“ Aku kan perhatian sama kamu Mas, takut kamu kelaparan nanti. Lagian makanan di luar sana belum tentu higienis, lebih baik makanan rumahan,” ucap Renjana dengan manja.

“Iya sayang, Mas tahu kamu perhatian. Kalau bisa tiap hari saja kamu mengirimku bekal,” kata Prasetyo sambil mengelus tangan istrinya.

“ Tentu Mas jika kamu yang minta, aku akan selalu mengantarkannya.”

“Oh ya mas, bekalnya mau di makan di sini apa di kantin samping rumah sakit?” tanya Renjana.

“Kita makannya di kantin di samping rumah sakit saja sayang, suasana di sana nyaman!” tegas Prasetyo.

“ Oke, kita ke sana saja. Lagi pula aku ingin membeli jus alpukat. Siang-siang begini rasanya enak kalau minum jus itu,” ujarnya pada Prasetyo.

Renjana dan suaminya keluar dari ruangan itu. Mereka menuju kantin di samping rumah sakit. Tampak ia memesan jus alpukat kesukaannya sedangkan suaminya menyantap bekal makan siang yang ia bawa. Prasetyo tampak lahap sekali memakan makanan itu. Syukurlah Mas Prasetyo suka akan masakannya, ujarnya dalam hati.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel