Dokter Izma
Ambulance datang membawa beberapa korban kecelakaan. Ada 1 pasien yang keluar dari ambulans tersebut dan pasien itu terluka sangat parah.
"Tolong panggilkan Dokter Izma," kata seorang Dokter muda dan tampan. Sambil mencoba untuk mengeluarkan pasien dari mobil ambulance.
"Baik Dokter, saya akan segera memanggil beliau," kata suster itu langsung berlari menuju ke dalam Instalasi Gawat Darurat itu mencari keberadaan Dokter Izma.
"Kamu lihat Dokter Izma tidak?" tanya perawat tersebut.
"Tadi sepertinya beliau sedang ke toilet," kata salah satu perawat laki-laki kepada perawat perempuan itu.
"Oh ya Tuhan. Dokter Ibra mencari keberadaan Dokter Izma, sepertinya Dokter Ibra membutuhkan bantuannya sekarang. Dokter Ibra sedang berada di dalam ambulance untuk mengeluarkan pasien." Perawat itu berkata dengan sangat cemas.
"Ya sudah kamu cari sana," kata perawat itu menyuruh temannya untuk bergerak cepat, akhirnya perawat perempuan yang bernama Anita itu dengan segera mencari keberadaan Dokter Izma dan beruntung sekali karena kini Dokter Izma baru saja keluar dari toilet.
"Ya Tuhan, Dok beruntunglah saya bertemu Anda di sini, sekarang Dokter Ibra di luar sedang membantu seorang pasien yang kecelakaan, sepertinya Pasien itu mengalami perdarahan hebat di kepalanya. Beliau menyuruh anda untuk membantunya di luar," ucap Suster Anita kepada Izma.
"Apa ada kecelakaan? Saya akan segera ke sana, terima kasih ya Suster Anita sudah memberitahu saya," kata Izma dengan tergesa-gesa, suster Anita pun mengikuti dari belakang menuju ke ambulance tersebut, ternyata benar saja Ibra sedang berusaha membantu pasien yang berada di dalam mobil ambulance, untuk menahan pendarahan di kepala yang terus-menerus keluar.
"Dokter Ibra, sebenarnya ada apa ini?" tanya Izma kepada Ibra.
"Ayo bantu aku tekan lukanya, agar darahnya berhenti, biar aku menurunkan brankar bersama Perawat.
"Baiklah," Izma pun langsung naik ke atas brankar tersebut, lalu menekan perdarahan yang berada di kepala dan berada di leher, sedangkan brankar itu segera dikeluarkan oleh Dokter Ibra dan beberapa Perawat. Lalu brankar yang dinaiki oleh Izma dan pasien tersebut langsung didorong oleh Ibra dan Perawat masuk ke dalam IGD.
"Sepertinya harus segera dilakukan operasi, perdarahnya semakin banyak," kata Izma dengan kecemasannya, sambil terus menekan perdarahan pada pasien di daerah kepala dan lehernya.
"Kita harus menghubungi Dokter Spesialis Bedah terlebih dahulu," kata Ibra sambil terus mendorong brankar tersebut dan kini akhirnya mereka pun masuk ke dalam Instalasi Gawat Darurat.
"Suster Erina cepat lakukan pemeriksaan tekanan darah!" perintah Ibra kepada Suster Erina.
"Baik Dok." Suster itu dengan cekatan melakukan pemeriksaan tekanan darah pada pasien lansia, yang kini sudah mengalami perdarahan.
"Suster Anita, lakukan pemasangan infus di dua jalur," perintah Dokter Ibra kepada suster Anita.
"Baiklah Dok." Suster Amira langsung memasangkan infus di dua jalur pada pasien tersebut. Sedangkan kini Izma masih menekan pendarahan pada kepala dan leher pasien. Ibra sendiri sedang memeriksa daerah kaki apakah ada yang terluka atau patah, ternyata benar saja di daerah kaki ada tulang yang patah.
"Di mana Dokter Erik? Hubungi Dokter Erik sekarang juga?" kata Ibra kepada salah satu Suster.
"Beliau sedang memeriksa pasien di seberang anda,"kata Suster Irna kepada Dokter Ibra.
"Ada apa, aku mendengarmu?" sahut Dokter Erik kepada temannya.
"Dokter Erik, coba anda periksa, sepertinya kaki sebelah kiri pasien ini patah," kata Ibra sambil menunjuk ke arah kaki pasien tersebut.
Lalu dokter Erik pun dengan segera memeriksa pasien itu dan benar saja Dokter Erik langsung mendiagnosa bahwa salah satu kaki pasien mengalami keretakan.
"Harus bagaimana, sampai kapan aku harus menekan perdarahan ini?" kata Dokter Izma kepada kedua temannya.
"Ruang operasi belum siap, jadi kamu tekan saja terlebih dahulu," kata Dokter Ibra sambil membantu Izma untuk menekan perdarahan di daerah lehernya, sedangkan Dokter Erik memeriksa kaki yang lainnya.
Sebuah kecelakaan telah terjadi di jalan raya dan telah menewaskan 2 orang wanita sedangkan 2 orang lainnya dibawa ke rumah sakit ini, 1 orang yaitu lansia ini, dan satu orang lagi dikabarkan dia adalah seorang Dokter.
"Kecelakaan apa ini?" tanya Izma kepada Ibra.
"Tabrakan," jawab salah satu Suster di sana.
"Ya Tuhan kasihan sekali, Dokter Ibra bagaimana darahnya semakin banyak keluar, aku harus apa?" Izma berusaha menekan terus-menerus dan akhirnya salah satu Perawat berlari menghampiri mereka.
"Ruang operasi sudah siap. Ayo cepat kita bawa pasien ke ruang operasi. Pendarahannya harus segera dihentikan," kata Perawat tersebut sambil mencoba mendorong brankar Pasien itu.
Izma masih berada di atas brankar, wanita tersebut sambil menekan perdarahan pada pasiennya. Setelah sampai di ruang operasi Izma langsung turun dari brankar tersebut dan keluar dari ruangan operasi, karena yang berhak melakukan operasi adalah Dokter Bedah dan Izma hanyalah Dokter umum saja.
Ibra dan Izma kini keluar dari ruangan operasi, terlihat baju Izma telah kotor dan penuh dengan noda darah, begitu pula dengan baju Ibra.
"Lihatlah bajumu kotor sekali. Ayo kita ganti di ruang ganti!" kata Ibra sambil menarik tangan Izma.
Wanita cantik itu tersenyum dan mengangguk, mereka berlari ke ruang ganti untuk mengganti pakaian. Darahnya benar-benar banyak, jas dokter putih itu berwarna-warni karena warna merah darah begitu terlihat jelas.
Akhirnya mereka telah sampai di ruangan ganti para dokter.
"Untunglah aku bawa baju ganti, apa kamu bawa juga?" tanya Ibra kepada Izma.
"Iya aku salali bawa baju ganti. Ibu selalu mengingatkan aku untuk membawa hal itu," kata Izma dengan senyumannya.
"Sudah kubilang panggil dia Mama. Kenapa kamu masih memanggil dia ibu," kata Ibra sambil menggenggam tangan Izma dengan lembut. Tetapi Izma langsung melepaskan genggaman tangan Ibra, dia merasa malu, wanita itu hanya bisa menundukkan wajahnya, dia tidak bisa berkontak fisik dengan Ibra sama sekali. Dia memang telah berhutang budi kepada Ibra, karena telah berhasil menyekolahkan dia sampai selesai, dan kini mereka bahkan sudah menjadi Dokter umum dan bekerja di sebuah Rumah Sakit swasta di kota New York.
Oke boleh dibilang itu adalah Rumah Sakit milik ayahnya Ibra, karena saham terbesar di pegang oleh ayahnya Ibra. Sebagai Dokter muda mereka sangat disegani di sana, karena Ibra selain pintar dia juga sangat tampan, banyak Perawat dan Dokter yang menyukai dia tetapi tetap saja Ibra hanya menyukai Izma.
Sayangnya Izma sendiri belum bisa menyukai Ibra sampai saat ini, perasaan yang Izma rasakan hanya sebuah rasa Terima kasih. Belum ada rasa cinta sama sekali, padahal sudah 5 tahun berlalu selama, Lima tahun itu mereka selalu bersama, sayangnya Izma belum bisa menumbuhkan bibit-bibit cinta untuk pria tersebut.
???
Bersambung.