Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.4. Loe Harus Jadi Pacar Gue!!

Di salah satu meja kantin FKH UGM, Biyan dan Aurel berbincang serius sekalipun dalam suasana santai. Gadis manis itu penasaran juga apa konsekuensi yang harus ia terima hasil keisengannya menggembosi keempat ban mobil Lexus Biyan pagi tadi.

Aurel menyeruput jus mangga dingin miliknya lalu meneguknya sebelum berkata, "Bi, langsung aja deh. Loe mau minta apa buat gantiin yang tadi pagi tuh? Gue ada montir bengkel langganan yang bisa dipanggil sih kalau cuma buat benerin ban gembos."

"Kalau masalah gembosnya sih gampang, gue juga udah handle itu langsung tadi sebelum kuliah pagi. Gue mau loe nggak iseng kayak gitu lagi," tukas Biyan menolak bantuan Aurel.

"Okee—lantas apa dong? Udah clear juga 'kan masalahnya, ngapain diperpanjang kali lebar kali tinggi, Bi?" cerocos Aurel seperti rem yang blong seperti biasa.

Biyan terkekeh gemas dengan kebiasaan gadis tengil satu itu. Dia pun dengan ringan menjawab, "Hukumannya ... loe harus mau pacaran sama gue, dua bulan ya!"

"Anjayaniii tetangga mamak loe, Bi! Ckkk ... kaga—pokoknya kaga mau gue. Apaan sih?!" tolak Aurel heboh yang membuat pengunjung kantin lainnya menoleh ke meja mereka berdua.

Mitha, Elvi, dan Rosma pun cekikikan menertawakan Aurel dari meja pojok kantin. Mereka mencuri dengar obrolan kedua mahasiswa mahasiswi itu.

Tanpa Aurel sadari di balik punggungnya Prof. Reynold sedang melangkah masuk ke kantin kampus bersama dengan Hesti, mahasiswi semester 8 yang rumornya telah menjadi tunangannya. Justru Mitha yang melihatnya, ia tahu bahwa sobat kentalnya itu tengah berpacaran dengan si profesor ganteng itu.

'Hadeeuhh ... runyam dah, ini si Biyan nembak cewek kok kaga elegan amat, masa di tengah kantin rame begini pulak!' batin Mitha ketar-ketir kuatir Prof. Reynold mendengar perbincangan Biyan dan Aurel.

Namun, Mitha pun tak senang melihat si profesor ganteng yang baru jadian dengan sobatnya sok mesra dengan kakak angkatannya yang terkenal sok kecakepan seantero kampus ungu. 'Hmmm ... emang sih tagline kalau selingkuh itu ibarat pertemuan dua ulat bulu yang sama-sama gatal,' batin Mitha konyol lalu tak mau ikut ambil pusing dengan hubungan Aurel dengan kedua pria yang sama-sama ganteng itu.

Dengan sengaja Reynold duduk di meja belakang punggung Aurel, dia mengerutkan alisnya sekilas melihat gadis pacar backstreet miliknya duduk semeja berdua dengan kakak angkatan yang good looking. Reynold merasa agak cemburu dan ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

"Rel, loe 'kan masih jomblo juga sih! Lalu apa salahnya kalau kita jalan bareng, pacaran singkat gitu buat seru-seruan," bujuk Biyan yang terdengar oleh Reynold dan membuat pria muda itu terkejut.

'Tsskk payah bener nih cowok nembak cewek aja pake maksa!' ejek Reynold dalam hatinya

Sementara itu Hesti yang memerhatikan tunangannya hanya melamun dan tak berminat untuk makan siang pun bertanya, "Mas Rey apa lagi nggak enak badan? Kok makanannya cuma dianggurin aja sih?"

"Ehh—ohh nggak apa-apa kok, Hes. Aku masih kenyang tadi pagi sudah sarapan nasi soto ayam di rumah," kelit Reynold lalu mulai menusuk sepotong siomay ikan tuna dengan garpu lalu melahapnya agar Hesti tak curiga.

Gadis itu pun melanjutkan makan siangnya yang bermenu lontong opor telur ayam. Dia ada pekerjaan asisten dosen di Lab. Mikrobiologi pukul 13.00 WIB sebentar lagi, jadi tidak bisa berlama-lama di kantin.

Selanjutnya percakapan di meja sebelahnya pun berlanjut, Aurel menjawab desakan Biyan tadi, "Aishh ... denger ya, Bi. Sori banget, gue bukan cewek yang butuh status palsu buat pacaran sama cowok. Berasa kurang kerjaan gitu! Paham nggak sih loe?"

"Tapi loe udah gembosin ban mobil gue empat-empatnya tadi dan loe juga yang janji mau tanggung jawab 'kan dengan terima hukuman dari gue. Iya apa iya tadi janji loe? Jangan jilat ludah loe sendiri, Rel!" sembur Biyan tak mau kalah dengan kejutekan maksimal Aurel yang baginya 'ngeselin bingits'.

Reynold diam-diam tersenyum puas sembari membatin memberi semangat kepada Aurel, 'Good Baby A! Semprot aja tuh cowok keganjenan.'

"Minta lainnya aja, kalaupun mesti bayar pake duit gue jabanin, Bi! Loe jangan nganggap gue orang susah deh mentang-mentang mobil gue gak se-WOW tentengan loe!" tantang Aurel sengak. Dia memang selama ini kesal karena mobil Biyan yang mahal itu mencolok sekali di parkiran.

"Nggak bisa, gue kekeuh maunya pacaran sama loe, Rel! Lah loe sensi amat sama mobil gue! Ayolah ... terserah deh mau lebih lama juga boleh ayo aja—" Biyan meraih tangan Aurel ke dalam genggamannya.

Belum juga mereka selesai tawar menawar mengenai berpacaran. Dosen idola segala angkatan melangkah dengan ganteng memesona sendirian ke dalam kantin kampus FKH yang ramai hingga meja makan semua ditempati. James celingukan mencari tempat duduk, kebetulan Laura sedang sibuk di Lab. PA dan memilih untuk menitip dibungkuskan gado-gado untuknya dan juga Mikha.

"Prof. James, duduk bareng kami aja ya!" seru Mitha melambaikan tangannya kepada James yang tersenyum mengangguk dengan ramah.

Usai memesan menu makan siang, James membawa nampan berisi makanan dan minuman pesanannya ke meja ketiga mahasiswi fans beratnya yang sudah mulai dia anggap teman dekat karena terbiasa dengan tingkah tengil yang terkadang juga lucu baginya.

"Kalian nggak ada kuliah nih?" sapa James seraya bersiap-siap untuk makan dengan membuka tissue dari sendok garpu di tangannya.

"Belum, Oppa James. Sekitar satu jam lagi sih ada praktikum di Lab. Mikrobiologi nanti. Nanti Oppa jaga praktikum apa nggak?" cerocos Mitha yang begitu girang bisa semeja makan dengan dosen idolanya yang kece badai.

James menelan batagor siomay di mulutnya lalu menjawab pertanyaan Mitha, "Iya nanti aku ngawasin praktikum sebentar sih. Kalian gelombang berapa?" Dia mengedarkan pandangannya ke seisi kantin dan mengangguk menyapa Reynold yang semeja dengan Hesti. Dia pun melihat Biyan, mahasiswa yang sempat mengejar-ngejar Laura di awal semester kemarin sedang berdebat seru dengan Aurel, gadis nekad yang ngefans berat kepadanya.

"Gelombang satu sih kami berempat bareg si Aurel tuh, Oppa!" jawab Elvi mengendikkan dagunya ke meja Aurel dan Biyan.

"Ehh itu mereka berdua seru amat ngobrolnya kayak kucing sama anjing aja. Hehehe," seloroh James yang sedikit kepo juga dengan obrolan mereka berdua.

Mitha pun menyahut, "Itu si Aurel isengnya kumat tadi pagi ngegembosin ban mobil Mas Biyan empat-empatnya lantas disuruh jadi pacarnya Mas Biyan sekarang. Sayangnya nggak semudah itu lah si bocah tengil nurut maunya Mas Biyan, Oppa!"

Mendengar penjelasan Mitha, ia pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mengerti. Namun, itu bukan urusannya karena ia dan Aurel pun bukan siapa-siapa. Maka James pun melanjutkan makan siangnya saja dan mendengarkan celoteh ketiga mahasiswinya yang cantik-cantik itu. Sesekali ia tertawa karena digoda oleh mereka.

Namun, keributan terjadi ketika Aurel beranjak dari kursinya untuk meninggalkan Biyan sembari membawa beberapa diktat praktikum dan buku literatur. Biyan menarik tangannya tak mengizinkan Aurel kabur darinya hingga membuat barang bawaan gadis itu berjatuhan ke lantai kantin.

Dengan sigap Reynold menolong Aurel memunguti diktat praktikum lalu menyerahkannya ke tangan Aurel. Ia bangkit berdiri menegur Biyan, "Kamu kalau cewek nggak mau jadi pacar kamu jangan maksa dong! Dari tadi juga si Aurel nolak masa nggak paham kalau dia nggak tertarik buat jadi pacar kamu?!"

Biyan merasa agak syok mendengar teguran Reynold. Dia mengerutkan keningnya dengan tak nyaman. "Prof, dengan segala hormat—ini juga bukan urusan Anda. Ini masalah saya sama Aurel!" jawab Biyan dengan sopan sekalipun dirinya kesal.

"Ohh ... masa sih begitu?" tukas Reynold cuek bersedekap lalu menoleh ke Aurel dengan tatapan mesra yang membuat gadis itu sontak salah tingkah.

Hesti yang masih ada di meja makan kantin merasa kurang suka tunangannya membela mahasiswi angkatan bawah yang terkenal tengil di seantero kampus. Dia pun berkata, "Mas Rey, biarin aja napa sih? Itu urusan mereka berdua 'kan?"

Namun, Aurel memang terkadang agak somplak. Dia memeluk pinggang Reynold seraya berkata, "Prof, saya nggak mau pacaran sama Biyan. Dianya maksa mulu—"

Berpuluh-puluh pasang mata di kantin kampus FKH melotot penasaran melihat adegan itu. Ada apa dengan Aurel dan Prof. Reynold?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel