Bab 5 - Senyum Senyum Sendiri
Seorang wanita cantik tengah bermain sendiri. Tubuhnya yang terlilit selimut terlihat seperti kepompong kini berguling ke kanan dan ke kiri di kasur yang cukup besar. Senyum di bibirnya mengembang sempurna.
Sebenarnya apa yang ada di benak wanita itu?
Wajah wanita itu memerah bak tomat kala mengingat sesuatu. Sesuatu yang membuat ia sangat bersemangat menyambut sang fajar.
Saat telah merasa cukup main guling gulingan, ia meraih hpnya di atas nakas. Kembali membuka percakapan di aplikasi hijaunya. Percakapan dengan seorang yang baru kemarin di temuinya. Dan entah kesambet apa mereka langsung bertukar nomor meski sebenarnya alasan orang yang ia beri nama pria cerewet itu cukup tidak masuk akal sama sekali.
Sepanjang memandang hp tersebut, senyumnya bahkan tak pernah surut. Ia merasa ada sesuatu yang menggelitik perutnya hingga membuatnya ingin selalu tersenyum dengan bahagia. Bunga bunga bahkan terasa mengelilingi kepalanya.
"Kenapa aku jadi seperti ini?" Menepuk kedua pipinya pelan, saat kesadarannya mulai kembali. "Kenapa rasanya sebahagia ini?" Menepuk dadanya pelan, saat merasa irama detak jantungnya meningkat.
"Aku pasti sudah gila." Menggelengkan kepalanya lalu melangkahkan kakinya masuk ke bathroom berniat membasuh wajahnya.
Setelah ritual di bathroom selesai, Kimmy sudah berada di dapur. Minum air hangat, ritual tetap yang selalu dilakukannya bersama keluarganya.
Masih memegang gelas di tangannya, wanita itu melamun seraya tersenyum tidak jelas. Membuat seorang wanita paruh baya menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Ada apa gerangan putriku tersenyum seperti itu?" Memiringkan kepalanya. "Anak ini nggak lagi kesambet setan kan?" tebak Kiran dengan pemikiran absurdnya.
Mbok Sri yang merupakan salah satu pembantu di rumah itu kala itu telah menyapu tersenyum mendengar ungkapan nyonya itu. "Nyonya ada ada saja."
"Mbok sini deh!" panggil Kiran saat Kimmy belum sadar juga dari lamunannya.
"Iya Nyonya, ada apa?"
"Sejak kapan nih anak bertingkah aneh begini, Mbok?"
"Sejak turun dari kamarnya nyonya. Mbak Kimmy selalu tersenyum. Mungkin dia sedang bahagia kali Nyonya."
"Bahagia kenapa Mbok?"
Mbok Sri hanya mengangkat kedua bahunya.
Kiran yang merasa penasaran langsung menepuk bahu putrinya, sontak saja wanita itu terlonjak kaget.
"Mami! kesal Kimmy.
"Kamu kenapa sih?" Kiran menempelkan punggung tangannya di kening Kimmy. "Tidak panas," ucapnya heran.
"Memangnya siapa yang demam, Mi." Menjauhkan tangan Kiran.
"Mami pikir kamu sakit."
"Siapa yang sakit. Kimmy sehat walafiat kok." Kimmy berucap dengan penuh penekanan setiap katanya.
"Terus, kenapa dari tadi kamu senyum senyum sendiri? Nggak lagi kerasukan setan kan?" Kepala wanita itu memutar ke kanan dan ke kiri. "Apa kita perlu panggil dukun yah, kali aja rumah ini ada setannya," canda Kiran.
"Mami!!" Kimmy tak bisa lagi menyembunyikan kekesalannya yang menguar bersamaan dengan rasa malu. Ia langsung berlari meninggalkan sang Mami yang sedang tertawa terbahak bahak.
*****
Saat waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 Kimmy beserta sahabatnya Aurora sudah berada di sebuah Villa mewah, yang berhadapan langsung dengan laut. Didalam sebuah ruangan yang akan mereka hias berdua untuk memberikan kejutan di acara ulang tahun Rebecca.
Seraya mendekorasi ruangan itu kedua wanita itu bersenda gurau, sesekali juga bernyanyi bersama. Hingga pada saat Kimmy istirahat sejenak, ia membuka hpnya merekam aksi Aurora yang tengah bermain balon seraya bernyanyi layaknya anak kecil. Tak lupa video itu ia kirim ke si pria cerewet, agar tersampaikan ke suami sahabatnya.
"Kenapa kamu senyum senyum?" Aurora menghentikan kegiatannya saat memergoki sahabatnya yang sepertinya tengah berbahagia. Sangat tercetak dengan jelas di wajah cantiknya. "Hari ini juga kamu terlihat berbeda. Auranya gimana gitu yah?" Memutar mutar matanya, mencari kata yang cocok untuk menjabarkan aura sang sahabat.
Kimmy dengan sigap meletakkan hpnya lalu berdehem. "Nggak kok, aku biasa aja tuh. Kebetulan tadi grup di Rumah Sakit lagi membahas sesuatu yang lucu," elak Kimmy.
"Tapi—" Ucapan Aurora terpotong kala Kimmy langsung menyelah.
"Udah udah, nggak ada tapi-tapian." Berdiri mengambil tasnya. "Lebih baik sekarang kita sudahi disini, terus kita keliling Villa, habis itu istirahat."
"Baiklah, baiklah," jawab pasrah Aurora, lalu kemudian juga berdiri.
*****
Malam harinya
Setelah merias wajah Aurora, Kimmy pun melakukan hal yang sama. Dengan gaun berwarna ungu muda ditambah dengan make up natural ala ala korea, wanita itu tampak anggun dan mempesona.
Tak lupa ia mengabadikan di ponsel miliknya. Tak cukup sekali jepret, ia terus melakukannya, mencari posisi dan gaya yang tepat. Entah sudah berapa puluh kali suara kamera itu berbunyi. Kimmy masih melakukannya lagi dan lagi.
Saat jari lentiknya ingin menekan tombol kameranya kembali, wanita itu terlonjak kaget saat tiba-tiba ada seseorang berdiri di sampingnya dan ikut berpose.
"Kenapa diam, aku cepat jepret," pinta pria itu.
Kimmy pun mengarahkan kembali kamera di depannya. Tersenyum dan cekrek. Jantung Kimmy berdegup kencang saat pria disampingnya itu dengan tidak tahu malunya berdiri dengan sangat dekat dengannya seraya melihat hasil jepretan itu. Sakit dekatnya, Kimmy dapat mencium jelas aroma maskulin yang menguar dari tubuh pria tersebut.
Aroma anda Tuan, bikin orang pangling!
"Manisnya!" ucap pria itu yang tak lain adalah Ethan si pria cerewet itu.
"Siapa?" Kimmy menautkan alisnya.
"Akulah!" Menjawab spontan seraya tersenyum, tidak lupa alisnya ia naik turunkan.
"Idih narsis! Manisan juga aku," sungutnya tak kalah narsis.
Ethan tersenyum. "Iya, iya, percaya kok kalau kamu memang manis." Tangan Ethan mengelus pucuk kepala Kimmy.
Deg
Jantung Kimmy berdebar-debar. Seperti ada sesuatu yang aneh mengalir di tubuhnya saat tangan besar itu menyentuh kepalanya.
Jantung! Are you okay? Kimmy.
Mereka sejenak saling pandang, jika Ethan masih selalu tersenyum Kimmy justru memasang wajah datar, namun telinganya memerah tanpa diketahuinya.
"Kita ke aula yuk. Jason dan Rebecca sebentar lagi sampai." Pria itu masih saja selalu tersenyum.
Mungkin dia memang tipe pria yang murah senyum kepada semua orang. Dia masuk ke dalam golongan tipe pria yang susah ditebak isi hatinya. Mungkin saja royal ke semua orang. Jadi jangan terlalu percaya pada setiap kata dan perilaku yang ditunjukkannya. Seperti itulah pemikiran dokter itu.
Kimmy yang sempat melamun, dengan segera menetralisir rasa gugup yang melandanya. Dia berjanji akan kembali periksa diri secara menyeluruh di Rumah Sakit. Karena ia merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Terutama di bagian jantung.
Ethan dan Kimmy berjalan sejajar menuju aula. Sesekali Ethan melirik Kimmy dengan ekor matanya. "Kamu memang manis."
Saat sampai di aula Kimmy dan Ethan ikut bergabung dengan semua orang yang ternyata sudah berkumpul disana untuk menyambut kedatangan pemilik acara tersebut yang katanya sebentar lagi masuk villa.
Kimmy dan Aurora tersenyum. Mereka bahagia akhirnya sahabatnya bisa merayakan acara ulang tahun seperti yang selama ini ia impikan.