Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Rani meminta tolong

Cukup lama aku berada di Kamar mandi saat ini, bukan tanpa alasan aku melakukan ini, karena saat ini aku mau menghindari bertemu dengan Bu Kades Ratih saat ini, dalam pikiranku masih terngiang-ngiang tentang apa yang di lakukan oleh Bu Ratih kepada teman kami Rani. Aku menggosok-gosok seluruh tubuhku dengan sabun mandi, berharap apa yang aku pikirkan saat ini menghilang begitu saja.

Namun tak lama kemudian aku merasakan hembusan angin yang menerpa tubuh polosku saat ini, bulu kudukku terasa berdiri ,hingga aku kembali ketakutan sendiri di dalam Kamar mandi. Sesaat aku menghentika kegiatanku, remang-remang aku mencoba mendengar sesuatu yang seperti ada yang memanggilku saat ini.

“ Larasati..Larasati..tolong aku Laras.”

Suara itu seketika aku dengar dari telingaku, aku seperti tak asing dengan suaranya saat itu yang terdengar lirih dan sedikit menggema dalam telingaku.

Aku mencoba untuk tetap tenang, mungkin apa yang aku dengar ini adalah dibawah alam sadarku. Aku menutup mataku lalu aku menghirup nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya dengan pelan-pelan.

Saat aku melakukan itu , tak ada suara aneh lagi yang terdengar dalam kamar mandi ku, lalu pun aku keluar dari Kamar mandi dengan handuk yang masih melilit ditubuhku, saat aku akan melangkah kakiku keluar menuju kamar, aku segera mengambil Pakaianku dari dalam lemariku. Saatvaku baru memakai celana panjangku tiba-tiba dalam lemariku yang masih terbuka, aku melihat Sosok wajah Rani yang saat itu dipenuhi darah.

“ Aaaaaaagh.. “ Aku pun berteriak seketika.

Aku ketakutan dan seketika aku berlari tanpa memperdulikan saat ini aku hanya memakai handuk yang melilit tubuh atasku. Aku segera membuka pintu kamarku dan akhirnya

Brugh..

Aku menabrak seseorang yang berdiri dibalik pintu Kamar mandi ku. Seketika tubuhku terjatuh tepat diatasnya yang saat ini ia pun ikut terjungkal ke belakang.

“ Aww..sakit.” Pekikku saat ini

“ Aduh, beratnya tubuhmu. Ihs...kenapa kau menindih tepat di Pusakaku saat ini.” Ucapnya dengan meringis kesakitan

Seketika aku menatap ke arah wajahnya dan ternyata laki-laki itu adalah Arjanta, Ya Ampun aku sangat malu saat itu, apalagi aku yang saat ini dalam keadaan setengah telanjang. Aku yang tak bisa bangkit sendiri karena lilitan handukku terlepas saat aku terjatuh tadi . Aku tetap menindihnya dan langsung menutup kedua matanya dengan kedua tanganku

“ Cepat berdiri Gadis Bod*h , aku sudah tak tahan lagi.” Pekiknya dengan meronta saat wajahnya aku tutupi dengan kedua tanganku

“ Apa kau bilang? Gadis Bod*h? Beraninya kau mengatakan itu kepadaku. “ ucapku dengan menjambak rambut Arjanta dan menggoyangkan kepalanya saat itu.

“ Aduh sakit, kenapa kau menggoncangkan kepalaku, Hentikan Larasati !” ucapnya dengan mengaduh kesakitan

Aku tak bisa mengontrol emosiku saat itu, hingga aku masih saja menjambak terus rambutnya, sakinv kesalnya dia saat itu, akhirnya tubuhku kini dibalikkan ke posisinya, Dia berada di atasku dan kini aku berada dibawahnya.

Aku terkejut saat itu, tubuh atasku yang tak memakai sehelai benangpun akhirnya dia yang Orang yang pertama kali melihatnya, sunggu aku sangat malu saat itu, begitupun dengan dirinya yang langsung memalingkan wajahnya seketika, aku segera meraih henduk untuk menutupi dua gundukan yang masih terlihat didepannya.

“ Kau kenapa masih diatasku, aku tidak bisa bergerak dan memakai handukku. “ ucapku dengan sedikit marah

“ Maaf.” Ucapnya dengan mulai beranjak turun dari tubuhku

Segera aku memakai handukku dengan cepat saat dia mulai duduk membelakangiku.

“ Kenapa kau berdiri di depan Pintu Kamarku tadi?” tanyaku dengan nada kesal

“ Aku baru sampai dan mau mengetuk Pintu Kamarmu tadi, tapi kau malah tiba-tiba keluar dan menabrakku.” Ucapnya dengan menoleh sedikit ke arahku

“ Kenapa kau kesini?” tanyaku dengan heran

“ Karena Nyai Ratih menyuruhku untuk segera menjemputmu saat ini, kenapa kau mandi lama sekali. “ jawabnya dengan kesal

“ Apa urusanmu dengan mandiku yang lama? Aku akan segera menyusulmu kesana.”

Ucapku dengan mulai berdiri dan membersihkan celanaku yang sedikit kotor akibat terjatuh tadi.

“ Aku tidak ada urusan dengan mandimu Laras, namun aku heran kenapa mandimu begitu lama, apa yang kau gosok dari tubuhmu itu, aku akan menunggumu disini segeralah kau pakai pakaianmu.” Celetukya dengan membalikkan badannya, saat mengetahui aku yang saat ini sudah memakai handuk.

“ Tak perlu menunggu aku, kau pergi saja dan katakan padanya kalau aku akan segera kesana.” Ucapku dengan memalingkan wajahku

Arjanta yang tak bisa menahan kekesalannya karena keras kepalaku langsung mulai mendekatiku. Aku pun sedikit panik ,saat matanya mulai nakal dengan menatap tubuh bagian atasku yang terlilit dengan handuk warna Pink saat ini, aku pun segera menyilangkan kedua tanganku untuk menutupi bagian Dadaku yang ia tatap penuh seringai saat ini.

“ Jangan pancing kesabaranku Larasati Anjani. Kau cepat ganti pakaianmu sendiri atau aku yang akan melepas handuk mu itu dan menggantikan Pakaianmu saat ini. “ Ancamnya dengan tatapan menyeringai ke bagian tubuhku.

Aku pun panik dan takut dengan ancaman yang barusan ia katakan, segera aku masuk dan mengunci pintu kamarku untuk segera mengganti pakaianku.

Aku terus saja mengomel-ngomel di dalam kamarku, sungguh aku berharap tak akan lagi beetemu dengan Pria aneh itu. Sejak pertama aku menginjakkan kaki ku disini, aku melihatnya selalu mengawasiku. Aku sungguh tak suka dengan pria itu.

Akupun dengan cepat memakai pakaian ku yang sudah aku ambil tadi di lemari, aku tak mau membuka lemari itu kembali , karena aku masih trauma dengan kejadian yang membuatku malu tadi.

Dengan menyisir rambut dan memoles wajahku tipis-tipis dengan cream dan bedak serta mengolesi bibirku dengan lipglos warna pink yang membuat aku nampak segar saat ini.

Selang beberapa lama kemudian segera aku melangkahkan kakiku keluar dan sudah terlihat Arjanta yang saat ini menyilangkan kedua tangan di kakinya di tembok depan kamarku. Ia tersenyum kepadaku, aku pun bersikap cuek dan tetap ku palingkan wajahku saat melihat dirinya

“ Ayo, kita jalan! Nyai Ratih sudah meninggu kita.”

Kali ini aku tak menjawab ucapannya, ia berjalan menuju motor bebeknya, segera aku mengekorinya dari belakang.

“ Cepat naik !” Titahnya saat ia mulai menyalakan mesin motor nya.

Segera aku menaiki motor di kursi penumpang tepat di belakangnya, sengaja aku beri jarak agar dadaku tak menempel di punggungnya. Setelah aku naik, Arjanta mulai melajukan kendaraannya hingga akhirnya kami pun sampai di Balai Dusun pertemuan .

Kami pun segera turun dari motor dan langsung berkumpul dengan teman-teman kami yang lain, aku sengaja dledarkan mataku satu persatu saat berada disana, banyak wajah yang menurutku aneh saat aku melihatnya, beberapa orang yang aku lihat seperti orang mati, karena terlihat sangat pucat wajah dan kulitnya.

Sesaat aku merasakan ada sesuatu yang saat ini sedang mengikutiku, aku coba menghalau pikiran burukku dengan mulai mengobrol dengan Santy yang ada disampingku, karena saat ini Yuni terlihat sedang bersama Fabian dengan wajahnya yang sedikit pucat pasi.

Kini acara makan tumpeng bersama telah dimulai, beberapa besek dan tumpeng sudah tersedia di tengah-tengah kami, rupanya penduduk Desa di sini telah mengadakan acara Syukuran hasil Desa. Aku tak begitu paham prosesi acaranya namun aku lihat banyak makanan yang ada disana. Saat acara sudah di mulai kini giliran tumpeng Nyai Ratih diangkat oleh dua orang yang ada disana, ia lalu meletakkan tumpeng itu diantara tumpeng para penduduk lainnya.

Namun aku cukup terkejut saat perlahan tumpeng itu dibuka, potongan daging yang aku lihat itu adalah potongan daging mentah yang masih banyak berlumuran darah dan saat itu dengan jelas aku melihat sosok bayangan kepala Rani yang menangis tepat di kepala sapi yang ada ditengah-tengan tumpeng yang disajikan saat ini

bersambung..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel