Pustaka
Bahasa Indonesia

Disangka Simpanan Ayahku Oleh Ibu Tiriku

5.0K · Tamat
Mayang Pemuda
9
Bab
64
View
9.0
Rating

Ringkasan

Hari wisudaku bertepatan dengan hari pernikahan ayahku, diadakan di hari yang sama di lapangan kampus. Hanya karena tas Chanel terbaru yang kugantung di lenganku, ibu tiriku yang mengenakan gaun pengantin merobek bajuku dan menyerangku dengan kejam, bahkan menuangkan asam sulfat padaku. Saat ayahku tiba, aku tahu segalanya sudah terlambat. Demi pernikahan ayahku, aku terbang pulang dari luar negeri. Malam sebelum pernikahan, aku dengan bahagia memposting foto ayahku dan aku di bawah matahari terbenam. Namun, ibu tiriku, yang hanya lima tahun lebih tua dariku, melihat tas Chanel terbaru yang ku pakai dan langsung iri. Dia mengira aku adalah wanita penggoda yang hanya ingin uang. Di hari wisudaku, dia datang dengan pengawal, menjatuhkanku ke tanah. Pakaianku sudah robek, dia duduk di atas tubuhku, gaun pengantinnya yang putih mulai ternoda dengan bercak darah. Sambil menjambak rambutku dan membenturkan kepalaku ke tanah, dia mengacungkan ponselnya ke wajahku yang penuh darah dan air mata, sambil berteriak dengan hinaan tajam: "Tahu kenapa pernikahanku diadakan di sini? Karena aku ingin semua orang melihat wajah aslimu, si jalang kecil." "Aku akan merusak wajahmu! Lihatlah bagaimana kamu akan menggoda suamiku sekarang!" "Masih muda tapi sudah berani menggoda lelaki orang. Berani-beraninya kamu mengganggu suami orang, hari ini aku akan mengajarkanmu pelajaran seumur hidup!" Aku melawan, membuatnya semakin marah, dan dia langsung menuangkan asam sulfat padaku. Sebelum aku kehilangan kesadaran, ayahku datang dengan polisi.

RomansaPerselingkuhanRevengePengkhianatanSalah PahamKeluargaPernikahan

Bab 1

Mendekati hari kelulusan, ayah meneleponku yang sedang mengikuti program pertukaran pelajar di luar negeri, memberitahuku bahwa dia akan menikah lagi. Aku dengan cepat pulang di hari pernikahannya.

Sudah sepuluh tahun berlalu sejak ibu meninggalkan kita. Ayahku tenggelam dalam kesedihan mendalam dan masih ada benda peninggalan ibu di rumah.

Aku berulang kali membujuk ayahku untuk tidak larut dalam kenangan masa lalu, dan kali ini dia akhirnya menemukan pasangan yang cocok untuk berjalan beriringan selama sisa hidupnya.

Karena itu aku harus hadir di pernikahannya. Agar tidak melewatkan upacara wisuda, ayah memilih menyelenggarakan pernikahan di universitasku.

Turun dari pesawat, aku langsung menuju asrama untuk mengganti pakaianku dengan toga wisuda. Melihat masih ada waktu luang, aku membuka ponselku.

Alhasil, aku melihat akun ibu tiriku yang baru aku ikuti semalam sedang melakukan siaran langsung.

Di dalam siaran langsung itu ibu tiriku terlihat cantik mengenakan gaun pengantin putih, tetapi matanya berkaca-kaca dengan hidung yang memerah.

Aku mengerutkan kening, dan tanganku yang berencana menutup siaran langsung itu terhenti.

Meskipun aku tidak akrab dengannya, bagaimanapun juga, dia adalah orang yang telah dipilih oleh ayahku untuk menghabiskan sisa hidup bersamanya dan akan menjadi keluargaku.

Pernikahan yang seharusnya diliputi kebahagiaan itu malahan diisi dengan tangisan tersedu-sedu.

"Terima kasih atas dukungan kalian semua, aku juga tidak menyangka mahasiswi jaman sekarang begitu hebat, tempat pernikahanku pun ditentukan oleh wanita itu!"

Muncul komentar berjalan di layar "Berantas pelakor, beri hukuman wanita jalang!"

Reaksi pertamaku adalah pasti ada kesalahpahaman. Ayahku selalu bersih dalam hal hubungan pria dan wanita, bahkan ibu tiriku yang masih muda ini baru dia lamar setelah berpacaran dua tahun.

Komentar yang kutulis untuk membujuknya bersikap tenang dan mencari kejelasan dalam sekejap hilang dari layar termakan oleh komentar-komentar yang menghujat wanita simpanan itu.

Karolina, calon ibu tiriku itu terus berbicara dan semakin sedih, dia terisak sambil berkata, "Hari ini adalah hari pernikahanku, tapi wanita simpanan itu mengirim foto mesra mereka berdua dan dia mengatakan dialah cinta sejati di hati suamiku. Dia juga mengatakan pernikahan impianku ini diselenggarakan karena dia tidak menyukainya sehingga menyuruh suamiku menyelenggarakannya untukku, dan bahkan mengatakan di mana pernikahan diselenggarakan, diselenggarakan atau tidak itu semua keputusan wanita itu ...."

"Dia bahkan, dia bahkan berkata ...."

Suara Karolina tercekat dan tidak bisa berkata-kata, dia bertutur lirih, "Pernikahanku tertunda merupakan sebuah pelajaran kecil yang wanita itu berikan kepadaku. Aku terlalu marah dan aku menyumpah serapahi wanita itu, akibatnya, dia berkata dia akan membatalkan pernikahan ini dan menjadikanku lelucon di hadapan semua orang."

Karolina menutupi wajahnya dan mulai menangis setelah selesai mengatakan hal ini, dan kolom komentar di siaran langsung pun meledak.

Ada yang memarahi mahasiswi yang tidak berperilaku baik yang menjadikannya tidak ada bedanya dengan pelacur, ada yang mengutuk bahwa seorang wanita simpanan pantas dikuliti sampai mati, dan ada yang menghibur Karolina untuk tidak bersedih lagi.

Melihat Karolina yang terus menangis tanpa mengucapkan sepatah kata pun, hanya tersisa isakan dan bahu yang bergetar, para netizen di dalam siaran langsung berubah menjadi pembela keadilan. Mereka beramai-ramai menyuarakan akan membantu Karolina melawan wanita simpanan itu.

Setelah banyak permintaan di bagian komentar, Karolina melaporkan nama universitasku dan seorang netizen menjawab cepat,

"Adikku juga berada di universitas ini dan dia mengatakan universitas ini kacau balau! Terutama mereka yang bersekolah ke luar negeri, mengandalkan kekayaan keluarga mereka dan tidak ada yang tahu kehidupan pribadi mereka sebusuk apa!"

Banyak juga alumni sekolahku yang dikagetkan dengan berita ini, datang meramaikan suasana terus-terusan meminta agar Karolina menunjukkan foto wanita simpanan itu.

Melihat keadaan yang semakin tidak terkontrol itu, aku segera keluar dari ruang siaran langsung dan mengirimkan SMS kepada Karolina. Meskipun aku dan dia tidak akrab, tetapi dalam dua tahun terakhir ini ayahku sering berbicara kepadaku tentangnya, mengatakan bahwa dia wanita yang lemah lembut dan mandiri, akan tetapi aku sedikit tercengang melihat Karolina yang ada di dalam siaran langsung, apakah benar itu dirinya.

Tidak ada balasan SMS darinya, jadi aku bergegas menelepon ayahku.

"Ayah, apakah kamu ada kesalahpahaman dengan ... Bibi Karolina? Kamu tidak punya wanita simpanan bukan? Cepat beri dia penjelasan."

"Sarah, apa yang kamu bicarakan? Bagaimana mungkin Ayah punya wanita simpanan, apa yang sebenarnya terjadi?"

Aku juga tidak dapat menjelaskan apa-apa padanya, "Pokoknya, Ayah, kamu harus segera menghubungi Bibi Karolina, kalau tidak, kamu tidak bisa menikah kali ini! Dia mengatakan kamu punya wanita simpanan di luar, dan karena itu dia ingin membatalkan pernikahan ini, kamu ...."

Brak!

Belum selesai berbicara, pintu kamarku tiba-tiba dibuka keras oleh sekelompok orang, aku langsung berdiri dan melihat ke arah mereka yang penuh amarah dan segera menutup telepon.

Karolina yang baru saja ada di dalam layar ponselku, muncul di hadapanku.

Dan ada juga sekelompok petugas sekuriti memenuhi kamar asrama kecil itu.

"Siapa kalian? Kenapa kalian masuk seenaknya saja ke dalam asrama perempuan?"

"Dasar wanita jalang perayu suami orang, aku akan mengajarimu bagaimana menjadi 'orang'."

Karolina maju dengan satu langkah lebar,

PLAK! PLAK!

Dia menampar pipi kanan dan kiriku, mataku serasa terlempar keluar, pikiranku kosong dan terdengar dengungan keras di telingaku disertai getaran di bola mataku.

Belum sempat aku bereaksi, aku merasakan badanku terangkat melayang di udara, diikuti kesakitan yang tajam, lenganku terasa terjapit japitan besi raksasa.

Kemudian aku melihat dua tangan kekar dan besar meremas lenganku dan mengangkatku keluar dari asrama.

Sedangkan ekspresi panik dan kebingunganku itu beserta pipi merah bengkakku, semuanya ditampilkan langsung di dalam akun siaran langsung Karolina.

"Semua penonton lihatlah! Inilah mahasiswi yang merayu suamiku. Lihatlah parasnya, paras seorang perayu licik, rambutnya dicat warna-warni, dengan melihat saja sudah tahu dia bukan wanita baik-baik."

"Sungguh tidak tahu keluarga seperti apa yang membesarkan wanita busuk seperti ini!"