Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Dari dulu, aku tidak pernah berbicara dengan suara sekeras ini dengan putraku, walaupun sesekali aku sangat keras dengannya, tapi aku tidak pernah segila ini.

Dia memukuliku dengan rasa takut, sambil menangis dia berteriak, "Ibu mengerikan sekali, aku tidak menyukai Ibu! Aku menyukai Bibi Gina!"

Walaupun putraku masih kecil, tapi tenaganya sangat besar.

Tinjunya yang keras ini membuatku kesakitan, sampai air mataku ikut menetes.

Aku melihatnya seperti sedang melihat musuh bebuyutanku, dengan keras aku berteriak, "Mulai sekarang kamu bukan putraku lagi, aku tidak memiliki putra yang jahat seperti iblis, kamu yang membunuh ayahku!"

Rendy langsung menarik putraku ke belakangnya, lalu dengan dingin dia berkata, "Natalia! Cukup! Kamu boleh berbohong, tapi tidak perlu menakuti putraku seperti ini, dia masih kecil, dia mau memberikan sedikit butir cokelat untuk Ayah karena dia menyayangi Ayah, kenapa kamu malah membuat keributan seperti ini?"

Berbohong? Menyayangi Ayah?

Aku melihat Rendy dengan rasa tidak percaya, "Menurutmu, menukar obat yang bisa menyelamatkan pengidap penyakit jantung dengan butir coklat adalah bentuk kasih sayang terhadapnya?"

"Kamu tahu tidak, ayahku sudah mati!"

"Cukup, walaupun kamu iri dengan Gina, kamu juga tidak perlu mengutuk ayahmu seperti ini, kamu tidak takut ayahmu benar-benar mati?"

Setelah berbicara, Rendy langsung menggendong putraku dan pergi dari sini.

Putraku langsung tersenyum lebar, "Hore! Ayo kita kunjungi Bibi Gina!"

Sekarang, hatiku sudah terbiasa dengan rasa sakit seperti ini.

"Tunggu sebentar."

Aku mengeluarkan perjanjian cerai yang sudah kubuat.

"Tandatangani ini sebelum pergi."

Rendy melamun sesaat, lalu tertawa-tawa, "Kamu mau mempermainkanku? Kamu sungguh licik!"

"Ini hanya akan membuatku semakin membencimu, jangan menggunakan permainan yang membosankan seperti ini untuk menguji hatiku!"

Pintu ditutup dengan keras, dari sini bisa dilihat betapa bencinya Rendy padaku.

Hatiku terasa pahit.

Dulu setiap kali ada masalah, aku yang selalu tunduk dan meminta maaf padanya.

Aku takut dia dan putraku pergi meninggalkanku.

Tapi sekarang sudah berbeda, aku yang tidak menginginkan mereka.

Dengan tubuh yang sempoyongan, aku cepat-cepat membereskan koper, pergi meninggalkan tempat yang membuatku sakit hati ini.

Aku kembali ke rumah tua peninggalan ayah dan ibuku, rumah ini masih sama seperti dulu.

Tapi sekarang, aku hanya tinggal seorang diri di sini.

10 tahun yang lalu, ibuku menyelamatkan Rendy dan ibunya dari kebakaran, tapi dia sendiri kehilangan nyawanya di tengah lautan api.

Aku sangat menderita setelah kehilangan ibu, aku hanya bisa menangis sepanjang hari.

Rendy lah yang menemaniku melewati hari-hari yang menyedihkan itu.

Dia bilang, "Aku akan menemanimu dan melindungimu selamanya."

Tidak lama kemudian, kami pun menikah dan memiliki seorang anak.

Tapi kemudian, kemunculan Ginanita menghancurkan pernikahan dan keluargaku.

Rendy tidak berkomunikasi denganku lagi, setiap hari juga pulang sangat larut

Di hari ulang tahunku, Rendy bisa meninggalkanku tanpa ragu-ragu setelah Ginanita bilang 'sedang tidak enak badan'.

Ketika aku sedang demam tinggi dan hampir pingsan, aku sempat meneleponnya, tapi dia malah memintaku untuk jangan mengganggunya, karena dia masih harus membawa anjing Ginanita jalan-jalan.

Baginya, Ginanita adalah yang terpenting.

Aku sudah menikah dengannya selama 7 tahun, tapi aku tidak sebanding dengan seekor anjing milik Ginanita.

Perlahan-lahan, Rendy semakin berubah, juga membawa putraku menemui Ginanita.

Putraku juga semakin membenciku, di usianya yang masih kecil itu, dia sempat bertanya, "Kenapa ibuku bukan Bibi Gina?"

Aku tidak percaya putraku bisa berkata seperti itu, sambil menahan rasa sakit di hati, di saat itu aku bertanya padanya, "Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"

"Karena Bibi Gina lebih cantik dari Ibu, juga lebih lembut dari Ibu, dia bisa membawaku makan makanan yang kuinginkan, juga tidak pernah menyuruhku mengerjakan pekerjaan rumah, dia sering membawaku bermain di luar, Ayah juga sangat menyukainya...."

Kukira putraku masih sangat kecil, tidak bisa membedakan siapa yang benar-benar memikirkan kebaikannya, sehingga aku masih sabar dan berharap padanya.

Tapi ketika aku dan Ginanita terjatuh bersama-sama, suami dan putraku malah bersama-sama menolong Ginanita.

Mereka berdua berdiri di samping Ginanita dengan penuh perhatian, tidak ada yang melihatku sama sekali.

Pada akhirnya, aku memutuskan untuk menceraikannya.

Tapi tiba-tiba, ayahku datang menengokiku dari kampung halamannya.

Sejak ibuku sudah tiada, kesehatan ayahku semakin memburuk, harapan terbesarnya adalah melihatku hidup dengan bahagia.

Jadi, aku tidak mau membuatnya sedih, sehingga aku tidak pernah membahas perceraian ini dengannya.

Tapi, aku sama sekali tidak menyangka, orang yang paling kusayangi ini malah mati di tangan suami dan putraku!

Aku menderita, juga sangat membenci mereka!

Tapi yang terpenting sekarang adalah mengubur ayahku agar dia bisa beristirahat dengan tenang.

Aku meminta kerabatku di desa untuk membantuku mengurus pemakaman ayah.

Aku berharap ketika ayahku pergi, suasananya bisa ramai sedikit, sehingga dia bisa melihat semua kerabat dan temannya ini dari atas langit.

Selama proses pemakaman, aku berusaha menahan rasa sedih di dalam hatiku, semua orang pun merasa aku adalah wanita yang tegar dan kuat.

Tapi sesampainya di rumah, melihat kamar mereka yang kosong dan foto hitam putih mereka berdua, aku sudah tidak bisa menahan diri lagi, aku menanggalkan semua kepura-puraanku dan menangis sekeras-kerasnya.

Tiba-tiba, aku mendengar suara yang keras.

Satu detik kemudian, pintu kamarnya ditendang dari luar.

Rendy masuk ke dalam dengan wajah yang marah, Ginanita dan putraku yang bernama Kresna Yohan juga mengikutinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel