Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Rana Morel kembali

Jesika yang sama sekali tidak tahu apa-apa tentang masa lalu Lingga dan Rana hanya diam dan membalas tatapan mata Rana tak kalah tajam juga.

Bagi Jesika tatapan Rana hanyalah ancaman yang tidak ada apa-apanya karena Jesi sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu bahkan yang lebih menusuk lagi.

Lingga segera menarik Jesika kebelakang punggungnya seolah-olah mau melindungi miliknya dari orang lain.

"kita tidak ada hubungan apa-apa lagi Rana yang terjadi hanyalah taruhan saja. Bukankah kamu sudah menang?"

"benar Lingga bagiku kamu tidak lebih dari taruhan tapi ketika kamu menghilang aku baru menyadari cintaku padamu nyata. Aku coba mencari kamu tapi aku baru menemukanmu sekarang"

Rana yang melihat kebencian Dimata Lingga membuatnya merubah strategi untuk memulai semua dari awal.

"Lingga kalau kamu memang tidak mau menjadi bagian dari hari-hariku aku ikhlas setidaknya bisa melihatmu lagi itu sudah lebih dari cukup untukku"

Air mata Rana mengalir membasahi wajah cantiknya, Rana berharap dengan begitu Lingga akan kembali menjadi Lingga yang dulu. Lingga yang selalu ada untuknya.

Tapi Rana, salah air mata itu sama sekali tidak berarti apa-apa bagi Lingga, justru yang diterimanya hanyalah hinaan semata.

"Kamu taruhan apa lagi? agar aku menghapus air matamu? sebaiknya lupakan kita pernah memiliki hubungan, bagiku kamu tidak lebih dari masa lalu dan Jesika merupakan masa depanku"

Lingga langsung menarik Jesika keluar ruangan.

Mengingat pulang Lingga harus memilih menginap dirumah sahabatnya atau sementara waktu tinggal di hotel.

Jesika menawarkan menginap dirumahnya untuk malam ini tapi Lingga menolaknya karena dia tidak mau jadi bahan pembicaraan orang lain.

Akhirnya setelah mengantar Jesi pulang ke rumah Lingga memutuskan tinggal di hotel untuk sementara waktu sampai gubuk miliknya selesai dibangun.

Lingga sengaja membeli rumah yang terbuat dari kayu dan rapuh jadi tidak akan membutuhkan waktu lama untuk memindahkannya karena hanya butuh satu Minggu tidak lebih.

Lingga membaringkan dirinya di kasur dan memejamkan mata. Mengingat Rana yang berlutut dan meminta kesempatan walaupun dalam diri Lingga ada kebencian tapi juga masih ada cinta yang terkubur jauh dalam lubuk hatinya yang paling dalam.

Tapi yang namanya taruhan harus Lingga jalankan kalau sampai dia gagal bukan hanya kehilangan uang tapi kehilangan harga diri yang dikenal pria penakluk wanita.

Banyak wanita yang jatuh kedalam pelukannya tapi tidak ada satupun yang bisa membuatnya takluk.

Tapi selama menjalin hubungan Lingga merasakan perbedaan yang besar antara wanita-wanita yang pernah mengisi hari-harinya dengan Jesika. Sikap Jesika yang dingin seperti es membuatnya kehabisan cara untuk membuat Jesika jatuh cinta.

"jangan-jangan Jesi tidak suka lelaki lagi? apa dia suka sesama jenis?" (Batin Lingga)

bunyi bell dipintu membuat Lingga Segera saja menepuk jidatnya mengumpat dalam hati akan pikiran kotornya.

Dia bangun dari kasurnya dan membuka pintu tapi terkejut melihat apa yang ada didepannya segera saja dia menutup pintunya kembali tapi terlambat kaki orang itu lebih cepat menghadang pintu.

"akhirnya ayah menemukanmu Lingga"

"Aku tidak akan pulang kalau itu keinginan ayah"

"Tapi Lingga"

"Aku tidak mau pulang kalau harus jadi pemimpin perusahaan, kalau jadi karyawan biasa tanpa bantuan ayah saya mau"

"oke terserah kamu yang penting ayah tidak mau kehilangan jejakmu lagi"

"Tapi aku tidak mau dikenal sebagai putra ayah"

"ayah tidak setuju"

"aku akan muncul sebagai anak ayah tapi bukan sekarang, tapi saat aku menemukan orang yang mencintaiku dengan tulus"

"Bukankah kamu pacaran sama Rana Morel?"

"aku sayang sama Rana tapi dia wanita yang hanya menginginkan uang"

"ya sudah terserah kamu saja yang pasti ayah tidak mau kehilangan kamu lagi. Janji?"

"iya janji"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel