Bab 8 Mencurigai Permaisuri
Jelas-jelas wanita itu ada di depannya, tapi dia seolah diselimuti kabut yang sangat tebal, yang memberikan kesan misterius dan tidak dapat dipercaya, "Perintahkan seseorang pergi ke Negara Nanrong untuk melakukan penyelidikan..."
"Anda curiga ada yang salah dengan sang Permaisuri?" Bai Shen sangat terkejut. Kalau Raja mencurigai Permaisuri, lalu mengapa dia mengizinkan Permaisuri untuk mengobatinya? Perlu diketahui, orang dengan keterampilan medis yang luar biasa akan punya lebih banyak cara untuk menyakiti orang lain ketimbang mengobati mereka.
Hmm, sang Putri Qinghuang dan keterampilan medisnya bahkan tidak sebatas 'ada yang salah'.
Si Haochen berkata dengan tegas, "Aku harus mengetahui segala sesuatu tentang dia."
"Baik, hamba akan mengurusnya sekarang juga." Bai Shen langsung berjalan ke arah pintu. Namun, saat baru berjalan beberapa langkah, dia tiba-tiba berhenti dan menengok ke arah Si Haochen lagi, "Lalu...apa nanti sore Permaisuri masih perlu memberikan akupunktur untuk anda?"
"Minta Tabib Xu untuk datang ke sini juga." Untuk menyakiti orang lain saja dia tega, apa lagi untuk melindungi dirinya sendiri dari orang lain? Bahkan sekalipun dia tahu kalau Ming Ruo tidak mungkin membunuhnya, dia tetap harus waspada sampai kecurigaannya terhadap wanita itu terjawab semuanya.
Bai Shen merasa bahwa hal ini sepertinya tidak benar, tapi dia tidak pernah meragukan keputusan yang dibuat oleh Raja. Sebagai bawahannya, dia punya kewajiban untuk mengingatkan majikannya itu, tapi dia tidak punya hak untuk mengaturnya.
"Permaisuri...Permaisuri, sudah waktunya untuk bangun...."
Suara ini langsung membangunkan Ming Ruo, hal ini membuat Ming Ruo sedikit kesal. Begitu membuka matanya, yang dia lihat adalah tirai tempat tidurnya yang berwarna merah terang. Warna-warna seperti ini mengingatkannya dengan kobaran api yang selalu muncul di benaknya, hal ini membuat bulu kuduknya berdiri tanpa sadar.
"Permaisuri..." Zi Su memanggilnya sekali lagi.
"Iya." Ming Ruo mengubah posisinya menjadi duduk, kemudian langsung mengulurkan tangannya untuk membuka tirai tempat tidurnya.
Zi Su sedang membawa satu set gaun merah muda di tangannya, "Hamba akan membantu Permaisuri untuk berganti pakaian."
"Aku tidak suka gaun ini, ambilkan yang lain." Ming Ruo memijat-mijat dahinya. Sejak kecil, dia tidak pernah menyukai warna merah muda.
"Baik." Zi Su langsung berjalan ke lemari dan membukanya. Gaun yang ada di tangannya ini terlipat, kalau Permaisuri tidak menyukainya, itu pasti karena dia tidak menyukai warnanya. Zi Su memilih gaun lain, kali ini, pilihannya jatuh pada gaun berwarna biru muda. Dia langsung membawa gaun itu ke hadapan Ming Ruo, "Kalau gaun ini bagaimana, Permaisuri?"
"Boleh." Jawab Ming Ruo sambil mengangguk.
Saat membantu Ming Ruo mengenakan gaunnya, Zi Su berpikir di dalam hatinya, semua pakaian yang ada di sini adalah mahar Permaisuri dan kebanyakan berwarna merah muda, dia pikir hal ini dikarenakan Permaisuri menyukai warna merah muda, tapi sepertinya dia salah.
Begitu Ming Ruo selesai berpakaian, Zi Su langsung membantunya untuk berdandan, "Permaisuri ingin rambutnya ditata seperti apa?"
"Yang sederhana saja." Ming Ruo mendorong rambut panjangnya ke belakang. Rambut sang pemilik tubuh asli ini sangat bagus, rambutnya sangat halus, hitam dan berkilau, panjangnya juga sampai melebihi pinggangnya.
"Bukankah setelah ini anda akan menemui Raja?" Zi Su mengingatkannya dengan sopan.
"Lalu kenapa?" Ming Ruo sebenarnya memahami maksud perkataan Zi Su, hanya saja, dia bukanlah tipe wanita yang suka berdandan hanya demi pria yang disukainya. Lagi pula, hubungan dirinya dengan Si Haochen bukan seperti yang dibayangkan oleh Zi Su, dia bisa tinggal di sini karena kemampuannya, bukan semata-mata karena kecantikan yang dia miliki.
"Eh...tidak." Zi Su merasa bahwa pikiran sang Permaisuri ini sangat sulit ditebak, tapi dia lebih memilih untuk tetap seperti ini saja daripada berubah menjadi pintar dan bisa memahami pikirannya. Dia memasangkan sebuah tusuk konde di rambut Ming Ruo, "Kalau seperti ini bagaimana, Permaisuri?"
Meskipun cermin perunggu yang ada di tangan Ming Ruo sedikit buram, tapi dia masih bisa melihat hasil karya Zi Su. Rambutnya terlihat sangat rapi, juga tidak akan mengganggunya saat melakukan pekerjaannya nanti, jadi Ming Ruo merasa sangat puas, "Bagus sekali."
Ming Ruo memandangi wajah gadis pada pantulan cermin dengan saksama, padahal wajahnya sangat cantik, tapi mengapa dia didandani dengan begitu menakutkan sebelumnya? Hal ini sedikit membuatnya trauma terhadap cermin.
"Kepala Pelayan Zhou sudah menyiapkan semua barang yang anda minta. Hamba juga sudah memintanya untuk mengantarkan semua barang itu ke ruang kerja, apa anda ingin melihatnya?"
"Baik." Ming Ruo langsung berdiri, lengan gaunnya yang lebar menyapu manik-manik yang terpasang pada tirai bagian dalam tempat tidurnya, hingga menimbulkan suara "kerincing" yang cukup nyaring.
Zi Su berjalan di belakang Ming Ruo. Dia melihat bahwa sang Permaisuri mempunyai punggung yang lurus dan tegak. Meskipun jalannya cukup cepat, langkahnya terlihat stabil dan ringan, ditambah lagi dengan penampilannya yang sedikit arogan, Permaisuri terlihat lebih berwibawa dibanding Selir Shen, mungkin kewibawaan memang sudah melekat pada diri seorang Putri kerajaan.
Ming Ruo berjalan memasuki ruang kerja, jendela yang ada di bagian depan dan belakang ruangan dalam posisi terbuka, hal ini membuat cahaya di ruangan tersebut sangat terang. Ada beberapa lukisan dan kaligrafi yang tergantung di dinding, ada beberapa ornamen yang dipajang di sebuah rak kuno, dan ada kuas, tinta, batu tinta dan kertas di atas meja kerja yang besar. Rak buku yang ada di sebelah dinding kosong melompong, mungkin hal inilah yang paling tidak sesuai dengan ruangan ini.
Di samping meja kerja terdapat sebuah kotak kayu hitam berukuran besar yang diletakkan lantai, Zi Su melangkah maju dan membuka kotak tersebut, di dalamnya terdapat alu obat, alat penggiling obat, botol-botol obat, serta berbagai bahan obat yang sudah dikemas dengan rapi.
Ming Ruo tidak berniat untuk mengikuti ujian, jadi dia sama sekali tidak memerlukan ruang kerja yang seperti ini, akan lebih praktis kalau dia mengubah ruangan ini menjadi ruang obatnya, oleh karena itu, dia langsung mengeluarkan botol-botol obat dari kotak kayu tersebut dan meletakkannya di rak buku yang kosong.
"Permaisuri, biar hamba saja yang menatanya."
"Tidak usah, kamu bisa membantuku dengan mengambilkan semua barang kecuali bahan obat yang ada di dalam kotak ini, biar aku saja yang menatanya sendiri." Ming Ruo selama ini mempunyai ruangan laboratoriumnya sendiri, oleh karena itu, dia punya kebiasaan sendiri dalam menempatkan barang-barangnya, "Bahan-bahan obat ini perlu disimpan di lemari obat, tolong sampaikan kepada Kepala Pelayan Zhou bahwa aku butuh dibuatkan sebuah lemari dengan ukuran tertentu."
"Baiklah..." Zi Su menganggukkan kepalanya, sebenarnya dia tidak tahu lemari obat yang dimaksud oleh Permaisuri itu seperti apa, tapi mungkin Kepala Pelayan Zhou tahu.
"Satu hal lagi, tolong ganti tirai di tempat tidurku, jangan warna merah." Entah itu karena kobaran api yang dia alami di kehidupannya sebelumnya, atau karena istana bawah tanah yang dia lihat setelah dia berpindah dunia, yang jelas, Ming Ruo mempunyai trauma dengan warna merah.
"Memangnya Permaisuri suka warna apa?" Zi Su bertanya dengan hati-hati.
"Aku suka warna-warna yang lembut." Setelah selesai menata barang-barangnya, Ming Ruo menarik kursi di sampingnya, lalu mendudukinya, "Aku sudah tidak memerlukan bantuan lagi, kamu boleh pergi."
"Baik."
Ming Ruo mengambil tiga botol obat dengan warna yang berbeda dari rak buku. Dia mengambil dua macam obat barat dari dalam sistem medis untuk Si Haochen, lalu mengeluarkan satu jenis obat tradisional Tiongkok dari kemasannya dan memasukkannya ke dalam botol kecil. Setelah itu, dia menuliskan cara mengkonsumsi dan dosis dari masing-masing obat itu di botol-botol tersebut.
Terakhir, dia menyimpan kemasan obat yang sudah kosong ke dalam sistem medis untuk didaur ulang kembali.
Ming Ruo menepuk-nepuk tangannya beberapa kali, "Sudah beres semua."
Dia mengangkat matanya dan melihat bahan-bahan obat yang sudah dibungkus dengan kertas minyak yang ada di atas meja, setelahnya, ada sorot penuh arti yang melintas di matanya. Dia membuka semua bungkus itu satu per satu, menyimpan sebagian isinya ke dalam lemari obat yang ada di sistem medis, kemudian membungkusnya kembali dengan rapi. Sampai akhirnya dia melihat sebuah kotak brokat berbentuk persegi panjang yang ternyata berisi ginseng liar berusia seratus tahun, tanpa pikir panjang, dia langsung memasukkannya ke dalam sistem medis.
Ginseng liar ini adalah obat yang sangat bagus. Orang-orang di zaman modern kebanyakan membudidayakannya secara artifisial, usia ginsengnya hanya beberapa tahun saja dan khasiatnya sama sekali tidak sebanding dengan khasiat ginseng liar tua yang asli.
Saat ini, sudah tidak ada lagi yang perlu dikerjakan oleh Ming Ruo, jadi dia memutuskan untuk berjalan-jalan di halaman, agar dirinya bisa lebih mengenal lingkungan sekitarnya.
Halaman Bambu ini sebenarnya sangat luas. Di depan halaman terdapat sebuah hutan bambu, di halaman depan juga terdapat beberapa pohon buah-buahan. Ming Ruo hanya bisa mengenali pohon biwa, karena dulu kakeknya pernah menanam pohon biwa di pekarangan rumahnya. Di halaman belakang terdapat sebuah kolam teratai kecil, sebuah teralis yang dipenuhi dengan tanaman anggur yang merambat, serta sebuah kebun sayur kecil yang hanya berisikan dua jenis sayuran.
Kakeknya juga suka menanam sayuran jenis ini di pekarangannya. Selain itu, dia juga mempunyai kebun yang dipenuhi dengan tanaman obat yang dia rawat sendiri, oleh karena itu, Ming Ruo merasa sangat familier dengan tempat ini.
Apa jangan-jangan Raja Yun yang dingin itu mempunyai hobi yang sama dengan kakeknya?
Ming Ruo tiba-tiba membayangkan sesuatu di benaknya. Dia membayangkan Si Haochen sedang menyingsingkan lengan bajunya, setelah itu mengayunkan cangkulnya untuk menggali tanah di halaman ini...
"Hahaha..." Ming Ruo langsung menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa menahan tawanya saat membayangkan hal yang sangat tidak masuk akal ini.
"Permaisuri, Raja meminta anda pergi ke Halaman Plum untuk memberinya akupunktur." Zi Su sudah berkeliling di halaman sejak tadi, akhirnya dia menemukan Permaisuri yang saat ini sedang berdiri di bawah teralis yang dipenuhi dengan tanaman anggur yang merambat.
"Baiklah." Ming Ruo mengangguk ringan, "Pergilah ke ruang kerja untuk mengambilkan tas pengobatanku."