8. DIPAKSA JUAL DIRI
Mendengar pertanyaan anak tirinya, pak Wanto malah tertawa.
"Sini kamu duduk dulu," pinta pak Wanto.
Yang akhirnya Amira pun duduk di sebelah ayah tirinya itu.
"Begini, Sayang. Kenapa bapak minta kamu untuk tidak kerja di sana lagi? Itu karena ada pekerjaan buat kamu, dan yang pasti penghasilannya akan jauh lebih besar," ucap pak Wanto.
Amira membuka matanya lebar-lebar, ia kaget mendengar ucapan ayah tirinya.
"Maksudnya, kerja di mana, Pak?" tanya Amira.
"Begini. Kamu sekarang harus nurut apa kata bapak! Kamu harus melayani orang-orang yang ingin kepuasan, dengan begitu kamu tidak perlu capek lagi kerja, dan pastinya kamu akan mendapatkan uang banyak," ucap pak Wanto.
Saat itu juga Amira tertegun. Dia kaget mendengar perkataan ayah tirinya yang meminta untuk menjadi pemuas lelaki hidung belang, secara tidak langsung ayah tirinya itu mau menjual tubuh anak tirinya.
"Pak. Aku enggak mau, Pak," ucap Amira yang langsung menangis.
"Heh! Jangan bilang enggak mau! Justru dengan cara itu kita bisa cepat melunasi hutang, terus nanti kita bisa hidup enak!" Pak Wanto kembali melototin anak tirinya.
"Tapi enggak harus seperti itu, Pak. Aku takut," balas Amira seraya terus menangis.
Melihat anak tirinya seperti itu, pak Wanto merasa geram, dia langsung menamparnya sambil membentak. Amira menangis sambil memegangi pipinya yang terasa sakit, karena takut jika ayah tirinya bertindak lebih kejam, yang akhirnya Amira mau enggak mau harus menuruti apa yang dikatakan oleh ayah tirinya.
"Bapak janji, jika kamu nurut sama bapak untuk menjalankan profesi itu. Bapak tidak lagi akan berlaku kasar sama kamu. Tapi jika kamu tidak mau menuruti, maka kamu dan adikmu itu akan bapak siksa!" Pak Wanto dengan keras mengancam.
Disitu lah akhirnya Amira mengiyakan ucapan ayah tirinya. Meski hati kecilnya sangat-sangat tidak mau menjadi gadis pemuas, namun keadaan lah yang memaksa dia harus menuruti perkataan ayah tirinya. Pak Wanto meminta Amira untuk dandan dan berpakaian sexy, setelah itu dia juga meminta Amira untuk memasarkan dirinya di media sosial. Pak Wanto pun ikut andil dalam urusan itu.
Pak Wanto yang juga bermain HP, dia juga menawarkan anak tirinya kepada bos-bos yang pernah menjadi bosnya pada saat dulu bekerja. Karena memang Amira memiliki paras yang cantik, ditambah usianya yang masih muda, sehingga dengan cepat banyak orang-orang yang bersedia membayarnya demi bisa menikmati tubuh mungil gadis itu.
"Hahaha ... Tenang aja, Sayang. Sudah banyak orang yang akan membayar kamu. Bapak juga pasang harga yang cukup mahal," ucap pak Wanto tertawa senang.
Raut wajah Amira benar-benar terlihat sedih. Sedangkan pak Wanto yang melihat itu, dia langsung meminta Amira untuk tersenyum dan tidak terlihat murung.
"Amira. Kamu tidak boleh menangis, bapak mau kamu terlihat ceria. Ingat, sebentar lagi ada orang yang aka datang. Dia itu bos, nanti kamu ikut sama dia. Pokonya kamu layani orang itu, namanya pak Dodi. Dia berani membayar mahal tubuhmu," ucap pak Wanto sedikit merayu.
Amira hanya bisa mengangguk. Pak Wanto tersenyum menatap anak tirinya. Tidak lama kemudian terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya. Sontak pak Wanto dan Amira langsung melihat ke arah luar. Terlihat lah sebuah mobil mewah berwarna hitam. Selang beberapa saat keluar seorang lelaki bertubuh tinggi besar, wajahnya cukup tampan.
"Nah, itu pak Dodi datang. Bapak minta kamu harus baik sama dia," ucap pak Wanto mengingatkan.
Kemudian pak Wanto langsung bangkit dari tempat duduknya untuk menyambut kedatangan pak Dodi yang sudah berniat untuk membayar mahal tubuh gadis itu.
"Silahkan masuk, Pak," ucap pak Wanto dengan ramahnya.
"Iya, Pak. Terimakasih," jawab pak Dodi tersenyum.
Ketika pak Dodi masuk kedalam ruangan itu. Terlihat pak Dodi terpesona dengan kecantikan Amira. Dia tersenyum seraya menyapanya. Amira yang sudah diajarkan oleh ayah tirinya untuk terlihat baik, dia pun tersenyum dan menyambut ramah pak Dodi, seorang lelaki berusia 30 tahunan dan memiliki tubuh besar.
"Ya sudah, Pak. Amira langsung aku bawa aja yah, urusan uang nanti saja lah, Oke," ucap pak Dodi yang sudah tidak sabar untuk menikmati tubuh gadis itu.
"Oke siap, Pak. Silahkan," balas pak Wanto tersenyum.
Tidak menunggu lama akhirnya Amira diajak masuk kedalam mobil oleh pak Dodi, dan saat itu juga pak Dodi langsung melajukan mobilnya menuju ke sebuah hotel. Di dalam mobil Amira terlihat gugup, dari raut wajahnya dia masih terlihat ketakutan, apalagi melihat tubuh lelaki disebelahnya yang besar. Hal itu membuat Amira semakin ketakutan.
"Kamu adalah gadis cantik, bapak minta kamu melayani bapak dan bisa memuaskan. Tenang saja Amira, bapak akan memberikan uang yang banyak asal kamu bisa memuaskan ku," ucap pak Dodi sambil fokus menyetir mobilnya.
Amira tidak menyahuti, dia hanya diam saja karena dalam hatinya Amira memang merasa ketakutan jika harus melayani lelaki bertubuh besar, apalagi sampai sekarang pun Amira masih merasakan sakit di area kewanitaanya setelah dipaksa melayani ayah tirinya. Meski begitu, Amira mencoba untuk diam saja dan berusaha terlihat tenang.
Sekitar tiga puluh menit perjalanan, sampailah di sebuah hotel berbintang di kawasan Jakarta. Pak Dodi dan Amira langsung turun. Terlihat jika mereka berdua seperti bapak dan anak, karena memang Amira yang berpostur tinggi hanya 150 dan bisa dibilang mungil, tapi hal itu malah membuat pak Dodi tertarik karena Amira benar-benar cantik dan menggemaskan.
"Ayok kita ke sana," ajak pak Dodi yang langsung menggandeng Amira.
Tidak lama setelah mengurus semuanya, pak Dodi kembali mengajak Amira menuju kamar hotel sesuai nomor yang sudah didapatkan. Saat itu Amira benar-benar terlihat gugup, dia sudah berusaha untuk terlihat biasa saja, namun tetap saja Amira tidak bisa menyembunyikan ketakutannya.
"Ke sini, Sayang." Pak Dodi mengajak Amira berbelok sebelum akhirnya dia langsung membuka pintu kamar yang dipesannya.
Kemudian keduanya langsung masuk kedalam kamar hotel yang nampak indah. Namun keindahan ruangan itu tidak membuat Amira tersenyum senang, justru dia semakin deg-degan.
"Kamu kenapa, Sayang? Takut iya?" tanya pak Dodi.
"Enggak, Pak," jawab Amira berusaha tidak gugup.
"Hehe ... Baguslah." Pak Dodi tertawa lalu melepaskan bajunya.
Dia terus melepaskan celananya juga, hingga pak Dodi hanya mengenakan celana dalam. Disitu Amira sudah benar-benar ketakutan, bagaimana tidak, tubuh pak Dodi itu tinggi besar, dan ketika melepaskan pakaiannya disitu terlihat tubuhnya yang berotot kekar. Hal itu membuat Amira makin ketakutan.
"Ke sini, Sayang," ucap pak Dodi yang langsung duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
"Aku harus bagaimana, Pak?" tanya Amira gugup.
Pak Dodi hanya tertawa kecil mendengar ucapan Amira. Kemudian pak Dodi langsung menurunkan celana dalamnya sehingga terlihat lah batang kejantananya yang berukuran besar dan panjang, dan bahkan lebih besar dari milik pak Wanto. Sontak Amira kaget, dia membuka matanya lebar-lebar melihat ukuran batang kejantanan pak Dodi.
Pak Dodi kembali duduk, dan dia juga meminta Amira untuk mengulum batang kejantananya yang memang sudah berdiri tegak dan keras.
"Di apain, Pak?"
"Kamu jongkok dulu, kulum punya bapak, ayok," pinta pak Dodi.
Amira terlihat kaget, karena dia belum pernah melakukan hal itu.
*****