Bab 14 Kencan
Bab 14 Kencan
Sesampainya Hesti di ruangannya, kondisi ruangan itu masih kosong. Hanya ada dia dan Brandon di tempat itu. Hesti berpikir bahwa, Hesti ingin langsung pulang. Karena, kepalanya sedang benar-benar pusing.
Hesti juga ingin sesampainya ia di rumahnya langsung mencuci rambutnya dengan air demi menenangkan otaknya yang sedang penuh emosi dengan Mia. Setelah itu, ia ingin berkencan dengan Brandon malam harinya.
Ia berjalan menuju Brandon dengan tujuan mengajak Brandon untuk berkencan. Tetapi, betapa kagetnya begitu Hesti melihat Brandon meremas kertas yang ada di hadapan laki-laki itu lalu menginjak kertas tersebut berulang kali dengan kencang sambil berteriak, “Sialan! Sialan! Menyebalkan sekali itu dia!”
Tidak hanya sialan, kata-kata umpatan dan kasar dari mulut Brandon pun terucap dengan sangat kencang. Hesti langsung mempercepat langkahnya menuju Brandon.
Setelah itu, Hesti menepuk pundak Brandon dengan lembut berulang kali sambil membisikkan kata, “Sabar, Sayang! Sabar!”
Brandon menatap Hesti dengan tajam sambil berkata, “Sabar? Tadi kau bilang, apa? Sabar? Aku harus sabar? Ketika aku akan dikeluarkan dari tempat ini secara tidak hormat, kalau semua orang tahu mengenai apa yang aku perbuat? Aneh sekali, kamu, Hes! Aku kira, awalnya kamu berpihak kepadaku. Ternyata, tidak!”
Entah mengapa Hesti yang kasar dan sombong mulai luluh kepada Brandon. Seolah Brandon mampu meluluhkan hatinya, yang membuat dirinya menepuk-nepuk punggung Brandon dan berkata dengan lembut, “Bukan. Bukan begitu, Brandon. Maksudku, kamu tenang saja. Semua masalah ini pasti akan selesai. Aku akan selalu mendukungmu. Kamu tidak perlu berteriak dan marah-marah seperti itu. Kamu hanya perlu untuk tenang saja.”
“Memang mudah, ya, bicara seperti itu. Kamu tidak paham posisiku,” marah Brandon kepada Hesti.
“Aku paham, Sayang. Karena itu, aku mau menolongmu,” kata Hesti kepada Brandon.
“Menolongku?” tanya Brandon kepada Hesti seolah ia terlupa bahwa Hestilah sang malaikat penolongnya.
“Iya. Kamu tidak lupa dengan kesepakatan kita itu bukan?,\” jawab Hesti atas pertanyaan Brandon dengan tegas.
“Sudah! Sudah! Bagaimana dia tadi bisa di sini? Berani-beraninya masih menginjak kampus ini! Aku kira, dia tidak akan berani lagi menampakkan mukanya ke kampus ini setelah aku bayar teman-teman dan orang-orang di sini untuk merundungnya,” kata Brandon kepada Hesti.
Sebenarnya, dalam hati Hesti, Hesti sangat ingin sekali menceritakan mengenai apa yang telah terjadi dan membuatnya tambah kesal dengan Mia.
“Kenapa? Kenapa kamu diam saja?” tanya Brandon kepada Hesti yang menghancurkan lamunan Hesti.
“Gadis itu memang menyebalkan. Masih berani datang ke sini. Ia juga berani menatapku dengan tatapan yang menantang dan mengajakku bertengkar pagi ini,” kata Hesti kepada Brandon.
“Iya, memang. Itulah yang aku alami sekarang, Hesti! Susah sekali menghadapinya! Aku kira bahwa, ia akan takut denganmu. Terlebih, kamu adalah dewan kampus yang terhormat. Tetapi, tampaknya wibawamu tidak ada artinya di depan anak itu. Kenapa bisa seperti itu?” ucap Brandon kepada Hesti yang terkesan seperti melecehkan Hesti.
“Apa? Apa aku tidak salah dengar, kamu berkata seperti itu? Gila kamu, ya! Sudah aku tolong. Tetap saja tidak tahu diri! Ingat uang yang telah aku pinjamkan itu! Kamu tidak bisa bayar, kalau tidak pakai uangku. Atau mungkin kamu sudah bisa membayarnya sekarang, jadi kamu bertingkah seperti itu?” ejek Hesti kepada Brandon yang membuat Brandon langsung memeluk Hesti dengan erat dan meminta maaf. Pelukan Brandon langsung dilepaskan oleh Hesti begitu saja dengan Hesti yang langsung pergi meninggalkan ruangan Brandon.
“Tidak! Tidak akan aku maafkan. Aku kira, meskipun tingkahmu busuk, setidaknya kamu masih bisa bertutur kata dengan baik. Ternyata, tidak. Kamu adalah orang busuk yang benar-benar busuk. Seharusnya, aku tidak usah merasa kasihan kepadamu dan menolongmu,” ejek Hesti kepada Brandon.
Brandon meminta maaf lagi dengan kencang. Hesti hendak meninggalkan ruangan itu sambil membawa tasnya dan berkata, “Lagi pula, sudah ada perjanjian kok masih melanggar? Aneh! Akan aku katakan semuanya kepada rektor agar kamu dikeluarkan dari sini!”
Brandon langsung mengejar ke arah Hesti. Setelah itu, Brandon memeluk Hesti dengan erat. “Aku takut, Hes. Aku kalut. Seandainya semua itu tidak bisa di atasi reputaisku akan hancur.”
“Salah sendiri kamu bertingkah seperti itu! Memangnya, aku peduli?” kata Hesti kepada Brandon dengan ketus.
“Aku mohon, Sayang! Maafkan aku! Beri aku satu kesempatan lagi! Aku tidak akan membuatmu kecewa. Aku akan membuatmu senang dan bahagia,” kata Brandon kepada Hesti.
“Sudah! Sudah! Aku muak mendengar kata-kata itu yang telah kamu katakan berulang kali. Maaf! Maaf! Maaf! Tetapi, kamu selalu bertingkah seperti itu dari dulu. Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi kepadamu, Brandon! Aku sedang lelah dan pusing menghadapi anak itu. Sekarang, aku bertemu denganmu dan dimarah-marahi semau hatimu!” marah Hesti kepada Brandon.
“Iya. Maafkan aku! Aku juga emosi dengan Mia. Kamu tahu, kan, aku itu orangnya mudah terbawa emosi,” kata Brandon kepada Hesti.
“Tetapi, tidak usah bersikap kasar kepadaku!” marah Hesti kepada Brandon.
“Maafkan aku, Hes! Kamu boleh hukum aku apa pun, asal kamu tidak membocorkan rahasia itu kepada rektor,” kata Brandon kepada Hesti yang membuat Hesti terdiam dan terpatung.
“Apa?” tanya Hesti kepada Brandon.
Brandon mengulangi kata-kata itu dan Hesti langsung merekam perkataan Brandon dengan alat perekamnya.
“Bagus! Akan aku perintahkan Brandon seperti budak dengan semauku,” ucap Hesti dalam hati dengan licik.
“Ya sudah. Aku maafkan kamu, Brandon. Kamu jangan seperti itu lagi. Ini di tempat umum. Kamu tidak sepatutnya untuk bersikap seperti itu,” rayu Hesti kepada Brandon dengan lembut.
Setelah itu, Hesti tersenyum lebar kepada Brandon.
“Bagaimana kalau masalah ini kita perbincangkan nanti malam saat makan malam saja di rumahku?” tanya Hesti kepada Brandon dengan lembut.
“Terima kasih, Hesti! Syukurlah kamu sudah tidak marah. Terima kasih telah menolongku selama ini, dan nanti malam aku pasti akan datang,” kata Brandon kepada Hesti.
“Nanti jam tujuh malam di tempatku, ya!”
“Baiklah, Sayang!” kata Brandon kepada Hesti.
***
Sementara itu, Anggia masih terus memikirkan jalan keluar dari masalahnya. Ia benar-benar bingung, bagaimana caranya ia membantu adiknya? Melihat dari perkataan Dokter Prasetyo kemarin, ia tidak akan bisa membantu Mia sama sekali. Tetapi, Anggia harus mendapatkan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Brandon adalah bapak kandung dari anak yang ada di kandungan Mia.
“Sial! Bagaimana aku membantu adikku ini? Aku benar-benar mati langkah. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Kepada siapa lagi aku harus meminta tolong? Tuhan! Tunjukkan kekuasaanmu!” kata Anggia dalam hatinya.
Malam harinya, Brandon berangkat ke tempat Hesti dengan jas berwarna hitam, celana panjang berwarna hitam, dan kemeja berwarna hitam. Pakaiannya sangat ketat. Ia yakin bahwa, pakaiannya pasti akan membuat Hesti langsung tergila-gila kepadanya dan mampu memaafkan kesalahannya yang terjadi tadi siang.
Begitu sampai di rumah Hesti, Brandon memencet bel yang terdapat di pintu. Hesti langsung berlari menuju pintu untuk membukakannya. Setelah pintu terbuka, Hesti melihat Brandon yang sangat tampan. Hesti benar-benar tidak fokus dengan ketampanan Brandon.
“Brandon! Kamu tampan sekali!” puji Hesti kepada Brandon.
“Kamu juga cantik sekali! Gaun merahmu itu... bibir seksimu itu... suaramu juga membuatku ingin langsung berkencan denganmu!” puji Brandon kepada Hesti.
“Terima kasih, Sayang!” kata Hesti kepada Brandon.
“Aku telah membuat masakan kesukaanmu. Ayo masuk!” kata Hesti kepada Brandon lagi.
“Benarkah? Kamu memasak untuk makan malam ini?” tanya Brandon kepada Hesti dengan matanya yang terbelalak. “Biasanya, kamu kan malas masak. Tadi aku sudah belikan makanan kesukaanmu untuk kita nikmati bersama malam ini.”