Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Anak Kecil

Kereta kuda itu saat ini sedang melewati jalan-jalan kuno. Mungkin karena ini masih pagi, tidak banyak pejalan kaki yang terlihat di sana, hanya ada beberapa orang yang berdiri di sekitar warung yang menjual sarapan. Salah satu staf warung mengangkat tutup panci, asap langsung menyebar ke luar. Di dalam panci tersebut terdapat roti kukus yang ditata dengan rapi, aromanya langsung menyebar ke mana-mana, termasuk ke dalam kereta kuda tersebut.

Ming Ruo hanya bisa menarik napasnya dalam-dalam, perutnya yang sudah lama tidak diisi itu mulai meronta-ronta.

"Si Satu." Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sedikit mengejutkan Ming Ruo. Ming Ruo langsung menengok ke arah sumber suara dan dia mendapati bahwa Si Haochen sudah siuman. Kedua mata pria itu sudah terbuka lebar dan tidak ada tanda-tanda bahwa dia masih belum tersadar sepenuhnya.

Sang pemimpin dari penjaga rahasia yang ada di luar kereta segera berjalan memasuki kereta tersebut, kemudian berlutut dengan satu kakinya dan berkata, "Tuan."

"Kita sudah sampai di mana?"

"Masih di luar kota, tapi kita akan sampai setelah menghabiskan satu batang dupa lagi." Jawab Si Satu.

"Hmm." Si Haochen hanya menanggap perkataannya dengan sebuah dengungan. Setelah itu, Si Satu langsung keluar dari kereta kuda tersebut.

Ming Ruo mendekati Si Haochen, "Aku akan memeriksa denyut nadi Raja lagi."

"Baiklah."

Ming Ruo meraih pergelangan tangan Si Haochen, kemudian memejamkan matanya sedikit dan mulai memeriksa tubuh pria itu dengan menggunakan sistem medis, sekaligus memeriksa denyut jantung dan kadar oksigen dalam darahnya.

Setelah Ming Ruo melepaskan pergelangan tangannya, Si Haochen langsung bertanya, "Bagaimana?"

"Kondisimu tidak terlalu baik, kamu memerlukan pengobatan lebih lanjut dan harus beristirahat di tempat tidur dulu untuk memulihkan kondisimu." Ming Ruo sudah menjelaskan dengan kata-kata yang paling mudah dimengerti. Kalau berada di zaman modern, Si Haochen perlu dirawat di ruang ICU untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh.

"Bagaimana cara mengobatinya?" Saat ini, di benak Si Haochen muncul gambaran botol aneh yang dia lihat tadi malam, serta cairan yang dimasukkan ke dalam tubuhnya melalui selang. Tanpa sadar, matanya jadi sedikit menggelap.

"Aku akan melakukan akupunktur padamu setiap hari, dan aku juga perlu...meracikkan obat untukmu."

Sebenarnya, dengan kondisi Si Haochen saat ini, yang dibutuhkan adalah pengobatan menggunakan infus, tapi metode pengobatan ini sepertinya tidak lumrah bagi orang-orang di zaman ini, selain itu, Ming Ruo juga tidak bisa menjelaskan dari mana dirinya mendapatkan peralatan infus itu. Sedangkan mengenai keberadaan "sistem medis", apa pun yang terjadi, dia tidak bisa mengeksposnya, karena dia memahami prinsip "meskipun tidak bersalah, seseorang tetap bisa disalahkan karena adanya barang bukti".

Meskipun dia tidak bisa menggunakan metode pengobatan menggunakan infus, dia masih bisa menggunakan obat-obatan barat, jadi dia terpaksa harus berbohong dengan mengatakan bahwa dirinya akan meracikkan obat untuk Si Haochen.

"Baiklah." Si Haochen menganggukkan kepalanya, setelah itu dia kembali memejamkan matanya dan lanjut beristirahat.

Perut Ming Ruo terasa sangat lapar dan dia rasa Kediaman Raja Yun masih cukup jauh dari sini, kalau dia punya uang, dia pasti akan turun untuk membeli beberapa buah roti kukus untuk mengganjal perutnya.

Pada akhirnya, kereta kuda yang mereka naiki berhenti. Sang kepala pelayan, Zhou Yi, sudah menunggu di depan gerbang dengan ditemani oleh beberapa orang penjaga yang membawa sebuah kursi tandu.

Ming Ruo berjalan keluar dari kereta kuda, hal ini membuat Kepala Pelayan Zhou terkejut, dia sama sekali tidak menyangka bahwa bukan hanya Raja yang kembali ke sini, melainkan juga ada sang Permaisuri. Namun, dia sempat mendengar Kasim Zhang mengatakan bahwa saat sang Permaisuri berada di Halaman Bambu, dia sudah dalam keadaan tidak bernapas...

Si Satu membantu Si Haochen untuk duduk di kursi tandu, setelah itu Si Haochen digotong masuk ke kediamannya oleh dua orang penjaga.

Ming Ruo diam-diam berjalan di belakang kursi tandu tersebut dan ikut masuk, tapi saat dia berjalan melewati dinding layar kaca, ada sesosok anak kecil berpakaian brokat yang tiba-tiba berlari ke arahnya, terlihat seperti ronde kecil. Di belakang anak itu, ada pengasuh dan pelayan yang sedang mengejarnya. Sambil terus mengejar anak itu, salah satu dari mereka berteriak, "Pangeran, jangan berlari terlalu cepat, anda bisa terjatuh..."

Anak kecil itu berlari ke depan kursi tandu yang dinaiki oleh Si Haochen dengan napas yang sudah terengah-engah, kedua matanya yang besar berbinar-binar, "Kakak..." Dia seolah-olah teringat sesuatu, jadi dia langsung berlutut di tanah sambil memberi salam, "Aku memberi salam kepada Ayahanda." Setelah itu, dia mendongakkan kepalanya untuk menatap ke arah Bai Shen yang berdiri di belakangnya, lalu beralih menatap ke arah Ming Ruo, "Aku juga memberi salam kepada Ibunda..."

Ming Ruo tertegun sejenak, dia menengok ke sekelilingnya dengan bingung, setelah itu dia baru mengonfirmasi bahwa "Ibunda" yang dimaksud oleh anak ini adalah dirinya.

Dia memandangi anak kecil itu dengan saksama. Wajah kecilnya sangat tembam, sepasang matanya yang besar sangat menarik, hidungnya mancung dan mulutnya sangat mungil, anak ini sangat menggemaskan. Selain itu, wajahnya memang sedikit mirip dengan Si Haochen, tidak akan ada yang percaya bahwa mereka berdua tidak punya hubungan darah sama sekali.

"Xuan'er, mengapa kamu ada di sini?" Si Haochen bertanya sambil mengerutkan keningnya.

Bai Shen langsung berjalan maju selangkah dan memberi hormat, "Sebelum ini ada kejadian yang tidak terduga di Kediaman Raja, Kaisar Agung mengutus seseorang untuk mengantar pangeran kembali ke Ibu Kota untuk..."

Meskipun Bai Shen tidak meneruskan perkataannya, tapi Si Haochen langsung mengerti kalau di negara ini, 'Raja Yun' bukan hanya soal dirinya, melainkan soal tanggung jawab serta martabat juga. Asalkan dia bisa memikul beban berat ini, dia bisa menjadi "Raja Yun", tapi tidak hanya dia seorang yang bisa menjadi "Raja Yun".

"Kemarilah...mendekatlah kepada Ayahanda." Si Haochen mengulurkan tangannya ke arah Xuan'er.

Bai Shen langsung menggendong anak itu dan meletakkannya di gendongan Si Haochen.

Meskipun anak itu berusaha keras untuk mendongakkan kepalanya, air matanya masih tetap terjatuh. Karena merasa malu, jadi dia membenamkan wajahnya yang sudah basah di dada Si Haochen, "Aku kira...di dunia ini...hanya tinggal aku seorang, tanpa ayah, tanpa ibu dan tanpa..."

Si Haochen langsung memotong perkataan anak itu, "Mana mungkin Ayahanda meninggalkanmu seorang diri..." Dia mengusap-usap kepala anak itu dengan lembut, kemudian melanjutkan, "Kalau kamu tidak percaya, kita bisa melakukan janji kelingking..."

Anak kecil itu masih enggan mengangkat kepalanya, dia berkata dengan pelan, "Aku juga pernah melakukan janji kelingking dengan ibu...meskipun dia tidak menepati janjinya itu...aku tahu dia sudah mengusahakan yang terbaik, jadi aku tidak menyalahkannya..."

Dada Ming Ruo terasa sedikit sesak, matanya juga memanas.

Meskipun anak kecil yang sering menangis akan lebih mudah mendapatkan permen, tapi anak kecil yang pengertian sepertinya justru membuat orang lain merasa lebih kasihan. Ming Ruo jadi teringat sesuatu, saat dia masih kecil, ayah dan ibunya bergabung dengan tim medis untuk membantu Dunia Ketiga. Sebelum berangkat, mereka juga sempat melakukan janji kelingking dengannya. Mereka mengatakan bahwa mereka akan kembali sebelum dia berulang tahun yang ke tujuh, tapi...mereka tidak menepati janji itu...

Kepala Pelayan Zhou memandangi Ming Ruo dari balik dinding layar, kemudian beralih memandang ke arah kursi tandu yang sudah berjalan menjauh, dia bertanya kepada Bai Shen dengan setengah berbisik, "Tuan Bai, sang Permaisuri akan ditempatkan di mana?"

Dia sudah bekerja untuk Raja selama bertahun-tahun, kalau Putri Qinghuang ini sama sekali tidak berguna bagi Raja, Raja tidak mungkin membawanya ke sini hanya karena wanita itu adalah wanita yang dinikahkan dengannya oleh Kaisar Dan Xu, "Untuk sementara, dia akan ditempatkan di Halaman Bambu saja."

"Baiklah." Kepala Pelayan Zhou mengangguk. Pada hari itu, Permaisuri juga ditempatkan di sana. Meskipun lokasi Halaman Bambu sedikit terpencil, tapi tempat itu dianggap sebagai halaman utama di kediaman, tempat itu bukanlah tempat yang tidak layak.

"Mungkin sekarang belum bisa memperlakukan Permaisuri sebagai majikan." Bai Shen menjeda perkataannya sejenak, kemudian melanjutkannya lagi, "Tapi kamu juga tidak bisa tidak menganggap dia sebagai majikanmu."

"Ah..." Kepala Pelayan Zhou merasa bahwa perkataan Tuan Bai sangat sulit untuk dipahami, "Tuan Bai..."

"Uruslah masalah ini sendiri." Bai Shen tidak punya waktu untuk mengurus hal-hal sepele seperti ini. Setelah mengatakan ini, dia langsung pergi begitu saja.

Kepala Pelayan Zhou terdiam sejenak untuk merenungi perkataan Bai Shen barusan. Pada akhirnya, dia berjalan mendekati Ming Ruo, kemudian berkata, "Permaisuri, hamba akan mengantar anda ke Halaman Bambu untuk beristirahat."

"Oh?" Ucapan Kepala Pelayan Zhou ini membuyarkan lamunan Ming Ruo. Pada saat ini, dia baru menyadari bahwa hanya dirinya dan kepala pelayan inilah yang masih berada di sini, "Aku harus memanggil Tuan dengan sebutan apa?"

"Permaisuri jangan begitu sungkan. Nama hamba adalah Zhou Yi, hamba adalah kepala pelayan di kediaman ini."

Ming Ruo berjalan bersama Kepala Pelayan Zhou selama sekitar dua puluh menit. Dalam perjalanan, dia melihat ada banyak sekali tanaman bambu berwarna hijau tua, angin yang bertiup terasa begitu sejuk, suara gemerisik yang ditimbulkan membuat hati Ming Ruo terasa sangat tenang. Di sebelah kanan dan kiri jalan setapak di tengah hutan bambu ini terdapat beberapa rumah yang berderet. Mungkin karena sekarang masih terlalu pagi, suasana Halaman Bambu sangat sunyi, sepanjang perjalanan dia juga tidak bertemu dengan satu orang pun.

Zhou Yi mengantar Ming Ruo sampai memasuki aula utama, setelah itu dia langsung pamit pergi.

Setelah menempuh perjalanan ini, Ming Ruo merasa sangat lelah dan juga lapar. Kakinya yang dia obati tadi malam juga masih terasa perih, semoga saja dia tidak sampai pingsan.

Pada saat ini, seorang wanita yang mengenakan gaun berwarna hijau muda berjalan memasuki halamannya. Saat melihat keberadaan Ming Ruo, dia langsung memberi hormat kepadanya sambil berkata, "Hamba memberi salam kepada Permaisuri."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel