Bab.6. Ngedate Sama Dosen
"Mbak Aurel, dicari pacarnya di teras depan kost!" seru mbak penjaga kost-kostan exclusive tempat Aurel tinggal dari lantai 1.
Kamar Aurel ada di lantai 2, satu lantai bersebelahan dengan teman sekampus satu angkatannya Jovanka. Mendengar bahwa kawannya dicari pacarnya, gadis itu pun mendadak kepo dan keluar dari kamarnya.
"Widihh ... pacar baru ya, Rel?" ucap Jovanka berdiri bersedekap di bingkai pintu kamar Aurel.
Aurel yang sudah berdandan maksimal dan sedang memulaskan liptint beraroma cherry di bibir ranumnya pun mendengkus kesal. "Ahh, kepo loe, Van! Gue cabut dulu ya, takut cowok gue kelamaan nunggu. Bye ...," cerocos Aurel ramai seperti biasanya. Dia menyelempangkan sling bag di tubuhnya lalu mengunci pintu kamar kostnya.
"Oke deh, selamat kencan, Aurel Comel!" balas Jovanka lalu melongokkan kepalanya dari susuran pagar beton lantai 2 ke arah teras untuk melihat siapa cowok baru kawannya itu.
Ketika si cowok yang dibilang pacar baru Aurel itu membalikkan badannya di teras menghadap ke gadis yang dijemputnya, Jovanka sontak terperangah dan berseru, "HAHH? PROF. REYNOLD?! Gelooo si Aurel pacaran sama dosen dia!"
Sementara itu di teras, Reynold yang berdiri menunggu teman kencannya itu menoleh ketika mendengar suara riang Aurel menyapanya, "Hai, Ayang Reynold. Maaf ya nunggu lamaan dikit!"
Senyuman tampan sontak menghiasi raut wajah dosen ganteng itu. Dia memandangi penampilan teman kencannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Hai, Sayang! Berangkat sekarang aja ya ntar keburu kemaleman," sahut Reynold lalu menyodorkan lengannya untuk digandeng oleh Aurel.
Mereka berdua berjalan bersama ke halaman parkir kendaraan tamu kost. Kemudian Reynold membukakan pintu mobil Honda Civic miliknya untuk Aurel. "Silakan, Cantik!" ucapnya sembari mengulum senyum.
Aurel pun naik ke kursi samping pengemudi dengan anggun. Malam itu dia mengenakan midi dress off shoulder berbahan scuba warna baby blue yang tampak elegan dan soft. Rambut panjang sepunggungnya dia styling ikal membingkai wajahnya yang manis dan imut-imut. Sebenarnya gadis itu memang cantik, tetapi mulutnya itu terkadang seperti bus kopaja yang remnya blong hingga kesannya jutek, badass, rempong.
Ketika teman kencannya hanya diam saja duduk di sebelahnya yang menyetir mobil, Reynold pun berkata, "Jadi kamu mau dinner dimana, Rel?"
"Emm ... aduh, bingung juga soalnya kita kan baru aja deket, Prof ... ehh ... Ayang!" sahut Aurel spontan, dia masih selalu berpikir Reynold itu dosennya. Ya bagaimana lagi hampir setahun dia jadi mahasiswi yang diajar di kelas Parasitologi oleh Reynold. Ditambah lagi sensasinya berbeda dengan James yang sejak awal mengisi bimbingan KRS sudah menarik hatinya.
"Slow, Non ... hmm aku nggak susah sih makan apa aja ayo, kalau kamu sukanya makan apa? Apa mau ke Portable bistro aja, resto langgananku tuh? Menunya asia-western fushion jadi banyak variasinya," ujar Reynold sambil berkonsentrasi dengan lalu lintas di depannya.
"Hmm ... boleh deh, Ayang. Btw, kalau boleh tahu ya, usia kamu berapa sih? Sama Oppa James tuaan siapa?" tanya Aurel penasaran sembari memerhatikan wajah Reynold dari samping.
Mendengar rival abadinya disebut oleh Aurel, kening pria muda itu pun berkerut. Dia menghela napas panjang lalu menjawab, "Kamu masih suka sama Bang James ya, Rel? Emang dia lebihnya apa sih dibanding aku? Kami tuh beda dua tahun tuaan dia, aku 27 tahun."
"Ohh ... masih muda banget ya 27 tahun sudah jadi profesor. Pinter banget dong ya kamunya ...," puji Aurel tanpa menjawab pertanyaan Reynold mengenai perasaannya ke James.
"Lho pertanyaanku nggak dijawab, Rel. Jawablah!" desak Reynold dengan nada ringan. Mereka pun sudah memasuki area parkir restoran tempat kencan malam ini.
Dengan ragu Aurel menjawab, "Masih suka sih. Masa perasaan suka bisa menguap gitu aja sih, Ayang. Maaf ya .... Ohh tentang kelebihannya sebenarnya aku sendiri nggak gitu bandingin, tapi memang penampilan si Oppa James itu tipeku banget. Mirip Oppa Park Seo Joon. Hehehe."
Reynold pun berdecak mendengar jawaban Aurel, dia membatin dengan kesal, 'Gak si Laura, gak si Aurel. Kenapa sih mata cewek-cewek nih kalau lihat Bang James bisa kayak kena pelet!?'
Akhirnya mobil Honda Civic itu terparkir dengan rapi dan Reynold pun mengajak Aurel turun menuju ke restoran. Dia senang dengan penampilan pacar barunya itu yang begitu memancarkan kebeliaannya. Gandengan tangan Aurel di lengannya terasa bergelanyut manja dan cenderung membuatnya gemas.
"Duduk di bagian teras yang dekat garden aja ya, Rel biar santai," ajak Reynold yang diiyakan oleh Aurel.
Lengan Reynold ternyata kekar, nilai Aurel dalam hatinya. Setelah jalan bareng begini rasanya nggak kalah memesona dengan si Oppa PSJ kw. Malahan minus kejutekan sikapnya, Reynold memiliki pembawaan yang menyenangkan dan hangat.
Waiter restoran membagikan buku menu ke Aurel dan Reynold lalu menunggu pesanan mereka berdua.
"Aurel mau makan porsi sendiri-sendiri apa mau sharring menu?" tanya Reynold perhatian sembari melihat-lihat daftar menu di buku.
"Sepertinya kita sharring menu aja lebih asik deh, gimana?" sahut Aurel menatap wajah Reynold.
"Boleh. Kamu pilih dulu deh mau apa menunya, aku habis kamu pesannya," jawab Reynold. Dia sudah memiliki menu favorit sejak dulu.
Akhirnya Aurel memesan Cesar Salad, T-Bone steak , Spicy Angel Hair with Chicken Tomato Mushroom sauce, Lasagna Cheesy Beef, Assorted Dimsum, Crab and Corn Cream Soup, serta jus blueberry segar. Sedangkan, Reynold hanya menambah menu Dorry Frites with Tartar Sauce and Brocolli sauteed dan Egg Benedict, Mango Pudding with Strawberry and Vanilla Ice Cream.
Sepertinya menu yang Aurel pilih sangat banyak, tapi Reynold biasa saja dan tidak mengeluh. Dia hanya berkata, "Order menunya banyak, nanti dihabisin ya, Non!"
"Hehehe ... bantuin ya, Ayang!" jawab Aurel sambil cengengesan yang sontak mendapat cubitan Reynold di pipinya.
"Rel, kamu gemesin deh. Kalau habis dinner main ke apartmentku mau nggak?" tanya Reynold iseng.
"Kamu tinggal sendiri apa gimana di apartment, Ayang Rey?" tanya balik Aurel. Dia agak ragu bertamu malam-malam ke apartment seorang pria sekalipun dia pacarnya.
Reynold pun menjawab santai, "Sendirian kok, kita nanti bisa ngobrol mesra di apartmentku, oke?"
Akhirnya Aurel mengangguk setuju, dia berpesan, "Tapi nanti jangan dimacem-macemin ya di apartment. Kan aku masih bocil, Ayang. Kalau hamil gimana?"
Tawa Reynold pun berderai mendengar pesan pacar remajanya itu. "Kuceritain sesuatu deh ya ... dulu pas sekolah S2, aku tiap malam ganti teman ranjang, kawin sampai bosan selama dua tahun di Michigan. Sekarang sih sudah agak jinak dan lebih alim, jadi kamu jangan kuatir asal ... nggak dipancing-pancing. Kalau sudah kepancing ntar ganas, aku nggak jamin kamu pulang masih virgin!"
"Kok tahu sih kalau aku masih virgin?" sahut Aurel heran.
"Mantan playboy tulen mana mungkin meleset, Rel! Dahlah ... pokoknya percaya sama aku aja dan jangan mancing-mancing yang agresif, oke?!" jawab Reynold lalu mengerling kepada Aurel.