Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 - Menyukai Wanita Ini?

Sebenarnya ….

Flashback On

Usai makan malam bersama orang tuanya, Ethan duduk sembari memainkan hpnya di ruang tamu. Sedikit bermain game untuk mengisi waktu luangnya.

Terdengar suara langkah mendekat ke arahnya seiring dengan suara bisikan bisikan dari kedua orang tersebut yang tak lain adalah Andre dan Aira, membuat pria itu menghentikan gerakannya, fokus kepada kedua orang itu.

Andre dan Aira duduk di depan Ethan.

"Tan, ada yang mau papi bicarakan!" Suara tegasnya tetap terdengar dilengkapi mimik wajah seriusnya seperti biasanya.

Ethan menebak pasti ini sesuatu yang serius.

"Ada apa Pi?" Memperbaiki cara duduknya. Aira? Ia tetap duduk disamping suaminya dengan diam, memikirkan kira-kira apa yang akan terjadi nanti.

"Kami sudah menjodohkan kamu dengan anak teman papi." Pernyataan itu tersampaikan dengan sangat lantang. Iris Ethan seketika menajam.

"Ethan tidak bisa," tolaknya masih dengan nada halus.

"Sudah tidak bisa ditolak. Karena kami sudah menentukan tanggal pertunangan kalian dan wanita itu juga sudah menerima perjodohan itu."

Ethan mengepalkan tangannya. "Tidak bisakah kalian meminta pendapatku dulu? Ini hidupku Pi, kenapa kalian mengatur seenaknya saja." Suara pria itu sudah naik satu oktaf lebih tinggi.

"Kami hanya tidak mau kamu salah pilih, Nak. Mami sama Papi yakin wanita ini terbaik untukmu. Dia juga dari keluarga baik-baik, terlebih lagi kami mengenal mereka." Kali ini Aira ikut menimpali.

"Tapi nggak bisa gini dong Mi. Ethan berhak nentuin pilihan Ethan sendiri." Ethan tak habis pikir dengan ide konyol kedua orang tuanya. Bisa bisanya di jaman yang modern seperti sekarang mereka masih main jodoh menjodohkan. Ini bukan zaman Siti Nurbaya, pikirnya!

"Cobalah bertemu dengannya. Belum tentu juga kamu tidak tertarik dengannya kan? Dan lagi wanita itu terbilang cantik. Kami yakin pilihan kami tidak salah Ethan."

"Atau kamu mau langsung melihat fotonya? Mami ada kok fotonya di kamar. Biar Mami ambil." Aira telah mengangkat bokong berniat ke kamar, namun di urungkan sebab Ethan langsung berdiri dan pergi meninggalkan kediaman itu tanpa mengatakan apapun lagi.

"Ethan, tunggu dulu, Nak!" Panggil Aira. Ia ingin mengejar sang putra namun tangannya di cegah oleh Andre. "Tidak usah di kejar Mi. Biarkan saja. Paling dia ke cafe!"

"Tapi Pi--"

"Sudah. Lebih baik sekarang kita ke kamar." Andre dan Aira pun meninggalkan ruang tamu itu. Jika Andre sangat santai berbeda dengan Aira. Wanita paruh baya itu mengkhawatirkan putranya.

Flashback Off

Ethan menghembuskan nafas kasar.

"Nggak ada salahnya kamu coba bertemu dengannya. Benar apa yang dikatakan orang tuamu, belum tentu kau tidak menyukainya kan? Kamu bisa kan mencoba dekat dengannya sebelum kalian menikah!" ujar Kimmy, mengamati raut wajah pria yang sedang merasa kesal di depannya.

"Sama sepertimu, aku juga akan melakukan hal yang sama. Sekalipun aku tidak kenal, ya apa salahnya jika bisa mendekatkan diri dengannya nanti kalau kami bertemu. Mungkin saja bisa clop!" tambahnya lagi disertai dengan tawa ringan.

Manik Ethan menelisik wanita yang sedang berbicara panjang lebar di depannya.

"Aku tidak sepertimu. Aku masih bisa cari jodohku sendiri, tanpa campur tangan orang tuaku."

"Mana buktinya? Sampai sekarang juga kau masih jomblo!" cibir Kimmy. Telak!

Ethan membulatkan matanya, mendelik kesal ke Kimmy. "Kau meremehkanku?"

"Tidak. Aku hanya bicara fakta saja." Tak mau kalah. "Sudahlah, daripada kau bertengkar dengan orang tuamu lebih baik kau ikuti saja." Menaik turunkan alisnya bermaksud mengejek, mengutarakan bahwa nasib kita sama brother, nikmati saja!

"Ck, anda menyebalkan sekali Bu Dokter! Aku tidak akan menerima perjodohan itu. Aku akan menikah dengan wanita yang memang aku cintai."

"Keras kepala." Kimmy mengucap dengan penuh penekanan.

"Biarin!"

Andai aku bisa menolak sama sepertimu. Tapi nyatanya aku tidak mampu melakukannya. Kimmy

"Hey, kau mau ke mana?" Ethan dengan segera menghabiskan makanannya saat melihat Kimmy mulai beranjak.

"Mau pulang!" teriak Kimmy asal, kembali berjalan menyisiri pantai.

"Main air dulu." Ethan berlari mengejar Kimmy.

"Malas!"

"Yakin? Rugi loh kalau kesini tapi nggak snorkeling. Pemandangan di bawah laut sangat indah." Mencoba menahan Kimmy lebih lama lagi. "Lagian kamu nggak piket kan?"

Kimmy mengangguk. Ia mulai termakan omongan pria cerewet itu. Bukankah lebih baik menjelajah dulu di bawah laut? Pasti menyenangkan.

*****

Waktu menunjukkan jam tiga siang. Kimmy dan Ethan beserta yang lainnya pun pulang setelah bermain di pantai dan menjelajah di bawah laut.

Beruntung Ethan nebeng di mobilnya jadi ia bisa duduk santai sembari menikmati perjalanan, melihat suasana sepanjang perjalanan pulang.

Kenapa aku merasa, kami seperti pasangan kekasih yah?

Astaga Kimmy, buang jauh jauh pikiran sialanmu itu. Kau sudah punya calon suami dan dia juga sudah punya calon istri. Jangan berpikiran yang aneh.

Tapi kenapa dia berdamage banget sih saat memegang setir dengan satu tangan begitu? Ditambah lagi kacamata hitam yang bertengger manja di hidung mancungnya? Oh Perfecto! Melirik dengan ekor matanya.

Calon istrinya pasti sangat beruntung, punya calon suami setampan dan sekeren ini. Aku jadi iri? Ehh? Apa … apa yang kamu pikirkan Kimmy? Ingat batasanmu.

Memilih membuang muka ke samping, ia tidak ingin pikiran kotornya meracuni otaknya yang masih suci sesuci embun di pagi hari.

Apa yang dia pikirkan? Kenapa dia terlihat malu-malu begitu. Tapi dia lucu! Ethan

"Tidurlah! Perjalanan masih jauh," ujar Ethan, melirik sekilas Kimmy kemudian kembali fokus ke depan.

"Aku nggak ngantuk kok." Bersandar di jok mobil seraya melipat kedua tangannya di dada.

Aku tidak mungkin tidurlah di depanmu. Aku kan menjaga image. Bagaimana kalau aku ngorok, atau aku membuat peta dengan air liurku. Ikh jangan deh jangan! Oke mata, kali ini kita harus kompak Yah? Jangan sampai kau mengkhianatiku. Oke! Kimmy

"Kapan kau akan bertemu dengan calon yang dijodohkan denganmu?" Rupanya pria ini sangat blak-blakan. Pertanyaan yang cukup pribadi ini, bisanya meluncur bebas tanpa hambatan dari bibir pria ini tanpa canggung.

"Aku tidak tahu. Aku hanya menunggu informasi dari orang tuaku saja." Terdiam sesaat. "Kenapa?"

"Ah tidak!" jawabnya singkat.

Aku hanya penasaran, bagaimana rupa pria yang dijodohkan denganmu? Apa dia lebih tampan dan lebih mapan dariku. Ethan.

Ethan menggelengkan kepalanya.

'Ada apa denganku? Rasa penasaranku ini seperti memperjelas kalau aku menyukai wanita ini? Apa secepat ini aku menyukainya? Rasanya tidak mungkin, tapi dadaku. Kenapa harus berdebar kalau melihatnya. Bukankah itu artinya aku ada rasa dengannya? Dengan orang yang sudah di jodohkan dengan pria lain? Akh tidak tidak. Aku akan mencoba untuk menghindar dulu, biar aku bisa memastikan perasaanku padanya,' gumam Ethan dalam hati.

Rasa yang tak pasti membuat pria itu pusing. Dokter cantik yang baru ia kenal telah mengalihkan dunianya. Ethan adalah seorang pria yang normal, di usianya saat ini yang sudah terbilang matang, ia pun mendambakan sosok pendamping hidup. Terlebih lagi ketika melihat kebahagiaan para sahabatnya dengan istri mereka, semakin menguatkan keinginannya itu. Bukan hanya itu, tak munafik ia sudah sangat ingin ada seseorang yang dapat menjadi penghangat ranjangnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel