Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 2

Farid merasa iba pada Humaira. Dia tidak tega meninggalkannya sendirian sebelum om dan tantenya membukakan pintu untuknya.

Humaira terus mengetuk pintu rumahnya sambil meminta maaf hingga suaranya serak. Namun, om dan tantenya tidak mau peduli. Mereka tidak juga membukakan pintu untuknya.

Melihat situasi ini, Farid tidak tahu bagaimana harus bersikap. Tidak peduli sebesar apa kesalahan yang dilakukan oleh Humaira, seharusnya om dan tantenya tidak harus mengusirnya seperti ini.

Isak tangis Humaira membuat hatinya teriris. Farid memunguti barang-barang milik Humaira yang masih tercecer lalu membawanya ke hadapan pemiliknya. Sebagai orang luar, dia tidak bisa terlalu ikut campur dalam masalah ini.

Keadaan Humaira terlihat sangat menyedihkan. Dia terduduk di teras rumahnya sambil memeluk lututnya, dagunya menempel di lututnya untuk menyangga kepalanya yang terasa berat.

"Humaira, bolehkah aku tahu apa yang terjadi? Mungkin aku bisa membantumu." Farid duduk berjongkok di hadapan Humaira, mencoba untuk mencari tahu masalah yang dialaminya.

Humaira mengangkat kepalanya lalu menatap wajah Farid dengan mata sembabnya. Air matanya masih mengalir tanpa permisi. Besar keinginannya untuk bercerita tetapi bibirnya sulit untuk digerakkan.

Warga yang tinggal di sekitar rumah Humaira mulai berdatangan. Kabar begitu cepat menyebar meskipun pada awalnya hanya satu dua orang saja yang tahu. Mereka saling berbisik sambil melirik ke arah keduanya.

Farid menjauh dari Humaira dan menjaga pandangannya. Kini dia berpaling ke arah warga yang berkerumun dan berniat untuk meminta tolong pada mereka.

"Tunggu di sini! Aku akan bertanya di mana rumah ketua RT pada mereka. Aku ingin mereka menyelesaikan masalah di keluargamu," ucap Farid lembut.

Humaira mengangguk. Namun, tangisnya belum terhenti hingga badannya berguncang saat terisak.

Baru beberapa langkah Farid berjalan, sebuah mobil Alphard berwarna putih berhenti tepat di belakang mobilnya. Seorang pria keluar dari dalam mobil itu dan melangkah menyibak kerumunan.

Pria itu, yang ternyata adalah Reza, melangkah tergesa menuju ke arah Farid dan Humaira. Tangannya mengepal dengan sorot mata yang terlihat menakutkan.

Humaira segera beranjak dari duduknya dan menyusul Farid. Dia berlindung di balik punggung ayah sahabatnya itu.

Melihat wajah ketakutan Humaira, Farid merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia masih ingat jika Reza adalah pria yang mengejar Humaira sebelum dia mengantarkannya pulang.

"Oh, jadi kamu memilih berkencan dengan om-om daripada bersamaku. Atau jangan-jangan kamu sudah menjalin hubungan dengan pria ini sejak lama? Hebat! Prok! Prok Prok!" Reza bertepuk tangan sambil menatap Humaira dengan tatapan menghina.

"Jaga ucapanmu, Mas! Jangan asal bicara. Kami tidak serendah itu." Farid tidak terima dituduh telah melakukan hal yang tidak pernah dilakukannya.

"Sok alim! Kamu pikir aku tidak tahu jika kamu sering mengantarkan Humaira pulang dari sekolah!"

Farid terkejut mendengar ucapan Reza. Dia memang beberapa kali mengantarkan Humaira pulang, tetapi mereka tidak hanya berduaan. Ada Ayya bersama mereka di dalam mobilnya.

"Sepertinya kamu salah paham. Sebaiknya kita duduk bersama dan membicarakan hal ini baik-baik." Farid mengangkat kedua tangannya sebatas dada berusaha menenangkan pria di hadapannya.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Farid. Tidak ada yang menyangka jika Reza akan melakukan kekerasan padanya. Amarah telah menguasai dirinya dan membuatnya hilang akal.

Beberapa orang warga berlari mendekat dan memegangi tubuh Reza saat melihatnya akan kembali memukul Farid. Mereka tidak ingin melihat perkelahian di sana.

"Tenangkan dirimu, Reza! Kita selesaikan masalah ini baik-baik," ucap salah satu warga yang memegangi tubuh Reza.

"Lepaskan aku! Aku ingin menghajar pria brengsek ini. Berani-beraninya dia merebut calon istriku!" Reza mencoba memberontak untuk melepaskan diri.

"Calon istri?" Farid menarik napas dalam.

Kejadian yang terjadi hari ini benar-benar membuatnya bingung. Dia dihadapkan dengan masalah yang tidak dia pahami. Mau tidak mau, kini dia harus terlibat dan masuk ke dalam masalah Humaira.

Om dan tante Humaira keluar dari dalam rumah setelah mendengar keributan yang terjadi di luar. Tidak lama kemudian, Pak Danu selaku ketua RT setempat datang ke sana. Entah siapa yang melaporkan kejadian ini padanya.

Om dan tante Humaira yang bernama Gading dan Ratih terlihat gugup. Mereka tidak menyangka tindakannya mengusir Humaira malam ini akan berbuntut panjang. Wajah mereka terlihat pucat pasi saat melihat Reza menatap tajam ke arah mereka.

Pak Danu meminta Reza, Humaira, dan Farid untuk masuk ke dalam rumah Gading. Dia juga meminta empat orang warga ikut bersamanya untuk menyelesaikan masalah ini.

Mereka harus duduk bersama untuk menyelesaikan masalah di antara mereka. Pak Danu memulai pembicaraan dengan meminta Gading untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Gading memiliki banyak hutang pada Reza, perjaka tua yang tinggal di seberang rumahnya. Dia akan menganggap hutang mereka lunas jika Gading menikahkan Humaira dengannya.

Hari ini, Reza menjemput Humaira sepulang sekolah dan membawanya jalan-jalan. Rencananya malam ini mereka akan menginap di hotel dan menghabiskan malam di sana. Namun, penolakan Humaira untuk memenuhi keinginan Reza untuk melakukan hal dewasa layaknya sepasang suami istri membuatnya tidak memiliki muka.

Tidak ingin namanya menjadi buruk di mata masyarakat, Reza pun memutar balikkan fakta dan membuat seolah-olah Farid lah yang bersalah. Dia mengatakan jika tidak semua yang dikatakan oleh Humaira benar adanya. Reza juga mengatakan jika Humaira sudah tidak suci lagi dan tidak lagi berminat untuk menikahinya.

Hati Humaira benar-benar hancur. Fitnah itu begitu kejam dan membuatnya tak berdaya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

Kemalangan terus menerus datang memporak-porandakan hidupnya. Setelah kematian kedua orangtuanya, dia tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Gading. Tidak disangka di sini dia akan diperlakukan seperti ini.

Reza menuntut Gading untuk segera melunasi hutang-hutangnya atau mereka harus pergi dari rumah yang mereka tinggali saat ini. Mendengar akan hal itu, muncul pikiran jahat di pikirannya. Dia memaksa Farid untuk mempertanggungjawabkan kesalahan yang tidak dia perbuat.

Ketua RT pun sependapat dengan Farid. Dengan alasan tidak ingin membuat nama kampung mereka menjadi buruk, dia meminta Farid untuk bertanggung jawab dan menikahi Humaira.

Pernikahan ini bertolak belakang dengan isi hatinya, tetapi dia tidak bisa membiarkan Humaira dinilai buruk di mata masyarakat. Dengan terpaksa, Farid pun menyetujui pernikahan ini. Dia juga melunasi seluruh hutang-hutang Gading pada Reza.

Malam itu juga, Farid menikahi Humaira secara agama dengan disaksikan oleh warga sekitar.

'Ya Allah, aku hanya manusia biasa yang memiliki perasaan. Semua yang terjadi begitu mengejutkan dan aku tidak bisa berpikir lagi.' Farid tertunduk lesu sambil memegangi kepalanya yang terasa berat.

Humaira yang telah selesai mengemasi barang-barang miliknya berdiri mematung di hadapan Farid.

Gading dan Ratih melihat keduanya dengan perasaan tidak senang. Meskipun begitu, Farid tetap bersikap sopan pada mereka.

"Om, Tante. Saya dan Humaira mohon pamit. Terima kasih sudah menjaga Humaira selama ini. Selamat malam." Farid meraih tangan Gading dan menyalaminya.

Humaira belum bisa menguasai dirinya. Dia hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh Farid tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Saat ini dia tak ubahnya hanya boneka yang dijual sebagai penebus hutang.

Tidak ada penyesalan di wajah Gading.

"Tinggalkan celenganmu! Kamu pikir itu uang dari mana? Setiap hari kami memberimu uang saku, kan?" ketus Ratih.

Farid menatap Humaira dengan lembut lalu mengangguk pelan. Dia ingin Humaira merelakan barang yang diinginkan oleh tantenya itu.

Humaira meletakkan celengan itu di atas meja dan melangkah mengikuti Farid untuk tinggal bersama. Hatinya berkecamuk. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini dan bagaimana tanggapan Ayya tentang status barunya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel