Andini Pengen Pindah
Maharani langsung membuka gerbang belakang rumahnya. Dia mendekati Alex yang terjatuh.
"Mas Alex ngapain ke rumah Andini?" tanya Maharani.
"Itu, ngecek saja siapa tahu Andini sakit. Kan kamu bilang dia tidak keluar rumah beberapa hari," jawab Alex.
Alex buru-buru mengajak Maharani masuk ke rumahnya. Dia tidak ingin ada orang lain yang tahu.
"Kenapa nggak lewat depan, Mas?" tanya Maharani.
"Kamu saja nggak dibukain pintu," jawab Alex. "Ternyata Andini baik-baik saja," kata Alex. "Sudah ayo kita istirahat!" ajak Alex.
Ada rasa curiga dalam diri Maharani. Tetapi dia menepis semua itu. Mungkin Alex hanya khawatir pada Andini saja.
**
Andini mulai tidak nyaman tetanggaan dengan Alex dan Maharani. Dia terus diliputi rasa takut saat di rumah sendiri.
Alex akan selalu nekat mendatangi Andini sewaktu-waktu. Sementara Arka harus bekerja.
Sore itu Arka pulang, Andini menyambutnya dengan senyuman.
"Dek, apa benar kamu jauhi Maharani?" tanya Arka.
"Iya, lagi pula aku nggak nyaman sama mereka," jawab Andini. "Masa tadi pagi Alex masuk ke rumah lewat tembok belakang. Dia manjat lagi, tapi ketahuan Maharani," adu Andini.
Andini berharap Arka mulai waspada pada Alex. Agar Andini tidak terus-terusan menakutinya.
"Untuk apa dia manjat tembok? Ada -ada saja. Apa karena dia lewat depan nggak kamu bukain pintu?" tanya Arka.
"Mas, dia nggak ada lewat depan. Lagi pula kalaupun dia lewat depan nggak akan aku bukain pintu. Kamu nggak ada di rumah untuk apa aku terima tamu laki-laki?" tanya Andini. "Yang ada nanti jadi fitnah," lanjut Andini.
"Ya sudah kalau begitu," jawab Arka santai.
"Mas, aku mau pindah rumah," kata Andini.
Arka yang sedang membuka sepatu berhenti dari aktivitasnya. Dia menatap Andini.
"Kenapa mau pindah?" tanya Arka.
"Aku tidak nyaman di rumah ini. Apalagi kalau kamu ke luar kota," jawab Andini.
"Kita pindah ke rumah ini baru enam bulan, Sayang. Mana mungkin kita pindah? Kita mau tinggal di mana?" tanya Arka.
"Tapi aku takut, Mas. Kalau kamu kerja aku sendirian," kata Andini sembari duduk di samping Arka. "Kamu ingat apa kata Alex? Kamu harus jaga aku," kata Andini.
"Kalau pindah rumah aku tidak bisa, Sayang. Bagaimana kalau kita cari pembantu yang menginap. Jadi dia bisa sekalian temani kamu saat Mas tidak si rumah?" tanya Arka.
"Bolehlah, Mas. Asal jangan yang terlalu muda. Aku takut kamu tergoda sama dia," jawab Andini.
"Andini...Andini. Kamu saja sudah cukup bagiku. Nggak perlu wanita lain," goda Arka.
Arka segera mandi setelah itu dia mencari pembantu lewat sebuah yayasan.
"Dek, ini ada pembantu. Coba kamu pilih yang cocok, di situ tertera profilnya," kata Arka sembari menyodorkan ponselnya pada Andini.
Andini mengambil ponsel Arka dan meneliti satu per satu profil calon pembantu dari yayasan.
"Mas, pilih yang ini saja," kata Andini menunjukkan wanita paruh baya.
"Ya sudah kamu proses saja," kata Arka.
Andini memproses untuk mengambil pembantu itu dari yayasan lewat online. Setelan itu Andini menyelesaikan pekerjaannya.
"Assalamualaikum," ucap Maharani yang datang bersama Alex.
"Waalaikumsalam," balas Andini dan Arka serentak.
"Wah ada yang masak, nih." Maharani mendekati Andini yang sibuk di depan kompor.
"Iya, nih. Kamu sendiri nggak masak?" tanya Andini.
"Nggak aku lagi malas," jawab Maharani. "Dini, Kamu kenapa beberapa hari ini sering tutup pintu?" tanya Maharani.
"Aku takut ada yang tiba-tiba masuk rumah aku. Apalagi sampai manjat tembok," jawab Andini menyindir Alex.
"Ya ampun, Din. Mas Alex manjat tembok karema khawatir kamu kenapa-kenapa. Iya 'kan, Mas?" tanya Maharani pada Alex.
"Iya, lagian kamu nggak buka pintu saat Maharani memanggil. Aku kira kamu sakit," jawab Alex.
"Oh begitu, tapi lain kali jangan kaya gitu, Mas. Andini jadi nggak nyaman loh," kata Arka.
"Maaf, Mas. Saya hanya khawatir," ucap Alex.
"Iya saya tahu. Tapi bisa kalian menelfon Andini. Takutnya pas Mas Alex masuk pas Andini sedang tidur. Dia pasti akan terganggu," kata Arka.
"Kalau kamu kesepian bisa telfon aku, Din. Jangan mengurung diri di rumah," kata Maharani.
"Setelah ini aku nggak akan kesepian, Ran. Mas Arka mencarikan aku pembantu baru. Besok pembantu itu akan datang," ucap Andini.
"Wah kamu makin santai dong, Din. Enak ya punya suami yang pengertian," kata Maharani sambil melirik Alex. Namun, Alex malah cuek begitu saja.
"Ya, dan setidaknya aku tidak takut kalau Mas Arka tidak di rumah," kata Andini. "Sekarang banyak laki-laki nakal yang suka menyelinap ke rumah orang yang suaminya sedang pergi," sindir Andini. "Kalau kamu enak, suami kamu di rumah terus. Jadi nggak perlu pembantu buat teman," lanjut Andini.
Arka menaruh curiga saat mendengar sindiran Andini. Arka tahu benar siapa istrinya, dia tidak akan menyindir jika tidak ada hal yang mengganggunya.
"Maharani, ayo pulang!" ajak Alex.
"Kok buru-buru, Mas?" tanya Arka.
"Iya, Maharani harus masak juga," jawab Alex. Alex menarik Maharani agar ikut pulang dengan dia.
Setelah mereka pulang Arka mendekati Andini. Dia ingin dapat penjelasan dari istrinya.
"Dek, apa tadi kamu nyindir Alex?" tanya Arka. "Soal menyelinap ke rumah orang yang suaminya tidak ada di rumah?" tanya Arka.
"Kamu pasti sudah tahu jawabannya, Mas. Maka dari itu aku mau pindah. Tapi kamunya tidak mau. Ya sudah yang penting aku tidak sendirian saat kamu tidak ada," jawab Andini.
"Maafkan, Mas. Mas nggak bisa jaga kamu. Mulai saat ini Mas akan waspada," kata Arka.
Mereka lalu menyiapkan makan malam bersama. Tengah asyik makan sambil bersendau gurau tiba-tiba Arka diam.
"Dek, dengar orang bertengkar?" tanya Arka.
"Mana sih, Mas? Aku lok nggak dengar?" tanya Andini.
Andini dan Arka diam, tiba-tiba terdengar teriak.
"Aw...Tolong!" teriak suara wanita.
"Kaya dari rumah Maharani, Dek!" seru Arka.
"Iya, tapi masa iya bertengkar sama suaminya," ucap Andini tidak percaya. "Mereka kaya baik-baik saja sore tadi," kata Andini.
"Ya sudah, biarkan saja. Kita lanjut makan," kata Arka.
Andini dan Arka makan lagi, selesai makan Arka membantu Andini mencuci piring.
Pyar
"Kirain kamu mecahin piring, Mas," kata Andini menoleh ke tempat Arka mencuci piring.
"Nggaklah, Dek. Ngapain juga mecahin piring," kata Arka.
"Mbak Andini...Mbak buka pintunya," panggil seseorang sambil menggedor pintu. Sepertinya sedang panik, tapi itu bukan suara Maharani.
Andini membuka pintu, terlihat Mbak Anis berdiri di depan pintu Andini.
"Ada apa, Mbak?" tanya Andini.
"Dengar suara teriakan nggak dari rumah Maharani?" tanya Mbak Anis.
"Dengar, Mbak. Emang kenapa?" tanya Andini.
"Kita lihat ya, Mbak. Aku takut Maharani kenapa-kenapa," ajak Mbak Anis.
"Jangan....jangan lakukan itu!" teriakan Maharani terdengar jelas. Arka yang di ruang tengah langsung ke ruang tamu menyusul Andini dan Mbak Anis.
Mereka bertiga saling pandang mendengar suara teriakan di rumah Maharani.