Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Kehadiran Nyai Ratih tiba-tiba

Arjanta hanya bisa terdiam saat saat Yuni mengatakan itu , dirinya seolah tau akan seluk beluk dari Sang Kepala Desa saat ini.

“ Kau sepertinya tau akan hal ini ?” celetukku saat ini

Arjanta Tiba-tiba mendadak menatapku dengan tatapan tajam, tak menjawab pertanyaanku, dirinya kini mulai mendekat ke arahku.

“ Sebaiknya jangan pernah menuduh Orang Larasati Anjani.” Arjanta membisikkan kata-kata itu tepat di telingaku.

Aku terdiam seribu bahasa, saat dirinya mendekatkan tubuhnya tepat di tubuhku dengan jarak satu senti saja.

Entah kenapa saat itu, otakku mulai rusuh, aku tak kuat menahan desiran aneh yang menjalar di tubuhku, aroma nafasnya dan aroma maskulinnya sudah menusuk hidungku saat ini.

“ Laras !”

Aku terkejut saat tiba-tiba ada orang yang berteriak memanggil namaku, segera aku dorong tubuh Arjanta yang sangat dekat denganku hingga dia terjungkal ke belakang. Astaga, tetnyata Fabian yang datang.

Aku sungguh gugup, sudah pasti dia akan berpikir macam-macam tentangku, aku langkahkan kakiku menuju Fabian tanpa menghiraukan Arjanta yang masih dalam posisi duduk di lantai karena jatuh akibar aku dorong tadi.

Aku tersenyum puas saat melihat Pria menyebalkan itu menatap ku kesal. Aku pun segera memeluk kekasihku Fabian saat itu, terlihat wajah Fabian yang sangat kesal saat ini, aku pun mengeratkan pelukanku dan bersikap manja seolah tak terjadi apa-apa denganku hari ini.

“ Kau selingkuh LARAS?” tanyanya dengan mengeratkan giginya saat ini

Aku pun mendongak dan menatap wajahnya, saat itu aku menggelengkan kepalaku. Sungguh aku tak bisa berpaling dari Fabian, kekasih yang menjadi pacarku sejak lima tahun yang lalu saat masih di sekolah.

“ Mana mungkin Sayang, siapa yang selingkuh.” Ucapku dengan mengendus-endus dada bidangnya saat itu

“ lalu kenapa ada Pria aneh ini?” tanyanya dengan menunjuk ke wajah Arjanta

“ Dia yang menolong kami Fabian, sudahlah, kau jangan terlalu cemburu dengan gadismu itu, asal kau tau Bian, dia hampir celaka kalau tidak di tolong olehnya.” Yuni menyahuti

“ Apa? Memangnya Apa yang terjadi?” tanyanya dengan wajah cemas menatapku

“ Kami habis melihat hal yang mengejutkan, Rani teman kita sudah dijadikan tumbal oleh Kepala Desa sini.” Jawab Yuni

“ Apa? Tumbal? Kau bicara omong kosong apa Yun? Jaman semakin modern kau masih percaya takhayul?” Fabian tak percaya dengan kata-kata Yuni

“ Benar Sayang, aku dan Yuni barusan ke Gubug di pojok sana, aku lihat Rani dibaringkan dan di tel*njangi oleh Bu Ratih Kepala Desa ini. Dalam waktu sekejab Rani sudah menghilang dab berganti dengan Nenek-nenek Tua. Ucapku menjelaskan

“ Hahahah bahkan kau juga termakan takhayul sayang, mana mungkin itu semua terjadi? Aku barusan melihat Rani dia baik-baik saja.” Ucapnya dengan melihatku aneh

Aku seakan tak percaya dengan apa yang diucapkannya termasuk dengan Yuni saat itu.

“ Mana mungkin Rani...”

Belum sempat Yuni berkata, tiba-tiba kami dikejutkan dengan suara perempuan di luar.

“ Permisi, Apakah ada orang didalam ? “

Suara itu tiba-tiba terdengar dari luar, kami pun bergegas keluar dan melihat siapa yang sedang mencari kami, dan ternyata..

“ Loh, kok kalian ada disini semuanya? Teman-teman kalian sudah berkumpul di Balai Dusun loh.”

Aku dan Yuni terkejut, saat wanita Cantik dan tampak muda dari sebelumnya sudah berada di depan kami. Sungguh jantungku seakan mau copot saat ini, begitupun dengan Yuni yang terlihat sudah mulai berkeringat dingin menatap wajahnya.

Ya, wanita itu adalah sang Kepala Desa yang dikenal Orang-orang dengan sebutan Nyai Ratih.

Akupun segera bersembunyi dibalik tubuh Fabian, begitupun dengan Yuni yang saat ini bersembunyi dibalik Tubuh Arjanta yang saat itu berdiri tepat disamping Fabian kekasihku.

Nyai Ratih terlihat sedang curiga dengan tingkah laku kami saat itu, namun apalah daya kami benar-benar takut saat ini. Ditambah dengan mengingat kejadian tadi pagi.

Nyai Ratih lalu tersenyum kepada Kami, dia tak menunjukkan sikap yang mencurigakan saat itu, seperti biasa mengawali kegiatan KKN , Kami semua akan berkumpul di Balai Dusun untuk melakukan kegiatan kemasyarakatan yaitu memberikan penyuluhan kepada penduduk Desa, masing-masing dari kami akan dibagi menjadi beberapa kelompok dalam kegiatan kami.

“ Ayo, sudah ditunggu sama yang lain.” Ucapnya dengan mengajak kami untuk mengikuti dirinya.

Aku yang belum mandi saat itu, meminta ijin terlebih dahulu untuk membersihkan diri sebelum acara dimulai.

“ Maaf Bu Kades, Saya belum mandi, saya minta ijin mandi dulu.” Ucap ku dengan menunduk tanpa berani menatap wajahnya

Nyai Ratih tampak memperhatikan diriku, entah kenapa aku melihat tatapan aneh dari dirinya.

“ Kok belum mandi, habis dari mana tadi?” tanyanya dengan sedikit curiga

“ Maaf Nyai, tadi saya ajak dia sedang main di Sungai.”

Tiba-tiba saja Arjanta menyahuti, Huff..hampir saja jantungku ini mencelos.

“ Oh, lain kali kamu jangan ajak mereka main air di sungai, aliran sungai itu sangat deras nanti bisa terjadi apa-apa dengan mereka.” Nasehat Nyai Ratih kepada Arjanta

“ Maaf Nyai, saya hanya ingin memperlihatkan keindahan Desa kita disinj.” Ucapnya dengan nada penyesalan

“ Ya sudah kalau begitu kalian ikut Aku, biarkan dia mandi dulu.” Ucapnya dengan mengajak mereka ikut bersama

Mereka pun segera mengikuti Nyai Ratih menuju Balai Dusun, sedangkan aku segera mandi membersihkan diriku lalu segera menyusul mereka ke Balai Dusun.

..

Sudah sedari tadi Nyai Ratih memperhatikan ada yang aneh dari sikap Yuni dan Laras hingga akhirnya dia pun tak bisa untuk tidak bertanya kepada Yuni yang saat ini berjalan di disampingnya.

“ Kamu baik-baik saja Dek? Kok mukamu sedikit pucat?” tanya Nyai Ratih

Yuni yang tadinya bungkam, akhirnya tergugup saat Nyai Ratih menanyakan hal itu kepadanya, wajanhnya kini terlihat pucat pasi, jantungnya sudah berdegub kencang dan tangannya sudah mengeluarkan keringat dingin.

“ I-Iya Saya baik-baik saja Bu Kades, saya hanya sedikit tidak enak badan saja.” Ucapnya dengan tergagap

Nyai Ratih lalu menghentikan langkahnya, ia tempelkan punggung tangannya pada dahi Yuni, namun dia tak merasakan hawa panas di suhu badannya, tapi banyak keringat dingin yang membasahi pelipisnya.

“ Hmm kau tidak panas, mungkin kau sedang masuk angin, Ke Rumahku setelah kegiatan selesai, biar aku yang mengobatimu.” Tawarnya dengan tersenyum ke arah Yuni

Yuni langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, tak berharap dirinya di obati oleh Orang pencari tumbal keabadian saat ini, bisa-bisa bukannya di obati namun dirinya akan dijadikan tumbal seperti temannya Rani saat ini.

“ T-tidak perlu Bu Kades, saya baik-baik saja kok, tadi hanya belum sarapan saja.” Tolaknya dengan halus

“ Habis ini kamu makan , tadi aku bawah makanan untuk kalian dari Rumah Daging Rendang Jawa buatanku, Nanti Kita akan makan bersama-sama . “

Gleg..Yuni meneguk salivanya sendiri.

Sungguh ucapan Nyai Ratih seketika membuat yuni merasa mual, saat Nyai Ratih mengatakan menu masakannya tadi, Daging Rendang? Itu daging manusia atau apa ya ? Seketika membuat Yuni begidig ngeri saat membayangkan daging tersebut adalah daging Temannya Rani.

Bersambung..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel