Bab.3. Ban Lexus LS500 yang Gembos
Pagi yang mendung itu Aurel sampai di kampus lebih awal, dia memarkir mobilnya di samping mobil Biyan yang berharga selangit itu. Entah apa pekerjaan orang tua cowok itu hingga bisa membawakan anak mereka supercar mahal begitu, batin Aurel sedikit iri bercampur penasaran juga.
Dia pun turun dari mobilnya dan menguncinya dengan remote. Sebelum beranjak jauh dari tempat mobilnya diparkir, Aurel pun memiliki ide iseng untuk menggembosi keempat ban mobil mewah milik Biyan. Dia pun celingukan melihat keamanan situasi area parkiran mobil kampus FKH itu.
"Yes, mumpung sepi gitu loh!" sorak Aurel lalu segera berjongkok di samping mobil Lexus milik Biyan dan mulai menggembosi ban mobil itu satu per satu.
Ketika Aurel sudah sampai di ban terakhir dari arah belakang punggungnya terdengar suara laki-laki yang tak asing di telinganya. "Lagi sibuk ngapain, Non?"
"Busseeettt! Njriiittt!" seru Aurel mengumpat kasar dan jatuh terjengkang ke tanah dari posisi jongkoknya karena kaget setengah mati.
Biyan bangkit berdiri dari posisi jongkoknya dan bersedekap menatap tajam ke arah wajah Aurel. "Bisa jelasin kenapa loe gembosin ban mobil gue?" tanya pemuda ganteng itu.
Dengan jengah Aurel pun berdiri salah tingkah ter-gap melakukan tindakan isengnya dengan ban mobil Biyan.
"JAWAB!" sentak Biyan galak sambil melotot pada gadis yang celingukan seperti ingin kabur di hadapannya.
Aurel pun membatin, 'Mampus dah gue, apes amat ke-gap pas lagi on action. Gimana ini?!' Dengan terbata-bata gadis manis itu pun berkata, "Ma–maaf ... emm ... gu–gu–gue—"
"Ngapain loe mendadak kayak si Blacky guk guk guk guk?! Gue nanya kenapa loe gembosin ban mobil gue? Gue gak butuh kata maaf loe, ngapain?! Tanggung jawab sekarang!" tuntut Biyan dengan nada mayor yang membuat Aurel sontak panik.
"Bi ... please dong ... gue ada kuliah Prof. Untoro sebentar lagi, mau telat nih! Ntar aja ya kita selesaiin?" Aurel menangkupkan kedua belah telapak tangannya seperti menyembah-nyembah Biyan. Ketika Biyan melotot lagi kepadanya Aurel berkata dengan nada lunak, "pleasee ...."
Setelah menghela napas meredakan kekesalannya dan melirik ban mobilnya yang gembos parah, Biyan pun menjawab gadis itu, "Kulepasin loe buat kuliah, TAPI ... ingat urusan kita belum selesai. Loe ngeselin tahu gak?! Dasar pecicilan!"
"Hehehe ... oke, nanti dilanjut deh. Gue cabut dulu, Bi. Daaaahhh!" Aurel bergegas kabur meninggalkan Biyan yang berkacak pinggang menatap kepergiannya dengan tampang kesal.
'Suer si Biyan galak banget kalau lagi ngamuk! Ntar moga-moga gak ketemu dia dulu deh, seram,' batin Aurel sembari berlari-lari kecil melintasi lobi Lab. Anatomi untuk menuju ke ruang kuliah 101.
Pagi ini ada kuliah Mikroanatomi seri 2, mata kuliah yang susah baginya karena detail yang harus dipelajari sangat banyak mulai dari bentuk penyusun sebuah sel hingga jaringan masing-masing organ tubuh. Jangan sampai mengulang karena dapat nilai C, C itu capek deh karena nanggung hanya sekadar cukup! pikir Aurel dengan jantung berdebar dan napas yang ngos-ngosan sehabis berlari-lari takut terlambat kuliah.
Ternyata benar dia terlambat masuk, untungnya kuliah belum dimulai dan dosennya juga baru saja tiba di ruang kuliah 101. Dengan segera Aurel mengedarkan pandangannya mencari-cari Mitha dan ia pun menemukan sobat kentalnya itu yang mencarikannya bangku kosong di sebelahnya persis. Aurel pun lekas menghampirinya dan duduk di sana.
"Selamat pagi, Adik-adik Mahasiswa Mahasiswi. Pagi ini kita akan mempelajari tentang jaringan kulit. Lapisan kulit terbagi menjadi dua yaitu epidermis dan dermis—" Prof. Untoro menjelaskan gambar penampang melintang jaringan kulit yang ada di layar LCD ruang kuliah 101.
Tak ada satu pun yang berani berisik di kelas profesor tua yang terkenal killer itu termasuk genk cewek Aurel cs. Mereka mendadak kalem dan pendiam di kelas, padahal biasanya berisik dan sering kena tegur dosen lain saat mengikuti kuliah.
Aurel menulis di secarik kertas lalu menaruhnya di meja Mitha. 'Tahu nggak kenapa gue hampir telat?'
Mitha menulis singkat, 'WHY?'
'Gue ke-gap lagi gembosin ban Lexus si Biyan. Hehehe!' tulis Aurel lengkap dengan emoji rotfl di kertas itu lalu menaruhnya di meja Mitha lagi.
Setelah membaca tulisan sobatnya itu Mitha menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ekspresi heran. 'Terus diapain loe sama Mas Biyan?' tulis Mitha kepo.
'Gue minta perhitungannya ntar aja, kan kuliah Prof. Un sih, seram kalau telat, gue gak mau cari mati ngebolos kuliah dosen killer!' balas Aurel di kertas yang sudah penuh dengan tulisan mendatar maupun miring di space yang kosong.
Mitha mendengkus geli lalu menulis, 'Masih punya rasa takut juga loe, Rel. Kirain betina tangguh loe! Wkwkwkk.'
Gadis badung itu memutar bola matanya menanggapi komentar Mitha. Kemudian mereka pun memerhatikan kembali kuliah Prof. Untoro yang sekalipun boring harus mereka ikuti dengan perhatian penuh. Itu mata kuliah sulit dengan 4 sks, bila harus mengulang akan menderita lahir batin.
Setelah 90 menit kuliah Mikroanatomi seri 2 berakhir, para peserta kuliah pun membubarkan diri dari ruang 101. Aurel bersama teman segenk-nya pun keluar dari pintu dan akan menuju ke kantin kampus untuk menunggu jam kuliah berikutnya selain brunch, sarapan kesiangan sebelum waktu makan siang.
Namun, di tengah jalan menuju ke kantin, Biyan bersedekap menunggu Aurel berjalan mendekat ke arahnya. Rasanya Aurel pengin kabur saja, dia malas harus bertanggung jawab atas keisengannya tadi pagi di parkiran mobil kampus. Dia pun mencoba membalik badan, tetapi ...
"Loe, jangan coba-coba kabur, Non!" seru Biyan melangkah lebar menghampiri Aurel yang stuck di tempatnya berdiri tak jadi kabur.
Lengan Biyan merangkul bahu Aurel sembari berkata, "Urusan kita yok kelarin. Mau ngobrol dimana?"
'Mampus dah gue!' keluh Aurel dalam hatinya mendongak menatap Biyan yang bertubuh jangkung di sisi kirinya.
"Emm ... di–di–di kantin aja ya?" jawab Aurel grogi.
"Rel, loe imut deh kalau lagi begini!" komentar Biyan seraya menertawakan adik kelasnya yang usil itu.
Dengan wajah mencebik Aurel hanya bisa merutuki Biyan dalam hatinya. Dia masih berutang tanggung jawab dan entah apa yang akan diminta oleh pemuda itu darinya. Mereka berdua berjalan bersisian menuju ke kantin, lengan Biyan masih bertengger di bahu Aurel.
"Bi, pacar baru loe tuh?" tanya teman seangkatan Biyan yang berpapasan di selasar ruang kuliah yang mengarah ke kantin kampus.
"Huum ... pacar baru, cakep kan, Bro?!" sahut Biyan dengan sok keren menurut Aurel dan itu super duper nyebelin.
Aurel rasanya ingin menjitak Biyan karena seenaknya mengaku-ngaku bahwa dia pacarnya. Sejak kapan gitu loh? M bingits ... M A L E S! Baginya Biyan itu boring sekalipun ortunya tajir. Mendadak Aurel jadi teringat pada pacar barunya, Prof. Reynold.
Kalau dipikir-pikir lagi setelah mereka berkencan panas semalam, pacarnya itu memang cocok dijadikan idola mahasiswi semua angkatan seperti yang selama ini terjadi. Sayangnya mereka harus backstreet karena Mbak Hesti, kakak angkatan semester 8 itu sudah jadi tunangan si dosen ganteng. Masa iya dia mau battle adu jambak dengan Mbak Hesti gegara rebutan cowok? That's a shame, really!
"Ehh ... kok bengong? Mau pesan apa nih?" tanya Biyan setelah duduk berhadapan dengan Aurel di meja kantin.
Ketiga sobat Aurel mengamati kawan mereka dari meja pojok kantin sambil berbisik cekikikan yang Aurel duga sedang mengghibahi dirinya. Dia pun menghela napas dalam-dalam mengabaikan itu semua dan berkata, "Aku masih kenyang, mau jus mangga aja biar seger!"
"Siap—tungguin ya kupesenin. Jangan kabur!" sahut Biyan lalu bangkit dari kursinya dan melenggang ke tempat pemesanan menu kantin.
Aurel mengambil ponselnya dan melihat ada beberapa pesan masuk ke inboxnya. Salah satunya dari Ayang Reynold, pacar barunya, si dosen ganteng. Dia pun tersenyum lalu membaca pesan itu. Kemudian ber-ohh sembari mengetik pesan balasan mengiyakan ajakan kencan nanti sore sepulang kampus.