Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 1

Seorang gadis terlihat ketakutan saat calon tunangannya membawanya ke sebuah hotel. Saat ini dia masih memakai seragam SMA karena calon tunangannya menjemputnya ke sekolah. Tidak disangka dia malah dibawa ke hotel ini.

Beberapa kali gadis itu mencoba untuk melepaskan diri tetapi genggaman tangan calon tunangannya sangat erat. Semakin memberontak muka dia akan merasa semakin kesakitan.

"Masuklah!" hardik calon tunangan gadis itu dengan sedikit marah. Wajahnya terlihat kesal.

"Tapi ...! Kak Reza, ini tidak benar! Biarkan aku pulang." Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri lalu menatap tunangannya dengan tatapan memohon.

Pria bernama Reza itu tidak mempedulikan ucap gadis itu dan menyeretnya masuk ke dalam kamar hotel. Dia lalu menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

Reza lalu menarik jilbab gadis itu, namun tidak sepenuhnya terlepas karena gadis itu terus memeganginya.

"Menurutlah, Humaira! Sekarang atau nanti kamu tetaplah milikku." Reza lalu mengangkat tubuh Humaira dan membawanya ke kasur.

Humaira semakin ketakutan. Hatinya tidak pernah rela untuk kehilangan kehormatannya sebelum dia sah menjadi seorang istri. Meskipun tidak mencintai Reza, dia pasti akan melayaninya jika mereka sudah menikah.

Keringat dingin membasahi wajahnya di saat Reza mulai menindihnya. Humaira memejamkan matanya saat Reza mulai mendekatkan wajahnya. Hembusan napasnya yang memburu semakin membuatnya ketakutan.

'Ya Allah, aku memohon pertolonganmu. Aku tidak ingin berbuat zina.' Humaira berdoa dalam hati.

Saat tangan Reza mulai merayap, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar.

"Sial! Siapa yang menggangguku bersenang-senang?" Reza bangkit dengan kesal.

Humaira merasa jika ini adalah kesempatannya untuk lari. Dia pergi ke kamar mandi untuk mengecoh Reza yang sedang mengobrol dengan petugas layanan kamar.

"Aaaaa! Binatang apa ini?" teriak Humaira dari dalam kamar mandi.

Reza dan petugas layanan kamar berlari menuju ke kamar mandi. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Humaira untuk kabur. Dia memungut barang-barangnya dengan cepat lalu berlari keluar sebelum kedua orang itu menyadari tipuannya.

'Ya Allah, selamatkan aku dari kejaran mereka.' Humaira berlari kencang sambil sesekali menoleh ke belakang.

Dia tidak mempedulikan tatapan orang-orang yang berpapasan dengannya karena penampilannya yang berantakan. Sesaat sebelum memasuki lift, Reza terlihat melambaikan tangan dan memanggil namanya. Namun, lift segera tertutup dan tidak memungkinkan baginya untuk mencapai Humaira.

'Untung saja tidak ada orang lain di dalam lift ini. Jika tidak betapa malunya aku.' Humaira hanya bisa menatap jilbabnya di dalam pelukannya karena tidak akan sempat untuk memakainya sebelum dia benar-benar aman.

Di luar hotel hujan masih rintik-rintik. Humaira tidak memedulikan itu dan berlari ke jalan raya untuk mencari taksi. Dia bersembunyi di balik mobil-mobil yang berhenti di lampu merah.

'Astaga! Itu Reza. Aku harus menemukan taksi sebelum dia melihatku.' Humaira kembali berjalan untuk mencari taksi.

Langkahnya terhenti saat melihat mobil yang dia kenal. Tanpa pikir panjang, Humaira menghampirinya dan mengetuk pintunya dengan keras. Dalam keadaan terpaksa dia mengesampingkan rasa malunya.

Pengemudi mobil tampak terkejut saat melihat kedatangan Humaira. Dia menginjak remnya secara mendadak karena baru saja menjalankannya sebentar.

"Astagfirullah!" pekiknya sambil memegangi dadanya yang berguncang.

Pria itu lalu menepikan mobilnya dan berhenti sejenak untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Belum juga hilang keterkejutannya, di luar mobilnya Humaira terus menggedor-gedor pintunya tanpa henti. Keningnya berkerut, dia merasa tidak asing dengan gadis berseragam SMA itu.

Melihat wajahnya yang ketakutan, pria itu pun membukakan pintu mobilnya dan memintanya masuk. Tidak lama kemudian Reza berlari mengejarnya dari arah yang sama dengan Humaira.

"Tolong jangan katakan aku di sini, Pak!" Humaira menunduk dan bersembunyi di balik jas milik pria itu yang semula dia letakkan di samping kemudinya.

Kaca mobil yang gelap dan suasana malam gerimis membuat seseorang kesulitan untuk melihat pengemudi dan penumpang di dalamnya. Reza terlihat celingukan dan kembali berlari setelah tidak menemukan orang yang dia cari di mobil pria itu.

Humaira merasa lega setelah melihat Reza benar-benar menjauh dan tidak kembali lagi ke sana. Kini dia memperhatikan wajah pria di sampingnya yang tidak lain adalah ayah dari temannya.

"Om Farid!" Gadis itu terkejut dan terlihat malu. Karena terburu-buru kabur dia tidak sempat menggunakan jilbabnya. Sadar akan hal itu dia segera mengenakannya meskipun jilbabnya basah terkena air hujan.

"Astagfirullah!" Pria itu kembali beristighfar ketika melihat pemandangan yang tidak seharusnya dia lihat. Dia memalingkan wajahnya dan menunggu hingga Humaira selesai memakai hijabnya.

"Ma-maaf, Om. Aku ... aku membuat jas ini basah," ucap Humaira sambil membentangkan jas milik Farid di hadapannya.

"Tidak masalah Humaira. Jas itu juga kotor dan harus segera dicuci. Apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu berlari di tengah hujan? Dan ... dan ... siapa orang yang mengejarmu tadi?" Farid tidak bisa menahan diri untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Pertanyaan Farid yang begitu banyak membuat Humaira kesulitan untuk menjawabnya. Dia terlihat bingung dan tidak tahu pertanyaan yang mana yang harus dijawab lebih dulu. Sisa-sisa ketakutan masih tergambar jelas di wajahnya.

"Kamu tidak perlu menjawabnya jika tidak ingin. Aku akan mengantarmu pulang. Tidak baik anak gadis berada di luar malam-malam begini."

Melihat kediaman Humaira, Farid pun menduga jika gadis itu tidak ingin menjawab pertanyaannya. Orang tuanya pasti sangat khawatir jika dia tidak segera pulang, pikirnya.

Humaira terlihat sedih. Sebenarnya dia sangat ingin menceritakan tentang semua hal yang dia alami pada Farid. Namun, untuk saat ini rasa takut masih menguasai dirinya.

Farid memperhatikan Humaira dari spion. Dia tidak berani menatapnya secara langsung. Dari pantulan spion dia bisa melihat dengan jelas jika air mata Humaira terus mengalir meskipun tidak terdengar isaknya.

'Kelihatannya ada yang tidak beres dengan Humaira. Aku tidak ingin ikut campur dalam masalahnya, tetapi melihatnya seperti ini aku juga tidak tega.' Farid terlihat gelisah.

Farid selalu membawa air mineral di dalam mobilnya. Saat lampu merah dia mengambil satu botol lalu memberikannya untuk Humaira.

"Terimakasih, Om." Humaira mencoba tersenyum sebagai penghargaan atas kebaikan Farid.

Humaira memang merasa sangat haus. Meskipun sebelumnya dia melihat ada air minum dihadapannya dia tidak berani untuk mengambilnya. Dia bersyukur akhirnya Farid memberikannya tanpa diminta.

"Sama-sama."

Farid kembali melajukan mobilnya setelah lampu lalu lintas berubah menjadi warna hijau. Dia memutar arah dan berbelok ke alamat rumah Humaira. Dia sudah hafal tempat tinggalnya karena beberapa kali mengantarkan Ayya pergi ke sana. Ayya adalah putrinya yang merupakan teman sekelas Humaira.

Setelah menurunkan Humaira, Farid kembali melajukan mobilnya untuk pulang ke rumahnya. Namun, baru beberapa meter dia berjalan, dia melihat tas Humaira tertinggal di mobilnya. Dia kembali memundurkan mobilnya dengan hati-hati.

Pemandangan yang sangat menyedihkan terlihat di hadapannya. Orang tua Humaira terlihat sangat marah padanya. Mereka melemparkan tas, pakaian dan barang-barang miliknya keluar.

Humaira berdiri mematung dan menangis seorang diri karena orang tuanya telah masuk dan menutup pintu rumahnya.

Farid turun dari mobilnya dan berjalan menghampiri Humaira.

Kedatangannya membuat Humaira terkejut dan segera menghapus air matanya. Lagi-lagi gadis itu terdiam. Mungkin hatinya sedang rapuh dan tidak sanggup untuk bercerita saat ini.

Humaira memunguti barang-barangnya dan berjalan menghampiri pintu rumahnya. Berharap sang pemilik rumah mau berbelas kasihan padanya.

"Om, Tante! Maafkan Humaira, Om, Tante!" panggil Humaira sambil mengetuk-ngetuk pintu di hadapannya.

'Om, Tante? Jadi mereka bukan orang tua Humaira? Jadi selama ini dia tidak tinggal bersama orang tuanya?' Farid mengernyitkan dahinya penuh keheranan.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel