Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Sebuah Rencana

Bab 10 Sebuah Rencana

Mendengar semua yang diceritakan Mia, Anggia merasa geram. Belum cukup dia merusak sahabatnya Rosa hingga Rosa memilih untuk mengakhiri hidupnya. Tidak terpikirkan olehnya, tidak lagi untuk saat ini, cukup sudah Brandon mencicipi banyak wanita, kini dia harus menerima karma dari perbuatannya sendiri.

"Aku harus memberi pelajaran kepada si brengsek itu, iya harus," ujar batinnya.

Sebagai kakak, Anggia akan selalu melindungi adiknya. Apa pun akan dilakukannya untuk membuktikan bahwa anak yang dikandung Mia adalah anak Brandon. Selain itu dia harus membongkar kebusukan Brandon di hadapan dewan kampus terutama Pak Dedi sebagai dekan fakultas ekonomi dan Bu Hesti sebagai asisten rektor.

"Aku harus melakukan tes DNA pada janin yang dikandung Mia yang akan di cocokkan dengan golongan darahnya Brandon. Untuk itu aku harus mengambil sedikit tabunganku di bank karena tidak mungkin Mia meminta uang kepada orang tua mereka di Semarang. Ibu dan Bapak belum saatnya tahu tentang keadaan Mia yang sebenarnya, apalagi Bapak mempunyai penyakit jantung. Bisa-bisa dia shock mendengarnya. Biar saja masalah ini menjadi tanggung jawabku," batin Anggia.

“Mia, Mbak janji akan membantumu. Mbak akan membantumu mendapatkan keadilan."

“Iya Mbak, tapi bagaimana caranya Mbak?” tanya Mia.

“Brandon tetap menyangkal kalau ini bukan anaknya, dia bersikeras tidak mengakuinya. Kita harus punya bukti yang kuat Mbak!” ujar Mia.

“Iya, Mbak tahu. Salah satu caranya ialah tes DNA. Mbak akan bawa kamu ke rumah sakit besok. Mbak akan pastikan Brandon mengakui bahwa janin yang kamu kandung adalah anaknya. Mbak juga akan membongkar kebusukannya di hadapan dewan kampus. Mbak akan berusaha untuk itu,” ujar Anggia dengan mantap.

“Iya Mbak, tolong bantu aku, hanya Mbak yang saat ini bisa membantuku,” pinta Mia.

“Pasti, Mbak akan selalu membantumu adikku, tapi tolong masalah ini jangan kamu ceritakan pada orang tua kita, terutama Bapak. Mbak takut penyakit jantungnya kambuh lagi. Kamu bisa kan dek?” tanya Anggia.

“Iya Mbak, aku akan menuruti apa yang Mbak katakan”

“Ya sudah, Mbak masih banyak yang harus dikerjakan, sebentar lagi jadwal Mbak mengajar privat. Mbak bersiap-siap dulu. Kamu jaga diri baik-baik,” pesan Anggia pada adiknya.

“Iya Mbak” ujar Mia

Anggia adalah seorang guru yang mengajar di sekolah dasar internasional di Jakarta. Selain menjadi guru dia juga mengajar les privat. Kecintaannya pada pendidikan anak- anak membuatnya bertekad untuk menjadi guru, itu kenapa sewaktu kuliah dulu dia memilih fakultas Bahasa, jurusan bahasa inggris di universitasnya. Baginya menjadi guru bahasa Inggris adalah suatu hal yang menyenangkan. Bisa mengajari anak- anak berbahasa Inggris sejak dini menjadi kebahagiaan tersendiri buatnya.

Di sepanjang perjalanan Anggia berpikir keras bagaimana caranya menyusun rencana untuk membongkar kebusukan Brandon. Selain tes DNA, dia juga harus punya bukti lain agar Brandon tidak dapat mengelak lagi dari tuduhan itu. Agar semua orang juga tahu bahwa tuduhan itu bukanlah tuduhan palsu seperti apa yang mereka pikirkan selama ini. "Aku harus mencari bukti itu," pikirnya. Anggia pun teringat, dulu Rosa pernah cerita bahwa dia perah mengambil gambar dirinya dan Brandon saat di hotel.

Saat itu Brandon tertidur setelah melakukannya dengan Rosa. Bahkan Rosa sempat membuat video terlarang itu tanpa sepengetahuan Brandon. Menurut Rosa photo dan video itu dia simpan di file laptopnya. Tak ada yang tahu kata sandi file itu selain Rosa sendiri. Lama Anggia memikirkan hal itu, tanpa sadar dia hampir saja menabrak seseorang dipinggir jalan, di pelataran parkir sebuah pusat perbelanjaan.

“Maaf Bu, saya tidak sengaja. Saya kurang fokus tadi!” ujar Anggia kepada ibu itu.

“Tidak apa-apa, nak, lain kali hati- hati saja kalau bawa motor!” ujar ibu itu.

“Ada yang terluka Bu?” tanya Anggia.

“Tidak ada, semua baik-baik aja kok. Eh sebentar, bukannya kamu Anggia ya, temannya Rosa. Kamu Anggia kan?” tanya ibu itu.

“Ibu... Ibunya Rosa. Tante Ida, kan?” ujar Anggia dengan diiringi senyum kepada Tante Ida.

“Kok Tante ada di sini, Tante sudah pindah ke Jakarta? Tidak di Semarang lagi Tante?“ tanya Anggia pada tante Ida.

“Panjang ceritanya Anggia, semenjak kematian Rosa, Tante sangat terpukul sekali. Untuk melupakan itu semua Tante dan Om memutuskan untuk pindah ke sini. Kebetulan Om juga membuka cabang restoran di sini. Ya apa salahnya Tante juga ikut mengelola restoran sembari melupakan kesedihan di masa lalu,” kata Tante Ida dengan sedih.

“Iya Tante, Anggia tahu, pasti Tante sangat terpukul dengan kematian Rosa apalagi mengingat kematian Rosa yang sangat tragis. Tante yang sabar ya....” ujar Anggia pada Tante Rosa.

“Terima kasih Anggia, kamu adalah salah satu teman terbaiknya. Kapan-kapan main ke rumah Tante. Pintu rumah Tante selalu terbuka untuk kamu Anggia.”

Tampak Tante Ida membuka tasnya dan mengeluarkan kartu namanya. Dia memberikan kartu nama itu pada Anggia.

“Ini kartu nama Tante, di situ ada alamat rumah Tante kok, kapan- kapan main ya Anggia!” kata Tante Ida dengan senyumnya.

Anggia pun menerima kartu nama itu, “Iya Tante, Anggia pasti akan ke sana menemui Tante,” ujarnya dengan senyum.

“Tante tinggal dulu ya Anggia, kebetulan Tante sudah selesai belanja.”

“Iya Tante.” ujar Anggia. Lalu mereka mengakhiri percakapan itu. Tampak Tante Ida membuka pintu mobilnya, dengan perlahan mobil itu melaju meninggalkan meninggalkan Anggia.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel