Terluka Parah
"Itu pasien satu lagi juga sudah lakukan operasi di daerah perut, sepertinya tertusuk oleh benda tajam pada saat terjadi kecelakaan," ucap seorang perawat berkata pada perawat lainnya.
"Iya ya. Katanya orang itu Dokter juga, kasihan ya dia terluka begitu parah, beruntunglah Dokter Andreas segera menyelamatkannya," suster Anita berkata dengan suara yang rendah.
"Benarkah pasien nomor 2 seorang Dokter juga?" tiba-tiba saja Izma menyahut. Izma datang bersama Ibra, dia selesai makan siang di kantin.
"Benar sekali Dokter. Katanya Dokter tersebut adalah seorang Dokter yang terkenal, dia juga seorang Dokter yang sangat pintar, sayang tragedi naas menimpanya, dia mengalami kecelakaan yang sama dengan pasien yang kita tangani kemarin," Suster Anita membalas ucapan Dokter Izma.
"Lantas bagaimana sekarang kondisi pasien nomor 2? Aku jadi penasaran dengan Dokter yang terkenal dan pintar itu, sebenarnya siapa dia?" Izma duduk di samping perawatnya. Suster Anita langsung tersenyum.
"Jelas saja ada di ruangan VIP dan sekarang dia sedang beristirahat, terakhir saya memeriksa beliau sedang tertidur, sepertinya Dokter tersebut sebatang kara, tidak ada yang menjenguk dia sama sekali," tutur Suster Anita kepada Dokter Izma.
"Mana mungkin, mungkin saja dia memiliki seorang istri, seorang Dokter yang terkenal dan pintar pasti di belakangnya ada istri yang sangat memperhatikan dia, dan mendo'akan dia," kata Izma dengan menorehkan senyum yang manis.
"Dokter, kepintaran seseorang tidak akan menjamin rumah tangga mereka akan berjalan dengan lancar," balas Suster Anita.
"Betul juga ya, siapa tadi namanya?" Izma mulai penasaran dengan Dokter tersebut.
"Saya lupa, tidak melihat nama pasiennya, saya mengunjungi kamarnya, ada di kamar super VIP, tapi Dokter sepertinya memang benar, pria itu seorang Dokter terkenal, dia begitu tampan, wajahnya begitu putih dan bersih. Walau sedikit memiliki jenggot dan kumis halus, tapi ya ampun benar-benar tampan, kalau saja dia Dokter di sini, pasti banyak sekali Suster dan Dokter yang menyukai dia," kata Suster itu tersenyum lalu ditertawai oleh yang lainnya.
"Lihatlah suster Anita mulai kambuh ganjennya," kata suster Nuri terkekeh.
"Ternyata kamu seganjen ini, ya Tuhan aku harus berguru kepadamu," ucap Dokter Izma sambil menolehkan senyumannya, itu adalah jam istirahat untuk mereka. Jadi mereka bebas untuk bercerita satu sama lainnya, bahkan menggosipkan pasien yang berada di ruang Super VIP.
"Tapi di sini ada Dokter ganteng ganteng," kata Suster Nuri sambil menatap ke arah Dokter Ibra.
"Itu kan milik Dokter Izma, ya kan Dok," kata Suster Anita tertawa. Lalo Dokter Izma pun sedikit menyunggingkan senyumnya.
"Eh ... kalian tidak boleh bergosip seperti itu, Dokter Ibrahim masih single. Siapa bilang milikku?" Izma menangkis Semua ucapan dari Suster Anita.
"Wah kabar baik sepertinya," tangkas Suster Nuri.
"Suster Nuri pasti ingin daftarkan," Suster Anita terkekeh.
"Tunggu, walaupun aku tidak memiliki seorang kekasih. Aku mempunyai wanita yang aku cintai. Do'akan aku semoga kelak wanita itu mau aku sunting menjadi istriku," kata Dokter Ibra tersenyum kearah para perawatnya.
"Ya Tuhan, ini seperti sebuah pengumuman, banyak sekali gadis yang akan patah hati mendengar pengumuman ini," kata Suster Nuri mengerutkan dahinya, berpura-pura sedih lalu dia pun langsung tersenyum mendengar kata-kata dari Dokter Ibra.
Dokter Izma dan Dokter Ibra mereka memang selalu dekat dengan para Perawat dan Suster, mereka tidak pernah pandang bulu, dan tidak pernah membedakan status. Setiap karyawan yang berada di Rumah Sakit adalah teman sejawat untuk mereka, karena itulah banyak sekali orang yang sayang dan peduli kepada Izma, karena Izma baik hati dan selalu perhatian kepada anak buahnya.
Izma sendiri hanya terdiam mendengar ucapan dari Dokter Ibra. Izma mengetahui apa yang dikatakan oleh Ibra adalah untuk dia, tapi dia sendiri hanya bisa terdiam tanpa menjawab sepatah kata pun.
"Eh apa kalian sudah makan, ayo sebentar lagi jam makan siang selesai, kalian harus makan yang banyak, kita kan tidak tahu ke depan akan ada pasien yang seperti apa, kita harus kuat. Jangan sampai kita kelaparan pada saat menolong pasien," kata Dokter Izma memberitahukan kepada kedua susternya untuk segera makan.
"Ya ampun sisa 10 menit, aku harus makan dulu, ayo Suster Nuri kita makan sekarang," tutur Suster Anita sambil beranjak menarik tangan Suster Nuri.
"Dokter cantik dan Dokter ganteng, kami permisi dulu ya," ungkap Suster Nuri sambil melambaikan tangan dan berjalan meninggalkan kedua Dokter tersebut.
Ibra dan Izma hanya duduk di ruang tunggu Dokter, mereka masih ada waktu beberapa menit untuk beristirahat, ini sebenarnya Rumah Sakit milik Ibra, tetapi ia sendiri tidak mau orang lain menganggap dirinya sebagai bos, atau sebagai orang yang harus di segani, dia hanya ingin berbaur dengan yang lainnya.
"Ixma apa yang aku katakan di depan kedua Suster itu memang benar adanya. Aku selalu menaruh harapan kepadamu," kata Dokter Ibra kepada Izma.
"Jangan membahas soal itu dulu di tempat kerja. Kamu kan tahu sendiri aku bahkan belum resmi bercerai dengan dia, di mata hukum aku masih istri sah-nya," kata Izma sambil menundukkan wajahnya, tak sanggup dia menatap mata Ibra yang penuh dengan harapan.
"Apa kamu sudah siap untuk bertemu dengannya? dan meminta surat cerai padanya?" tanya Ibra kepada Izma.
"Sudah hampir 5 tahun berlalu, aku tidak tahu Azam seperti apa sekarang, mungkin anaknya pun sudah besar, mereka pasti hidup dengan bahagia tanpa aku, jika memang seperti itu maka aku akan menggugat cerai dan membiarkan mereka bahagia," kata Izma dengan suara yang rendah.
"Lalu kapan kiranya kamu datang untuk membalas dendam kepada perempuan itu, dan mengambil kembali Rumah Sakit?" Ibra bertanya dengan bersungguh-sungguh.
"Tunggu beberapa saat lagi, aku masih belum bisa memantapkan hatiku, aku masih takut untuk bertemu dengan mereka," kata Izma dengan mata yang berkaca-kaca.
"Baiklah itu semua terserah padamu. Oh iya ... aku permisi dulu sebentar ya. Aku ada janji dengan teman di kamar 101 dia adalah temanku, aku akan menemuinya sebentar," kata Ibra sambil mengelus rambut Izma lalu pergi meninggalkan Izma sendirian.
Izma sendiri hanya bisa terduduk dengan kegalauan yang dirasakan, dia belum tahu ke depannya akan seperti apa, jika dia bertemu kembali dengan Azam dan Aliza.
"Dokter Izma. Bisa tolong bantu saya!" kata Dokter Namira sambil menghampirinya.
"Iya Dokter Namira? Ada perlu apa?" Izma langsung berdiri di hadapan Dokter senior itu.
"Begini Izma. Tolong kamu periksa pasien di kamar Super VIP, karena saya akan pulang, anak saya demam jadi aku saya harus segera memeriksanya!" ucap Dokter tersebut.
"Oh baiklah, saya akan segera memeriksa pasien di kamar itu."
"Terima kasih banyak ya Dok Izma, kalau begitu saya permisi dulu." Dokter Namira pun pergi meninggalkan Izma dan Izma dengan segera bergegas ke ruangan Super VIP. Sesampainya di ruangan tersebut Alangkah terkejutnya Izma tatkala melihat seorang pria tampan terbaring lemah tak berdaya, sendirian dan tidak ada yang menemaninya.
???????