Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. GELAGAT ANEH AYAH TIRI

Setelah memastikan bahwa pak Wanto sudah terlelap, saat itu juga Amira buru-buru masuk ke dalam kamar. Dia bergegas membuka lemarinya untuk mengambil tas yang berisi uang untuk ongkos pulang. Amira tidak perduli dengan pakaiannya yang tersimpan di lemari itu. Yang ia inginkan hanya lah bisa membawa kabur adiknya dan keluar dari rumah itu.

Setelah mengambil tasnya, di saat itu juga Amira dengan pelan-pelan membangunkan adiknya yang tertidur pulas. Degup jantung Amira berdetak kencang, dia masih diselimuti rasa ketakutan, walaupun sudah memastikan bahwa ayah tirinya sudah tertidur, tetapi tetap saja Amira tidak bisa tenang. Sambil membangunkan adiknya Amira sesekali melihat ke arah pintu kamarnya, takut kalau tiba-tiba ayah tirinya masuk dan memergokinya yang akan kabur dari rumah itu.

Tidak lama kemudian Amira berhasil membangunkan adiknya. Yeni terlihat masih mengantuk, gadis kecil itu terlihat kebingungan melihat kakaknya yang membangunkannya. Melihat adiknya seperti itu, Amira mencoba menenangkannya, dia tidak mengatakan apapun karena menganggap adiknya itu tidak akan mengerti apa-apa.

"Dek, diam dulu di sini yah, jangan berisik." Amira berbisik di telinga adiknya.

Gadis kecil itu mengangguk. Kemudian Amira bangkit lalu berjalan kembali untuk memastikan keadaan di luar, dengan langkahnya yang pelan karena masih merasakan sakit di area kewanitaanya, Amira berjalan untuk melihat ayah tirinya di ruang tamu. Pada saat itu Amira kaget karena pak Wanto ternyata sudah bangun, dan dia tengah menghisap rokoknya, untungnya pak Wanto tidak melihat Amira, dia fokus menatap layar HP-nya.

Di situ lah Amira bergegas kembali ke kamar karena saking paniknya dia tidak mau jika sampai ayah tirinya melihatnya. Tidak lama kemudian Amira kembali masuk dan dia duduk di dekat adiknya dengan muka tegang. Degup jantungnya berdetak kencang.

"Kak..."

"Sutttt!" Amira meminta adiknya untuk diam.

Yang akhirnya Yeni langsung diam saat itu juga, gadis kecil itu tampak kebingungan melihat kakaknya yang bertingkah aneh. Sedangkan Amira bergegas kembali memasukkan dan menyembunyikan tasnya yang berisikan uang karena takut diketahui oleh ayah tirinya. Setelah itu dia langsung mengajak adiknya untuk tidur kembali.

Tidak lama kemudian adiknya itu terlelap, sedangkan Amira tidak bisa istirahat dengan tenang, dia juga merasakan sakit di area kewanitaanya setelah mendapatkan perlakuan buruk dari ayah tirinya yang merenggut paksa keperawanannya. Dengan tubuh terbaring Amira tidak henti-hentinya menitikkan air mata, hatinya sangat sakit karena harus merasakan penderitaan yang berat.

Amira kesulitan untuk bisa kabur dari rumah itu karena pak Wanto sering kali begadang untuk main judi online. Setelah merasa gagal tidak bisa keluar dari rumah waktu itu. Yang akhirnya Amira memikirkan rencana lain. Amira menemukan ide lain setelah dia memikirkan keadaan.

"Sepertinya besok aku harus berpura-pura mau kerja dan mengantarkan Yeni ke sekolahan. Dengan begitu pasti ayah tiriku enggak akan curiga. Yah aku harus melakukan itu, aku tidak sanggup lagi tinggal di sini, aku sakit banget dengan perlakuan ayah tiriku," ucapnya dalam hati dengan air mata yang tidak hentinya mengalir.

Amira sudah berusaha tegar menghadapi permasalahan itu. Tapi nyatanya dia tida sekuat itu, Amira juga sudah mencoba bertahan berjalan ayah tirinya sadar, namun nyatanya tidak, justru Amira mendapatkan perlakuan yang lebih menyakiti, yang dimana dia harus merelakan tubuhnya dinikmati lelaki tua yang bejat.

***

Pagi itu Amira menyiapkan sarapan dan mengurusi adiknya. Dia berpura-pura terlihat seperti biasa saja walaupun sebenarnya tidak bermaksud untuk mengantarkan adiknya ke sekolahan. Namun dia memakaikan seragam dan mengajaknya sarapan.

Pada saat itu pak Wanto terlihat tengah sarapan, matanya terus menatap ke arah anak tirinya. Raut wajahnya terlihat senang setelah semalam dia bisa menikmati tubuh anak tirinya itu. Sedangkan Amira yang melihat ayah tirinya seperti itu, dia berpura-pura tidak tahu dan menyibukkan dirinya mengurus adiknya.

Setelah adiknya rapih mengenakan seragam, kemudian sarapan terlebih dahulu. Setelah itu Amira berpamitan kepada ayah tirinya. Dia berlaga seperti biasanya karena tidak mau dicurigai oleh ayah tirinya.

"Pak aku nganterin Yeni dulu yah, terus nanti langsung mau ke tempat kerja," ucap Amira.

"Kamu ke sana harus sama bapak!" Pak Wanto tiba-tiba saja bicara seperti itu.

Sontak Amira kaget.

"Emang mau ngapain, Pak?" tanya Amira gugup.

"Bapak yang akan nganterin kamu ke tempat kerja kamu dan kamu harus minta gaji kamu sekarang. Terus kamu tidak boleh kerja di situ lagi," ucap pak Wanto menjelaskan.

Amira semakin meningkat, dia tidak mengerti dengan ucapan ayah tirinya itu yang memintanya untuk tidak kerja di sana lagi.

"Kalau aku gak kerja, terus siapa yang nyari buat biaya makan, Pak?" tanya Amira.

"Sudah lah kamu turuti saja omongan bapak. Pokonya kamu jangan khawatir soal makan sih, ya udah ayok, sekalian bapak antar kamu," timpal pak Wanto.

Disitu Amira tidak bisa berkutik lagi. Dia yang ingin kabur saat itu, namun nyatanya ayah tirinya malah mengajaknya ke tempat kerjanya untuk meminta gaji. Amira kebingungan karena sebenarnya uang gajinya sudah ada di dalam tasnya. Tapi karena takut jika bilang begitu ayah tirinya akan marah. Yang akhirnya Amira menuruti saja perkataannya.

Sepuluh menit kemudian setelah mengantarkan adiknya, Amira kembali menghampiri ayahnya yang sudah menunggu di tepi jalan menaiki sepeda motornya. Amira benar-benar merasa deg-degan, dia tidak tahu lagi akan terjadi apa dengan dirinya. Namun saat itu Amira sempat berfikir positif, Amira mengira kalau ayah tirinya akan bekerja, sehingga dia memintanya untuk tidak bekerja lagi.

"Ayok cepat, nanti keburu siang," ucap pak Wanto.

Amira akhirnya bergegas menaiki sepeda motor itu. Dengan di bonceng ayah tirinya, berangkatlah mereka menuju sebuah toko tempat Amira bekerja. Sesampainya di sana, Amira langsung meminta ayah tirinya diam di situ menunggu.

"Pak. Bapak di sini aja yah, biar aku yang ke dalam," ucap Amira pelan.

"Iya sudah cepat, jangan lama-lama," balas pak Wanto.

Amira pun meninggalkan pak Wanto, dia segera masuk dan menghampiri temannya yang bernama Ayu. Saat itu temannya pun kaget melihat Amira yang sudah izin keluar, tapi dia kembali lagi.

"Amira? Kamu," ucap Ayu.

Disitu Amira langsung menjelaskan semuanya di depan Ayu. Dan akhirnya temannya itu mengerti.

"Ya sudah, Mir. Kamu hati-hati aja yah, pokonya kalo ada kesempatan kamu harus kabur," ucap Ayu menyarankan karena merasa prihatin dengan Amira.

Amira mengangguk sebelum akhirnya dia buru-buru kembali menghampiri ayah tirinya. Tidak menunggu lama akhirnya pak Wanto membawa Amira untuk segera pulang. Di sepanjang jalan Amira merasa gugup, dan dia juga tidak mengerti dengan apa yang akan dilakukan oleh ayah tirinya.

Tiga puluh menitan sampai lah mereka di depan rumah.

"Ayok masuk," ucap pak Wanto dengan nada bicara yang keras.

Amira mengikutinya dari belakang, setelah masuk kedalam rumah, disitu pak Wanto langsung meminta Amira untuk memberikan uangnya.

"Mana sini uang yang tadi," pinta pak Wanto.

Tidak bicara lagi Amira mengambilkan uang gajinya lalu memberikan kepada ayah tirinya. Terlihat pak Wanto langsung tersenyum senang melihat uang itu.

"Haha ... Bagus, ini yang aku tunggu," ucap pak Wanto.

"Pak. Aku masih tidak mengerti kenapa aku tidak boleh kerja di sana lagi?" tanya Amira tampak gugup.

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel