Bab 4 - Perjaka Tua
Matahari telah mulai tampak ke permukaan, menyinari bumi yang telah riuh. Sisa sisa rintik hujan masih terlihat di berbagai pepohonan. Daun daun jatuh berguguran disebabkan angin yang cukup kencang semalam. Namun itu tak membuat penduduk bumi bermalas malasan untuk meninggalkan tempat tidurnya.
Seorang pria tampan dengan tinggi 180cm telah berlari pagi mengelilingi komplek rumah di salah satu perumahan kawasan elit. Tak lupa tersenyum ketika mendapatkan gerombolan ibu ibu yang sedang bersenda gurau seraya memilih sayuran.
Tak sedikit yang melihat pria itu dengan tatapan kagum. Keringat yang jatuh dari rambutnya seakan menjadi gerakan slow motion di mata para wanita yang memang sengaja menunggu kedatangan pria tersebut ketika di pagi hari. Karena kegiatan itu sangat jarang dilewatkan pria tersebut.
Saat telah sampai di halaman rumahnya, pria itu melakukan pergerakan untuk merilekskan otot ototnya lalu melangkah duduk di teras rumahnya, meneguk air putih yang memang telah ia sediakan sebelum keluar rumah tadi.
"Ethan Sandraders!" teriak seorang wanita paruh baya dari dalam rumah. Pasti ada sesuatu yang terjadi hingga wanita kesayangannya itu memanggil nama lengkapnya.
"Iya, Mamiku sayang. Ada apa gerangan Mami berteriak pagi-pagi?" Mengecup pipi wanita kesayangannya yang telah berdiri di sampingnya.
"Mana kucing, Mami?" Melototkan matanya. Bukannya takut, putranya itu malah tersenyum.
"Ethan nggak tahu Mi. Ethan belum pernah lihat si Kitty itu sejak tadi.
"Dia kan biasa ikut kamu lari pagi."
"Tapi tadi tidak, Mi. Kucing kesayangan Mami hari ini tidak ikut Ethan."
"Terus kemana dong kucing Mami?" Kepalanya mencari ke kanan dan ke kiri.
"Minggat mungkin kali, karena Mami selalu omelin." Mengulum bibirnya ke dalam.
"Ethan!" teriaknya kembali.
"Meow, meow...." Terdengar suara kucing yang mendekat ke arah mereka.
"Ini kucingnya Mami sayang." Seorang pria paruh baya datang sambil menggendong kucing persia dengan warna abu-abu campur putih.
"Astaga, Kitty. Papi dapat di mana?"
"Di dekat kolam ikan Mi. Lagi lihatin ikan kayaknya," jawab Andre Sandraders yang merupakan ayah Ethan. Mengelus kepala kucing gembul di dekapannya.
"Nakal kamu Kitty." Aira Sandraders, mengambil alih kucing tersebut.
"Nakal kamu Kitty," ejek Ethan menirukan suara dan ucapan sang Mami, membuat wanita itu melotot marah.
"Ethan!" Suara tegas terdengar dari mulut Andre. Aira tersenyum mengejek lalu mendekat ke arah suaminya dan memeluk pinggangnya.
"Iya iya Pi. Akh kalian ini, masih pagi-pagi sudah umbar kemesraan di depan pria jomblo ini," kesal pria blasteran itu.
"Makanya nikah. Jangan tinggal jadi perjaka tua." Ethan melotot tidak percaya dengan ucapan sang Mami yang sangat menohok hati pria itu. Andre tertawa mendengar ucapan sang istri. Mengelus rambut wanitanya dengan lembut.
"Sudah sudah. Kita masuk Mi. Buatin papi kopi." Kedua orang yang sudah hampir berumur setengah abad itu pun berlalu meninggalkan putranya yang berdiri sendiri seraya merenggut kesal.
*****
Ethan Sandraders, seorang pengusaha dalam bidang kuliner. Resto, cafe dan beberapa gerobak yang menjual camilan tersebar di berbagai tempat. Ethan terjun ke dunia tersebut karena memang sang papi adalah seorang pengusaha. Mereka mempunyai beberapa hotel dan resto. Namun Ethan lebih memilih di bagian kuliner ketimbang mengelolah hotel. Selain karena usaha sendiri dia terkadang juga dibantu oleh sahabatnya si sang penguasa Alvaro Ricolas.
Dan saat ini pria itu sedang memantau istri sahabatnya itu yang kebetulan ada di cafenya saat ini.
"Kenapa penampilan mereka mengerikan seperti itu?" ujarnya. Bersembunyi di balik koran yang dipegangnya. Duduk tak jauh dari kedua wanita yang merupakan istri para sahabatnya, Al dan Jason.
Saat ini pria itu sedang menunggu kedatangan para sahabatnya yang telah ia hubungi langsung, begitu melihat para istri itu masuk cafe dengan penampilan yang berantakan.
Beberapa menit kemudian, terlihat seorang wanita yang postur tubuhnya cukup tinggi, berlari dengan high heelsnya yang cukup tinggi, tas selempang kecilnya ikut bergoyang seiring langkah kakinya. Dan ternyata wanita itu menghampiri istri sahabatnya.
"Siapa wanita itu?" gumamnya.
Terlihat wanita itu tertawa terbahak-bahak.
"Sepertinya mereka sangat akrab," ujarnya lagi. "Mana sih itu orang, belum sampai juga." Melihat jam tangan mahal yang melingkar di tangannya. Lalu kembali fokus ke arah para wanita itu masih dengan koran di tangannya.
"Kimmy?" ujarnya kembali, saat mendengar suara Aurora dan Rebecca setengah berteriak. "Aku baru dengar. Kalau memang dia temannya, kenapa baru kelihatan sekarang yah?" Memiringkan kepalanya kembali di balik koran.
"Apa yang kau lakukan?" Terdengar suara bariton yang tiba tiba saja ada di sampingnya. Entah sejak kapan kedua pria itu berdiri di sana, sebab langkah kakinya bahkan tak terdengar. Atau memang dia yang terlalu fokus mengintai.
"Ngapain kalian berdiri. Duduk!" Setengah berbisik. "Ntuh!" Telunjuknya mengarah ke meja para wanita yang sedari tadi diintainya. "Lihat tuh penampilan istri kalian? Kayak habis perang dunia."
Al dan Jason serentak menatap ke arah istrinya yang saat ini sedang diobati.
"Baguslah karena sudah ada Kimmy yang mengobati mereka," ujar Jason.
"Memang itu siapa?" ujar Al namun matanya tetap mengarah ke istrinya.
"Kimmy itu seorang dokter. Kakak kelas Aurora dan Rebecca waktu SMA. Tapi karena mereka akrab jadi sampai sekarang mereka sahabatan." Al hanya diam sedangkan Ethan mengangguk.
"Cantik!" Ujar Ethan tiba-tiba. Membuat Al dan Jason seketika melihatnya.
"Kenapa? Kenapa kalian melihatku seperti itu?"
"Semua wanita di bilang cantik. Tapi sampai sekarang masih jomblo." Jason mencebikkan bibirnya.
"Hey, aku jomblo bukan karena aku takut yah menembak cewek yah. Hanya saja belum dapat yang bisa menggetarkan hati seorang Ethan Sandraders." Membusungkan dada menepuk dadanya.
"Basi!" ujar kedua pria di depannya, membuat Ethan melotot tak percaya. Dadanya terasa sesak. Nasib jomblo gini amat yah! Lebay.
"Kita ke sana!" Tanpa aba-aba Al langsung berdiri, kedua sahabatnya itu pun ikut mengekor di belakang sang penguasa itu.
Begitu sampai di meja itu, Al kemudian membawa istrinya ke kamar Ethan. Sedangkan Ethan sendiri langsung duduk disamping wanita yang ia baru tahu berprofesi sebagai dokter itu.
Ethan pun akhirnya mengajak Kimmy berkenalan. (Selengkapnya ada di ISTRI KEDUA SANG PENGUASA, app Hinovel Bab 13)
Kimmy dan Ethan saling pandang saat melihat kemesraan antara Rebecca dan Jason di depan mereka.
Keduanya menghembuskan nafas kasar lalu bersandar di kursi.
"Nasib jomblo kayak gini nih!" ucap Ethan lesu.
"Kamu aja kali yang jomblo, aku sudah punya calon suami yah!" Kimmy menatap sekilas pria disampingnya.
"Yah tetap saja. Belum bisa merasakan keromantisan seperti didepan kita saat ini," ucap Ethan tak mau kalah.
Tiba-tiba saja ia menegakkan duduknya, lalu tangannya mengelus rambut Kimmy, membuat wanita itu spontan melotot marah, namun kemarahan itu berubah menjadi senyuman saat mendengar ucapan pria itu.
"Kamu nggak papa sayang?" ejeknya meniru ucapan Jason baru saja. Kimmy yang tahu kemana arah sandiwara itu pun ikut menimpali.
"Aku nggak papa kok, Sayang. Lecet sedikit aja." Menirukan ucapan Rebecca lalu sedetik kemudian mereka berekspresi muntah. Huek!
Kedua anak manusia itu pun tertawa terbahak-bahak, lalu melakukan tos dengan riangnya. Sedangkan pasangan yang ia ejek menggelengkan kepala menatap kedua orang kurang akhlak didepan mereka.
"Mereka cocok yah, Sayang?" bisik Rebecca.
"Sangat," jawab Jason rendah. "Sama sama gesrek!"