Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Lv Cha? Apakah Ada Pelayan Lain Yang Bernama Bai Lian Hua?

"Berdirilah." Ming Ruo merasa sangat canggung saat diperlakukan seperti ini.

Pelayan yang mengenakan gaun berwarna hijau muda itu langsung berdiri sambil menurunkan pandangannya.

Ming Ruo menghela napas tidak berdaya, dia tidak membutuhkan seorang pelayan di sisinya, "Namamu siapa?"

Pelayan itu kembali membungkukkan tubuhnya dan berkata dengan sopan, "Permaisuri, tolong buatkan nama baru untuk hamba."

Ming Ruo memijat-mijat dahinya. Dia tahu kalau memang ada banyak tempat yang menerapkan metode "mengganti nama untuk menunjukkan kesetiaan", beberapa orang seniornya yang mempelajari kedokteran dengan kakeknya juga mengganti nama mereka dan menambahkan kata "zi" dalam namanya. Sebagai contoh, kakak senior pertamanya bernama Qiao Ziyan, dan senior ketujuhnya yang paling perhatian kepadanya bernama Cheng Ziyi.

Namun, dia sama sekali tidak punya pengalaman dalam mengganti nama seseorang.

"Nama aslimu siapa?" Dia membutuhkan referensi untuk membuatkan nama baru untuk pelayannya ini.

"Nama asli hamba adalah Lv Cha."

"Oh..." Ming Ruo berusaha untuk tidak menggerutu di dalam hatinya, "Lv Cha....apakah ada pelayan lain yang bernama Bai Lian Hua? ('Lv Cha' adalah 'teh hijau' dan 'Bai Lian Hua' adalah 'bunga teratai putih', maksudnya agak mirip, biasanya digunakan untuk menggambarkan orang yang berpura-pura polos dan baik hati tetapi sebenarnya berhati jahat dan sering menjebak orang lain)."

Lv Cha sedikit terkejut, dia langsung menjawab dengan cepat, "Kak Bai Lian adalah pelayan kepercayaan Selir Shen yang selalu berada di sisinya..."

Ming Ruo benar-benar terkejut. Ternyata benar-benar ada pelayan yang bernama Bai Lian...

Ming Ruo menghela napas sejenak, ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan keprofesionalannya. Di dunia ini ada ribuan nama obat herbal Tiongkok, dia bisa memilih salah satu nama obat yang bisa dijadikan nama orang juga, "Kalau begitu aku akan menamaimu 'Zi Su' (Perilla) saja."

"Terima kasih Permaisuri telah membuatkan nama baru untuk hamba." Zi Su kembali membungkuk kepada Ming Ruo.

"Setelah ini kamu tidak perlu lagi membungkuk berulang kali kepadaku." Ming Ruo curiga kalau pelayan ini mempunyai pegas di lututnya, karena dia bisa terus membungkuk kepadanya secara lancar, "Tolong siapkan sarapan terlebih dahulu...setelah itu tolong siapkan air panas, karena aku ingin mandi..." Untuk mempertahankan martabat Putri Qinghuang, Ming Ruo merasa bahwa dirinya tidak tahu bagaimana berbicara lagi.

"Baik." Zi Su menyanggupi perintah Ming Ruo, setelahnya dia langsung pergi dari sana.

Ming Ruo akhirnya bisa mengistirahatkan otaknya yang sudah sekarat.

Efisiensi kerja Zi Su sangat tinggi, sekitar lima belas menit kemudian, meja di depan Ming Ruo sudah dipenuhi dengan berbagai jenis makanan, mulai dari dimsum, berbagai lauk-pauk, semangkuk bubur, serta semangkuk mie.

Meskipun Ming Ruo sangat lapar, dia tidak bisa makan terlalu banyak. Dia mencicipi bubur terlebih dahulu, "Ke depannya nanti kamu tidak perlu menyiapkan sarapan sebanyak ini untukku, cukup setengahnya saja."

"Baiklah, hamba akan mengingatnya." Jawab Zi Su dengan cepat.

Setelah selesai sarapan, Ming Ruo pergi ke kamarnya. Meskipun furnitur yang ada di kamarnya tidak mewah, tapi terlihat sangat elegan dan memberikan kesan seperti kamar seorang yang berpendidik. Namun, sepertinya ruangan ini pernah digunakan sebagai kamar pengantin, karena sarung bantal, selimut, serta bantal kursi yang ada di sini semuanya berwarna merah terang dan terlihat begitu mencolok.

Di sudut ruangan terdapat sebuah ruangan lagi yang hanya dipisahkan oleh sebuah partisi. Di dalam ruangan itu, ada bak mandi yang samar-samar terlihat.

Di nampan yang dibawa oleh Zi Su ada setumpuk handuk, gayung bergagang panjang, sabun, serta sekeranjang kelopak bunga.

Zi Su meletakkan nampan itu di atas meja, kemudian mengambil segenggam kelopak bunga dan menebarkannya ke dalam bak mandi, "Permaisuri, hamba akan membantu untuk melepaskan pakaian anda."

"Tidak perlu, kamu keluar saja." Setelah melihat Zi Su keluar dari kamarnya, Ming Ruo baru melepaskan pakaiannya. Setelah itu, dia langsung mencelupkan dirinya ke dalam air hangat lalu menghela napas panjang beberapa kali, ini baru cara yang tepat untuk memulai perjalanannya di dunia yang baru ini.

Karena saat ini kakinya sedang terluka, dia tidak bisa berendam terlalu lama, jadi hanya dalam waktu beberapa menit saja, dia sudah selesai mandi.

Dia melihat satu set pakaian yang sudah disiapkan oleh Zi Su, bahkan gadis itu juga menyiapkan pakaian dalam untuknya. Meskipun gadis itu sangat polos dan sedikit lamban, tapi dia mengerjakan tugasnya dengan sepenuh hatinya.

Ming Ruo mengenakan pakaian dalam terlebih dahulu, setelah itu dia hanya mengenakan pakaian yang berfungsi sebagai dalaman saja, karena biar bagaimanapun, setelah ini dia akan tidur terlebih dahulu. Dia juga tidak bisa membedakan gaun mana yang dikenakan di dalam dan gaun mana yang dikenakan di luar, jadi untuk saat ini dia tidak mengenakannya dulu.

Ming Ruo duduk di kursi yang ada di luar kamarnya. Cahaya di ruangan ini cukup bagus, juga ada sebuah meja teh di sini, kebetulan sekali, dia bisa menggunakannya untuk meletakkan obat-obatannya.

Setelah selesai mengobati luka di kakinya, Ming Ruo mendengar suara Zi Su yang sedang bertanya kepadanya dengan lembut, "Permaisuri, apa anda sudah selesai mandi?"

Ming Ruo buru-buru menyimpan barang-barangnya yang ada di atas meja, kemudian baru menjawab, "Sudah. Masuklah!"

Zi Su berjalan masuk bersama dengan dua orang pelayan lainnya. Mereka mengangkat bak mandi dan memindahkannya keluar, kemudian mulai mengemasi peralatan mandi yang sudah selesai digunakan oleh Ming Ruo.

"Zi Su, tolong ambilkan aku kertas beserta alat tulisnya." Ming Ruo merasa bahwa, kalau dirinya ingin menjalani kehidupan yang baik di Kediaman Raja Yun ini, maka dia harus mengandalkan kemampuannya, dia harus menjalankan pekerjaannya sebagai "tabib kediaman" dengan sungguh-sungguh.

Ming Ruo terlihat bisa menggunakan kuas dengan baik, meskipun cara menulisnya terlihat tidak lancar, tapi tulisannya tidak jelek.

Nona Besar dari keluarga dokter metafisika itu memang serba bisa. Sejak kecil, dia sudah dileskan berbagai keterampilan oleh orang tuanya, mulai dari les piano, catur, kaligrafi, hingga melukis.

Namun, karena sudah lama sekali tidak menulis kaligrafi, dia menulis dengan sangat pelan dan berhati-hati, karena dia ingin tulisannya terlihat bagus. Dia baru menyelesaikan tulisannya saat Zi Su sudah selesai merapikan kamarnya dan membereskan tempat tidurnya.

Yang dia tuliskan di kertas tersebut adalah beberapa nama bahan obat serta beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk meracik obat.

"Ini adalah bahan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk meracikkan obat untuk Raja, tolong berikan ini kepada Kepala Pelayan Zhou dan minta dia untuk menyiapkan semuanya." Ming Ruo meniup kertas di tangannya selama beberapa saat, kemudian menyerahkannya kepada Zi Su, "Aku ingin istirahat, kamu tidak perlu menyiapkan makan siang untukku. Nanti sore aku harus memberikan akupunktur kepada Raja, kalau aku belum bangun, tolong bangunkan aku."

"Baik, hamba mengerti." Setelah mengambil kertas yang diberikan oleh Ming Ruo, Zi Su langsung keluar dari kamar tersebut.

Ming Ruo naik ke tempat tidurnya dan langsung membungkus dirinya dengan selimut. Saat baru berbaring sebentar, kepalanya terasa sakit, karena bantal yang dia gunakan adalah bantal porselen yang keras. Dia kembali bangun dan berjalan ke kursi panjang untuk mengambil bantal empuk yang ada di sana, saat ini dia masih belum terbiasa menggunakan bantal porselen. Dia langsung mengambil bantal porselennya, melemparkannya ke samping dan menggantinya dengan bantal empuk yang baru dia ambil.

Pada saat yang sama, Si Haochen sedang duduk di kursi santai di dalam ruang kerjanya. Setelah mendengar laporan Bai Shen soal berbagai perubahan yang muncul dalam beberapa hari terakhir, terdengar bunyi dari jarinya yang mengetuk sandaran tangan tanpa sadar. Bai Shen yang menyadari hal ini tanpa sadar juga jadi sedikit mempercepat tempo bicaranya.

Kepala Pelayan Zhou sudah menerima daftar yang diberikan oleh Ming Ruo, dia tidak tahu apakah dirinya harus menuruti permintaan Permaisuri atau tidak, karena sebelum ini, Raja hanya meminum obat yang disiapkan oleh Tabib Sakti Xue. Kepala Pelayan Zhou memutuskan untuk menemui Tuan Bai dan meminta pendapatnya. Setelah mengetahui bahwa Tuan Bai saat ini sedang berada di ruang kerja Raja, dia langsung pergi ke sana.

"Hamba memberi salam kepada Raja." Begitu memasuki ruang kerja Si Haochen, Kepala Pelayan Zhou langsung membungkuk dan memberi hormat kepadanya.

"Ada apa?" Si Haochen sedang menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, wajahnya terlihat sedikit kelelahan.

Kepala Pelayan Zhou memberikan daftar di tangannya kepada Si Haochen, "Permaisuri menuliskan daftar ini, dia mengatakan kalau dia ingin meracikkan obat untuk Raja."

Saat melihat daftar tersebut, alis Si Haochen sedikit terangkat.

Dia bukan terkejut dengan bahan dan alat-alat yang diminta oleh Ming Ruo, melainkan terkejut dengan tulisan Ming Ruo. Meskipun kemampuan menulisnya cukup standar, tapi tulisannya mempunyai ciri khas tersendiri dan sama sekali tidak terlihat seperti tulisan yang ditulis oleh seorang wanita bangsawan.

Kalau Ming Ruo tahu bahwa Si Haochen berpikir seperti ini mengenai tulisannya, dia mungkin akan langsung protes kepadanya: Dia berlatih font Kaisar Song Huizong dari Dinasti Song, jadi tentu saja tulisannya akan memancarkan aura seorang Kaisar dan tidak terlihat begitu lembut dan lemah!

Si Haochen menyerahkan daftar di tangannya kepada Bai Shen, "Tolong salin daftar ini, lalu berikan kepada Kepala Pelayan Zhou."

Bai Shen juga sedikit terkejut saat melihat tulisan Ming Ruo, dia tidak bisa menahan rasa kagum yang muncul di dalam hatinya. Dia tidak tahu bagaimana cara keluarga kekaisaran di Negara Nanrong mendidik sang Putri, tapi yang jelas, mereka pasti butuh usaha yang begitu besar untuk mendidiknya sampai menjadi seperti ini. Tulisan Putri Qinghuang ini sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan tulisan-tulisan wanita dari keluarga bangsawan di Negara Donghuan.

Bai Shen memberikan salinan yang sudah selesai dia tulis kepada Kepala Pelayan Zhou, "Cepat siapkan semuanya, jangan menunda waktu Permaisuri untuk meracik obat."

"Baik." Kepala Pelayan Zhou mengambil salinan itu, kemudian langsung bersiap untuk menyiapkan semuanya.

Suasana di ruang kerja Si Haochen menjadi hening. Si Haochen melihat daftar di tangannya, tapi hal yang muncul di benaknya adalah tindakan-tindakan yang dilakukan Ming Ruo selama dua hari ini. Di dunia ini hanya sedikit orang misterius yang tidak bisa dia baca, dan Ming Ruo adalah salah satunya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel